Pages

Tuesday, May 1, 2012

Nilam, Primadona Tanaman Aromatik Indonesia


Nilam, Primadona Tanaman Aromatik Indonesia


Selasa, 05 Juli 2011 00:00
Ir. Elvina Herdiani, MP..

 Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan bahan baku minyak nilam (patchouli oil) yang merupakan komoditi ekspor terbesar (60%) dari ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak nilam Indonesia sudah dikenal sejak 65 tahun yang lalu, bahkan saat ini Indonesia merupakan pemasok utama minyak nilam dunia, yaitu sekitar 90% kebutuhan dunia dipasok dari Indonesia. Dari beberapa jenis minyak atsiri, nilam mempunyai prospek untuk dikembangkan, mengingat pasar dunia membutuhkan 1.200-1.400 ton minyak nilam dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.

 Dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri (tanaman aromatik) yang lain, nilam mempunyai keunggulan tersendiri sebagai unsur pengikat (fiksatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah hilang karena tercuci atau menguap, dapat larut dalam alkohol dan dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri kosmetik, parfum dan sabun. Belum ada produk alami ataupun senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak nilam dalam industri parfum dan kosmetika. Minyak nilam juga bisa dimanfaatkan untuk bahan antiseptik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim dan kulit pecah-pecah serta berbagai jenis kegunaan lainnya sesuai kebiasaan masyarakat di negara pemakai.

 Terdapat tiga jenis tanaman nilam yang tumbuh di Indonesia, yaitu : nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth) yang kandungan minyaknya tinggi, yaitu 2,5-5%, nilam Jawa atau nilam hutan (Pogostemon heyneanus Benth) dan nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer) kandungan minyaknya masing-masing 0,5-1,5%. Pada bulan Agustus tahun 2005 Menteri Pertanian telah melepas tiga varietas nilam unggul yaitu : Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan dengan kadar minyak  cukup tinggi yaitu 2-4% dan produksi minyak per hektar relatif tinggi.

 Tanaman nilam dapat tumbuh dan berproduksi pada daerah dengan ketinggian 0-1.200 m di atas permukaan laut (dpl), namun akan tumbuh dan berproduksi optimum pada daerah dengan ketinggian 10-400 m dpl. Curah hujan yang dikehendaki sekitar 2.300-3.000 mm per tahun dan kelembaban lebih dari 60 persen. Suhu udara antara 24-28o C dengan intensitas penyinaran matahari berkisar 75-100%. Tanah yang dikehendaki adalah subur, gembur dan mengandung bahan organic dengan pH 5,5-7. Membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan genangan air sehingga perlu dibuat drainase yang baik.

 Produk yang dihasilkan dari usahatani nilam adalah terna (daun dan ranting), melalui proses penyulingan dihasilkan minyak nilam. Guna meningkatkan produktivitas terna dan minyak nilam perlu dilakukan cara-cara budidaya, panen dan pasca panen serta pengolahan yang baik dan benar dengan tahapan sebagai berikut :

 Pembibitan
 Perbanyakan nilam dilakukan dengan cara vegetatif yaitu menggunakan stek batang atau stek cabang. Stek ini dapat langsung ditanam di lapangan, namun cara ini kurang efisien karena seringkali banyak stek yang mati dan pertumbuhannya tidak merata. Stek batang atau stek cabang ini setidaknya memiliki 3 mata tunas.

 Stek terlebih dahulu disemai dalam bedengan dengan jarak tanam 10 x 10 cm atau 5 x 5 cm dan ditanam miring 45o ke dalam tanah yang telah disiapkan dengan perbandingan 2 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang dan 1 bagian pasir. Sebelum disemai, stek direndam dalam air. Daun yang ada pada buku yang akan dibenamkan dibuang, setelah stek ditanam, media sekelilingnya dipadatkan. Setelah 3-4 minggu stek mulai tumbuh, kemudian 1,5 bulan setelah tanam, bibit siap dipindahkan ke lapangan.

 Pengolahan Tanah
 Tanah dibersihkan dari rumput dan gulma yang lain, kemudian dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata. Kemudian dibuat parit pembuangan air dengan lebar 30-40 cm kedalaman 50 cm. Pada dataran rendah yang subur jarak tanam 100 x 100 cm, namun pada tanah berbukit mengikuti kontur 50 x 100 cm atau 30 x 100 cm.

 Penanaman
 Penanaman dapat dilakukan dengan stek langsung atau menggunakan bibit. Bila menggunakan stek langsung, gunakan 2-3 stek per lubang tanam, sedangkan bila menggunakan bibit cukup satu bibit per lubang tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan. Kebutuhan bibit adalah sekitar 15.000-25.000 stek per hektar.
 Nilam dapat ditanam secara monokultur, tumpang sari atau tumpang gilir maupun budidaya lorong dengan tanaman perkebunan, buah-buahan, sayuran maupun jenis tanaman lainnya.

