Bunga Seruni – Krisan yang menawan
Bunga seruni adalah bagian dari tumbuhan suku kenikir-kenikiran atau Asteraceae yang mencakup bermacam-macam jenis Chrysanthemum.
Bunga nasional Jepang ini dalam bahasa Jepang disebut sebagai キク (kiku). Karena aromanya yang wangi , bunga ini sering di tambahkan ke dalam teh agar lebih wangi dan nikmat.
Filosofi Bunga Krisan
Bahasa latin bunga krisan adalah crhysantemum. Bunga krisan masih tergolong ke dalam famili yang sama dengan bunga aster dan daisy, yaitu famili Asteraceae. Bunga krisan dapat berarti persahabatan, keceriaan, dan kebahagiaan. Disebut pula bahwa arti tradisional dari krisan adalah kecantikan dan kemurnian. Namun, krisan dapat diartikan bermacam-macam di negara yang berbeda. Di Jepang, bunga krisan yang dilambangkan seperti matahari juga digunakan sebagai lambang takhta kaisar. Lambang krisan ini juga digunakan sebagai lambang paspor Jepang. Kelopak krisan juga digunakan sebagai lambang lencana yang digunakan oleh anggota parlemen di Jepang. Beberapa kota di Jepang pun seringkali mengadakan festival tahunan bunga krisan. Di Cina, bunga krisan dianggap bagaikan bangsawan bunga. Di Amerika dan Indonesia, bunga krisan juga identik dengan kebahagiaan. Misalnya saja di Indonesia, bunga krisan seringkali dijadikan sebagai bunga yang biasa menghiasi pernikahan. Namun, di Perancis, bunga ini justru dipakai untuk menghiasi kuburan.
Bunga krisan merupakan bunga yang aslinya berasal dari negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Cina, dan Korea. Bunga ini terdiri dari berbagai macam warna, di antaranya merah, putih, kuning, merah muda, biru, dan lain-lain. Musim Bunga krisan bersamaan dengan musim gugur atau musim dingin.
Khasiat Bunga Krisan
Selain sebagai tanaman hias, bunga krisan juga dibudidayakan sebagai ramuan kesehatan, seperti di Cina. Di Jepang, kelopak bunga krisan juga dipercaya dapat memberikan kesehatan apabila diminum bersama segelas anggur. Minuman teh krisan juga telah banyak dijumpai. Krisan yang dijadikan minuman adalah krisan berwarna kuning dan putih. Selain bermanfaat sebagai relaksasi, teh krisan juga dipercaya berkhasiat menyembuhkan influenza, demam, panas dalam, bahkan membersihkan liver.
Budidaya Bunga Krisan
Di Jepang, bunga ini banyak dibudidayakan di rumah-rumah. Pada musim dingin, warna-warni bunga krisan akan menghiasi halaman rumah pemilik yang membudidayakannya. Meskipun berasal dari negara-negara Asia Timur, bunga krisan juga dikembangkan di negara lain, seperti Perancis. Pada saat musim gugur tiba, banyak bunga krisan dijajakan di toko bunga di Perancis. Di Indonesia, untuk mengembangkan bunga krisan dan mempertahankannya agar tetap tumbuh, dibutuhkan suhu 17-30 derajat celcius. Karena itu, biasanya bunga krisan dibudidayakan di daerah-daerah berhawa sejuk di Indonesia. Bunga krisan potong dapat bertahan selama dua minggu di dalam vas. Keuntungan bagi pembudidaya bunga krisan, harga bunga ini stabil dan masa tanamnya singkat. Tanaman bunga krisan akan tumbuh dalam waktu 10-14 minggu setelah masa tanam. Warnanya yang beragam juga memberikan nilai seni tersendiri sehingga krisan banyak diminati pecinta tanaman.
Potensi Budidaya Krisan sebagai Komoditas Ekspor
Krisan, adalah salah satu jenis bunga potong yang cukup familiar bagi manusia. Tidak hanya di Indonesia tapi juga sudah dikenal di dunia. Hal itu karena prospek budidaya krisan sebagai bunga potong sangat cerah, didukung dengan pasar yang sangat potensial, karena tanaman hias krisan merupakan salah satu tanaman bunga potong yang penting di dunia. Diantara pasar potensial tersebut adalah Jerman, Inggris, Swiss, Italia, Austria, America Serikat, Swedia dsb.
Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki beberapa keunggulan antara lain warna bunganya cukup beragam seperti merah tua, kuning, hijau, putih, campuran merah putih dan lainnya, Bunga krisan juga tahan lama dalam pot selama 10 hari. Selain itu, bunga krisan juga memiliki jenis yang cukup banyak, sedikitnya ada 55 varietas.
Dari beberapa jenis varietas, krisan berwarna kuning dan hijau adalah yang paling banyak dicari. Persentasenya bisa mencapai 90%, sementara sisanya memilih warna-warna lain.
Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negeri tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan. Regional Agribusiness Competitiness Specialist Amarta (lembaga di bawah naungan USAID yang peduli dengan kondisi pertanian), Erik Meliala, mengungkapkan, seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat, maka peluang agribisnis tanaman ini sangat menarik dikembangkan sebagai lahan investasi.
