Pages

Tuesday, April 24, 2012

MENGENAL MASYARAKAT KARO


MENGENAL MASYARAKAT KARO

Oleh: Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun
Jikalau diteliti , disetiap penerbitan buku , pasti mempunyai maksud dan tujuan , ( untuk itu  harus  disimak secara mendalam , jangan terkecoh terutama mengenai masyarakat  karo , dan bagaimana pun kejadiannya kita sendiri sebenarnya yang mersakannya  sebagai orang karo sendiri , sedang penerbit dan pengarang buku tersebut bukan orang Karo , manalah mungkin dia memahaminya secara mendalam , dapat dipastikan  hanya bagian  luarnya saja dan  apa yang melatar belakngi   pembuatan buku itu sendiri  tentunya  ada maksud tujuan tertentu mau diapakannya  diarahkan kemana  benak yang membacanya sehingga persepsinya  menjadi lain  dalam mengenal Masyarakat karo  yang dia  uraikan tersebut  tentu yang berkenan  bagi dia yang mau dia paparkan ) .  Dapat kta rasakan dampaknya  bahwa sampai saat ini dimanapun kita berada bagi masyarakat Indonesia  sampai ke jajaran pemerintahan sampai kepucuk pimpinan Pusat  sapaan kepada kita orang  karo disapa  sebagai Orang Batak . bahkan dilingkungan   Legeslatif  oleh penjabat  - penjabat  sapaan itu muncul. Tidak disana saja tapi di bidang pendidikan  bertemu para pendidik/ guru- guru , maka  ternyata  di sapanya juga kita sebagai orang Batak, di RT / RW kantor- kantor lainnya. Mereka tidak mengenal Orang Karo. Saya tidak merasa ploong dengan sapaan itu, akan tetapi merupakan kenyataan bahwa  Kebudayaan  Masyarakat Karo , bahasa Karo,Aksara  Karo, Merga- Merga  SILIMA di Karo, Sastra Karo, Jenis Pakaian Karo. Lagu- lagu Karo, Makanan Khas Karo, Adat Istiadat karo, Salam Mejuah- juah dari karo,, kurang dikenal masyarakat suku- suku lain di Indonesia, bahkan  penulis peneliti Eropa, ASmeriak, dan Asia. Maafkan saya, tidak perlu masyarakat Karo sakit hati dan malu, akan tetapi mengapa demikian ironisnya ? Mengapakah  orang Karo di dalam masyrakat Indonesia ini, sebagai daun sirih tak bertangkasi dalam ikatan Ia berada  di dalam , tetapi tdak masuk dihitung, sebab  tak bertangkai . Istilah dalam bahasa  Karo,  BAGI BELO LA ERTANGKEI ./ Untuk itu timbul pertanyaan  lebih jauh, mengapakah selama ini  1900 an penjajah datang , ke  Karo, sampai tahun 2011 ini , masih saja sebutan kepada orang Karo sebagai orang batak ?. 
benarkah orang Karo itu  mempunyai religi BATAK?  Apakah masyarakat menyadari  bahwa  agama Kristen itu diturunkan melalui/ memakai  bahaasa pengantarnya  bahasa Ibrani ? Agana Islam diturunkan  memakai bahasa  ARAB ? RELIGI  BATAK   itu memakai  bahasa pengantarnya bahasa Batak ?  ( asli ) sejak datangnya sampai kini  di Pusuk Buhit, UGAMO  MALIM atau PARMALIMJ ( BATAK  ?? )  adalah kepercayaan. Apakah masyarakat Karo dan luar Karo memahami   hahwa masyarakat Karo di dataran tinggi ,maupun  masyarakat Karo di dataran  rendah belum pernah  memeluk RELIGI BATAK ? Siapakah yang menyapa  dan menyebut masyarakat Karo itu sebagai  Batak Karo ?  Mengapakah  dalam bahasa asing  ada organisasi  keagamaan  menyebut wadahnya Batak Karo  Bata,s  atau dalam bahasa Indonesia  batak Karo ? benarkah para peneliti, pengarang, penulis menyakini akan tulisannya pada karyanya itu bahwa bahasa Toba hanya lain logat dengan bahasa  Karo ? Demikian pula alat kelengkapan buah akalnya  dalam  kebudayaan cukup jauh bedanya, akan tetapi mengapa suka disama- sama kan. Dari mana asal  muasal   karo, apakah menuruit etimologi bahasa  oleh peneliti dari Eropa. Amerika, Asia , dan Pribumi betulkah penulisan dalam buku anthropology bahwa Batak itu sebuah Suku Batak ? atau Ras ? Apakah  dasarnya disebutkan Suku Batak terdiri dari Sub Suku - Sub Suku Karo, Toba,  Pakpak , Simalungun, Angkola, mandailing ? Apakah benar Suku  batak itu logat - logat  Karo, Logat Toba, Logat  toba, Logat Pak pak  , logat Simalungun, logat , logat Angkola, Logat Mandailinh..Benarkah perbedaan logat ? Bukankah perbedaan perbedaan  bahasa ? Pernah kah diuji kebenarannya bahwa hanya perbedaan logat- logat  saja? Disadarikah oleh masyarakat luas bahwa bahasa Karo adalah  bahasa kesatuan orang karo terdiri dari logat Gunung- gunung/ Kenjahae, logat Kenjulu, logat Jahe- jahe  ?Ketiga logat dalam  bahasa Karo ini, jika dfiuji didalam satu pesta adat perkawinan  yang rumit dan unik, mereka memakai  bahasa Karo  dengan logat - logat itu dalam suatu pesta perkawinan seorang Karo dengan seorang Toba , atau seorang Mandailing, atau pak-pak , atau seorang Simalungun atau seorang dari Angkola  merundingkan emas kawin ? Mungkin kacau balau ? Saya belum pernah mendengarnya , tetapi perkawinan itu sudah ada  dan disaksikan ternyata mereka memakai bahasa Indonesia. Bukan bahasa Batak . Mengapa demikian, bukankah halini suatu bukti  bukan perbedaan logat diantara  bahasa Karo, Toba, Simalungun, Pak- pak , Angkola, Mandailing akan tetapi benar perbedaan  bahasa.? Ternyata tidak saling mengerti , karena perbedaan  bahasa  untuk tidak saling merusak  jalannya musyawarah pada pesta , dipakai bahasa Indonesia , supaya komunikatif. Jika yang mengerti satu tiga orang,itu bukan ukurannya. Sama  juga kalau ada  satu dua kata bahasa  serupa, bukan ukuran satu ras, demikian juga nama. Masalah itulah sebenarnya mendorong hati nurani kita di Sapo   ini  untuk mendalaminya  dalam segala  liniinformasi  untuk diambil sari patinya  sehingga dapat melestarikan  Kebudayaan kita  orang Karo  " bagi oratna  "dan diharapkan menjadi bermakna bagi seluruh masyarakat  Karo dimanapun dia berada , diseluruh pelosok  dunia ini dan memang  di Sapo   inilah tempatnya pada jejarinmg sosial ini yang bisa diakses sedemikan rupa  sehingga  orang karo semakin dapat dikenal oleh masyarakat duinia. Saya bertanya, karena ada sementara orang yang menyamakan " Dalihan Na Tolu " denghan " Rakut Sitelu " . Jika diteliti dalikan  di rumah asli orang Karo, maka daliken itu LIMA ( 5 ). Saya sangat ingat betul bahwa  dua + dua +  satu ( ditengah agak lebih besar ) = lima . Jika memasak , kuali  dapat dinaikan dua sekali gus . Oleh sebab itu saya  tidak mengerti , jikalau  Rakut Si Telu , disamakan dengan   Dalihan Na Tolu , Jika dilaksanakan atau di sama- samakan , dalam pelaksanaan  adat perkawinan  orang Karo , apa yang dimaksudkan  RAKUTNA SI TELU dengan DALIHAN NA TOLU , sangat mungkin  kacau balau, " Rumusannya , sangat berbeda "  contohnya teori  TRIAS POLITICA oleh Montesque jika disama- samakan dengan PA NCASILA , sebagai dasar melaksanakannya Pemerintah , akan sangat berbeda (? ) . Begitu juga  mengenai tutur ; dim Masyarakat Karo  sangat tebal artinya " garis ayah " dan  "  garis  ibu    "  sebab dilaksanakan  secara berbarengan  ( Parental atau Bilateral ) . Jadi bukan  hanya  Patrilineal akan tetapi juga Matrilineal. Keunikan itu merupakan kenyataan  dan khusus  untuk itupun  telah kita  uraikan penjelasannya pada sebelumnya begitu juga  hal- hal lainya  di  Sapo kita ini  tinggal anda cari sendiri didalamnya  dan  berbagai  informasi yang telah banyak didalamnya untuk dapat menambah  wacana dalam  meningkatkan  pengetahuan tentang jati diri kita sebagai orang karo, dan marilah bersama kita  melestarikannya   " BAGI ORATNA ",. Dage mejuah- juah kita  kerina  ula permenek, ula perpusuh, Runggulah bagi oratna bagi nininita nai gelah ertambahna pemetehta , jenari dat kemalemenen ate  perban ndalankenca   beluh kita bagi oratna.



No comments:

Post a Comment