 Pemupukan
 Pupuk organik diberikan pada saat tanam berupa pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau sebanyak 1-2 kg per lubang tanam. Pupuk anorganik diberikan dengan dosis 180 kg urea, 90 kg SP 36 dan 90 kg KCl per hektar. Pemupukan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam dengan dosis 1/3 bagian urea, SP36 dan KCl. Pemupukan kedua dilakukan tiga bulan setelah tanam, sedangkan pemupukan ketiga dilakukan setelah panen  dengan dosis masing-masing  1/3 bagian urea, SP36 dan KCl. Pada saat pemupukan ketiga ditambahkan pupuk organik sebanyak 2 kg per lubang tanam.

 Pemeliharaan
 Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuhnya kurang normal. Tanaman nilam perlu diberi mulsa belukar atau alang-alang untuk menahan air, terutama di musim kemarau, selain itu pemberian mulsa setelah panen juga merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru.

 Tanaman nilam disiang satu bulan setelah tanam atau pada saat gulma mulai tumbuh. Selanjutnya penyiangan dilakukan 3 bulan sekali secara berkala. Setelah tanaman berumur 3 bulan, tanaman nilam telah membentuk perdu yang rimbun dan cabang-cabang telah mencapai panjang 30 cm yang menyebabkan setiap cabang saling bertautan dan saling menutupi, oleh karena itu perlu dilakukan pemangkasan dan penjarangan. Pemangkasan dilakukan dari cabang tingkat tiga ke atas.

 Pembumbunan dilakukan setelah panen, cabang-cabang yang ditinggalkan setelah panen dan letaknya dekat tanah ditimbun di dekat ujungnya setinggi 10-15 cm, sedangkan cabang-cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan di bagian ujungnya namun tidak terputus dari batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun dengan tanah.
 Pengendalian Hama dan Penyakit

 Hama utama tanaman nilam umumnya adalah : ulat penggulung daun (Pachyzaneba stutalis) yang memakan daun-daun yang tumbuh, belalang (Orthoptera) yang memakan daun dan batang serta criket pemakan daun (Gryllidae) yang memakan daun muda sehingga berlubang-lubang. Pengendalian hama-hama tersebut terutama adalah dengan sanitasi lingkungan dan menggunakan ekstrak mimba atau bioinsektisida.

 Penyakit utama tanaman nilam yang perlu diwaspadai adalah : penyakit layu bakteri dan budok. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum yang umumnya terjadi karena bibit sudah terkontaminasi bakteri tersebut, kerugian hasil akibat penyakit ini bisa mencapai 65-95%. Gejala awal penyakit berupa salah satu daun pucuk layu diikuti dengan daun bagian bawah, selanjutnya jaringan akar dan batang tanaman membusuk. Budok (hoprosep) penyebabnya adalah virus dengan gejala daun keriting, berwarna abu-abu dan rontok, terbentuk benjolan-benjolan pada batang sampai akar. Pengendalian penyakit-penyakit ini adalah dengan cara : menggunakan bibit yang sehat dari kebun yang tidak terserang penyakit, menanam varietas yang toleran, sanitasi kebun, pergiliran tanaman dan penggunaan fungisida.

Panen dan Pasca Panen
Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur 6-8 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur 3 tahun. Setelah itu tanaman sebaiknya diremajakan karena hasilnya akan semakin menurun. Cara panen yaitu dengan memangkas tanaman setinggi 15-30 cm dari atas tanah dengan meninggalkan satu cabang tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman selanjutnya. Alat panen bisa menggunakan sabit atau ani-ani. Panen sebaiknya dilakukan pada saat pagi atau menjelang malam agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Kandungan minyak tertinggi terdapat pada tiga pasang daun termuda yang masih berwarna hijau.

Hasil panen dipotong-potong sepanjang 3-5 cm kemudian dijemur di bawah terik matahari selama 5-6 jam dan dikeringanginkan selama 2-3 hari hingga kadar airnya mencapai 15%. Tebal lapisan penjemuran sekitar 50 cm dan harus dibalik 2-3 kali sehari. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling, sedangkan pengeringan yang terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur. Produksi tanaman nilam tergantung pada varietas yang ditanam, keadaan lingkungan dan pertumbuhan tanaman. Produksi yang baik dapat mencapai 15-20 ton daun basah atau 5 ton daun kering per hektar, dengan rendemen 2,5-4% maka diperoleh minyak nilam mencapai 100-200 kg/ha per tahun.

Pengolahan Minyak Nilam
 Minyak nilam mutunya ditentukan oleh faktor pra panen dan pasca panen. Faktor pra panen adalah bahan tanaman, teknik budidaya, faktor lingkungan serta cara dan waktu panen yang mempengaruhi produktivitas dan mutu bahan olah. Faktor pasca panen adalah penanganan bahan olah, cara pengolahan termasuk alatnya, pengemasan dan penyimpanan berpengaruh terhadap mutu produk akhir berupa minyak nilam.

Minyak nilam dihasilkan dengan cara penyulingan menggunakan uap langsung atau uap dan air (dengan cara dikukus). Nilam disuling selama 4-6 jam untuk cara uap langsung dan 5-10 jam untuk yang dikukus. Alat suling yang digunakan dari besi tahan karat (stainless steel) setidaknya pada bagian pipa pendingin atau pemisah minyak agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih.


Sumber:

No comments:

Post a Comment