• GERAKAN MORAL MEMBANGUN DANAU TOBA


    Bertujuan untuk membangun Danau Toba sebagai salah satu tujuan obyek wisata manca Negara dalam hal :
    1. karakter dan moral sebagai tuan rumah yang baik.
    2. menciptakan suasana "nyaman bagi pengunjung"
    3. Budipekerti yang mengingatkan pengunjung selalu kembali.
    4. lingkungan bersih dan menyenangkan.
    5. Menghormati pengunjung sebagai raja

    Kita harus sadari kenapa belakangan ini, pengunjung Danau Toba baik manca negara maupun domestik sangat menurun. kita harus mampu mencari akar persoalannya, termasuk persoalan diri kita sendiri yang berada di sekitar Danau Toba.
    Pengunjung adalah Raja, bukan menyaingi predikat raja bagi orang Batak. tetapi mereka(pengunjung.red)adalah pembeli keindahan alam Danau Toba yang harus kita dukung dan manfaatkan, dengan cara menciptakan situasional yang membuat para pelancong/Touris betah berlama-lama untuk menikmati keindahan alam Danau Toba. Meraka adalah pembeli, akan bertahan lama menikmati keindahan itu dengan membelanjakan uangnya, sepanjang mereka nyaman dan kondussif untuk menikmati alam yang indah tersebut.
    Siapa kah yang bertanggung jawab?
    Semua orang Batak harus bertanggungjawab, karena majunya Parawisata Danau Toba akan berakibat "multi effect plyer" Danau Toba akan menjadi pasar bagi hasil pertanian dan lapangan kerja di sekitar areal Danau Toba. Kemajuan Parawisata akan menimbulkan efek pasar kepada daerah-daerah pertanian disekitar Dana Toba.
    Banyak perantau yang tidak peduli, bahkan mereka yang berasal dari sana. jika pulang kampung, mereka asik dengan uangnya sendiri, tidak peduli seperti apa kehidupan masyarakat daerahnya sekarang dan yang akan datang. Memberikan uang sekedar bagi sanak saudaranya, sudah cukup tanpa memikirkan "How they are next" Gerakan Moral membangun karakter setempat dan jiwa pelayanan yang baik, salah satu unsur yang paling dirisaukan oleh touris yang pernah berkunjung ke sana adalah kondisi moral. Soal fasilitas yang tidak terawat, dapat kita maklumi karena perawatan perlu dana, adanya dana karena ada yang beli, adanya yang beli karena dia nyaman membelajakan uangnya.
    Pemerintah, dalam hal ini Pemda, juga nampaknya tidak mau peduli dan tidak pernah ada bargaining terhadap usaha pembangunan. Usaha untuk memberi pengarahan, pembelajran dan pendidikan kepada masyarakat, tentang pelayanan yang baik. Filosofi sebagai raja bagi masyarakat sekitar hanyalah sebagai ucapan gelarkesombongan, bahwa raja bukan pelayan pelayang adalah hatoban, biar ekonomi sulit yang penting “Raja”. Pada hal predikat raja adalah sangat berat untuk di pangku.
    Raja adalah "sipanakkok na male, sipatuat na bosur. Partataring na so hea mittop, parlage naso hea balun !, parpiring naso hea ias" artinya, seorang raja yang baik selalu banyak tamu silih berganti, akibatnya tungku tidak pernah padam, Tikar yang tidak pernah digulung, dan piringnya tidak pernah bersih. artinya, seorang raja selalu mempunyai kegiatan menjamu tamu, kegiatan memasak, kegiatan membersihkan perabotan dapur. Artinya kalau pariwisata Danau Toba mengalami kemajuan, pasti ditandai oleh banyaknya kunjungan bangsa lokal maupun mancanegara, akan membutuhkan pelayanan mempersiapkan tempat membersihkan dan merapikan tempat tidur membersihkan ruangan kamarmandi dan wc. Juga harus mempersiapkan makan, memasak mencuci piring dan perabotan, mempersiapkan tempat makan, melayani selera, dll. semuanya itu dilakukan oleh raja dengan segala perangkatnya. Jangan pernah sombong dengan predikat raja, kalau tamunya saja tidak nyaman di rumahnya. Pemda juga harus memikirkan perlu tidaknya kegiatan studi banding ke daerah yang maju Pariwisatanya. Kalau memang perlu, jangan hanya melihat banyaknya rombongan touris, dan pelayananan secara kasat mata. Dampak pelayanan yang baik, sejauhmana berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi masyarakat dan sekitarnya, untuk memberi dorongan untuk berbuat.
    Danau Toba yang Indah?
    Sangat menyentak ketika Daerah Danau Toba tidak masuk dalam Program "Visit Indonesia Yaer" ,,, Siapa yang peduli,,,,?
    Sampai sekarang belum ada yang memberikan tanggapan terhadap, tidak masuknya Danau Toba ke dalam "Visit Indonesia Year" Semua orang yang pernah melihat alam Danau Toba tercengang mendecik, karena keindahan alamnya kadang kala terdengan komentar "LUMBUNG UANG YANG SANGAT BAGUS" Keindahan dan keadaan alamnya dapat dijadika sebagai tambang kekayaan bagi negara umumny, pemda setempat khususnya. Dimana letak persoalannya??????????
    Ini merupakan tantangan bagi kita dan generasi muda Indonesia pada umumnya, khususnya generasi muda Batak. Gerakan Moral, harus menjadi komitmen orang Batak di perantauan maupun di bona pasogit
    Silakan, semua orang Batak diharapkan dapat memberikan masukan.