Di Indonesia, Tanah Karo merupakan daerah yang memproduksi bunga krisan tetapi produksinya belum bisa memenuhi permintaan pasar, bahkan untuk pasar Medan sekalipun. Karena tingginya permintaan bunga di Kota Medan seringkali harus mendatangkannya dari wilayah Jawa Barat.
“Ini kan suatu hal yang sangat disayangkan. Padahal kita punya lahan dan potensi yang cukup besar namun untuk pasar di Kota Medan saja, kita tak bisa memenuhinya,”ungkap Erik.
Menurut Erik, peluang pasar bunga krisan Tanah Karo sudah bisa mencapai Singapura yang secara geografis lebih dekat dengan Sumatera Utara dibandingkan dengan wilayah Jawa Barat.
“Sebagai bahan informasi bunga krisan dari Singapura itu didatangkan dari Jawa Barat lho. Nah, peluang ini justru tidak dapat dimanfaatkan oleh petani krisan di Tanah Karo,”ungkapnya.
Bunga asli China yang dikembangkan oleh Jerman dan Belanda ini, menurut Erik, sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia termasuk di Tanah Karo. Namun kenyataannya perkembangannya tidak menggembirakan. Kemajuan budidaya yang dilakukan para petani bunga di krisan di Tanah karo tidak semaju budidaya yang dikembangkan oleh petani di Jawa Barat. Ini terbukti dari kurang bisanya petani bunga krisan di Tanah Karo memenuhi permintaan pasar.
Budidaya Krissan
Peluang untuk mengembangkan budidaya tanaman krisan, guna memenuhi kebutuhan baik dalam maupun luar negri agaknya tetap terbuka. Seiring dengan permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat maka peluang agribisnis perlu terus dikembangkan.
Menurut Erik, dalam pengembangan budidaya krisan, AMARTA melakukan transfer teknologi dan praktik langsung budidaya green house dengan material lokal seperti bambu. Praktik ini bukan hal yang baru dalam pengembangan dan budidaya krisan.
Sistem yang dipakai selama ini, cukup dengan menggunakan tutup plastik tembus cahaya matahari, sehingga produktivitas bunga krisan pada saat panen tidak serentak. Padahal, kata Erik, untuk memenuhi permintaan pasar produk bunga krisan harus serentak panen (siap petik-red). Makanya sistem ini perlu dimodifikasi dengan cahaya lampu.
Salah satu kekurangan iklim Indonesia adalah penyinaran cahaya matahari yang tidak begitu panjang. Sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal (serentak panen-red), maka tanaman bunga tersebut harus diperpanjang pencahayaannya dengan menambahkan pencahayaan selama tiga jam.
“Kelemahan pertanian di Indonesia adalah sangat tergantung pada iklim dan intensitas matahari sehingga hal ini sangat memengaruhi musim panen dan juga rentan penyakit. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi-modifikasi yang memungkinkan, salah satunya adalah pemberian cahaya lampu di green house tersebut,”ungkap terang Erik.
Perkiraan analisis budidaya tanaman krisan seluas 0,5 ha dengan jarak tanam 10 x 10 cm.
• Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 tahun Rp. 1.500.000,-
2. Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,- Rp. 25.000.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 2.250.000,-
- Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 6.225.000,-
- ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 5.750.000,-
- SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 1.050.000,-
- KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 206.250,-
- KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 9.500.000,-
- Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,- Rp. 400.000,-
4. Pestisida Rp. 1.500.000,-
5. Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,- Rp. 500.000,-
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW Rp. 250.000,-
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW Rp. 425.000,-
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW Rp. 800.000,-
6. Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 500.000,-
7. Jumlah biaya produksi Rp. 55.856.250,-
• Pendapatan 400.000 tanaman @ Rp. 225,- Rp. 90.000.000,-
• Keuntungan Rp. 34.143.750,-
• Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio Output/Input =1,611
• Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 tahun Rp. 1.500.000,-
2. Bibit : 500.000 batang @ Rp. 50,- Rp. 25.000.000,-
3. Pupuk dan kapur
- Pupuk kandang: 15.000 kg @ Rp. 150,- Rp. 2.250.000,-
- Urea: 4.150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 6.225.000,-
- ZA: 4.600 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 5.750.000,-
- SP-36: 525 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 1.050.000,-
- KCl: 125 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 206.250,-
- KNO3: 2.375 kg @ Rp. 4.000,- Rp. 9.500.000,-
- Kapur pertanian: 2000 kg @ Rp.200,- Rp. 400.000,-
4. Pestisida Rp. 1.500.000,-
5. Biaya tenaga kerja
- Penyiapan lahan 50 HKP @ Rp. 10.000,- Rp. 500.000,-
- Pemupukan 10 HKP + 20 HKW Rp. 250.000,-
- Penanaman 5 HKP + 50 HKW Rp. 425.000,-
- Pemeliharaan 5 HKP + 100 HKW Rp. 800.000,-
6. Biaya lain-lain (pajak, iuran, alat) Rp. 500.000,-
7. Jumlah biaya produksi Rp. 55.856.250,-
• Pendapatan 400.000 tanaman @ Rp. 225,- Rp. 90.000.000,-
• Keuntungan Rp. 34.143.750,-
• Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio Output/Input =1,611
Sumber:
No comments:
Post a Comment