Pages

Saturday, March 26, 2016

KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA!

KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK
INI BUKTINYA!


Oleh: Edward Simanungkalit
_______________________




Sumber gambar:  www.forgottenmotherland.com


Sumber gambar:  www.forgottenmotherland.com

        Gambar Y-DNA Haplogroup dari Toba, Karo, dan Nias di atas akan menarik bila dihubungkan dengan  Mitologi Toba (biasa disebut mitologi Batak) yang mengatakan bahwa Si Raja Batak merupakan nenek-moyang dari Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing. Ditambah dengan Nias yang disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi maupun Raja Jau, sedang Gayo disebut-sebut sebagai keturunan Raja Aceh menurut tarombo Si Raja Batak tersebut.  Terlihat sekilas lintas saja bahwa ketiganya berbeda apalagi Nias semakin jauh lagi perbedaannya dengan Toba. Y-DNA Haplogroup Toba terdiri dari: K-M526* 13,51%, O-P201* 56,76%, O-P203 2,7%, O-M110 10,81%, O-M95* 13,51%, dan R-M124 2,7%. Sementara Y-DNA Haplogroup Karo tediri dari: C-RPS4Y 19,05%, O-M95* 19,05%, O-M119 42,85%, dan R-M173 19,05%, serta Nias terdiri dari: O-M110 13,33% dan O-P203 86,67%. Lebih jauh penulis telah membahas masalah Y-DNA Haplogroup dari Toba dalam tulisan sebelumnya berjudul: “MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG” (2016).
Saat ini baru ketiga gambar di atas yang dapat ditampilkan, karena baru ketiganya yang sudah dilakukan tes DNA, sedang hasil tes DNA Gayo sepertinya belum dipublis seluruhnya. Sementara Pakpak, Simalungun, Angkola-Mandailing belum dilakukan tes DNA sampai saat sekarang. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah dapat dilakukan tes DNA-nya, karena sampai sekarang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah melakukan tes DNA sekitar 60%  atas seluruh etnis Indonesia. Ditambah lagi dengan bertambahnya staf-staf yang sudah berhasil dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga semakin banyak tenaga yang mereka miliki untuk melakukan tes DNA.  Bila sudah selesai nanti, maka DNA Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing akan jelas dan dengan mudah dapat melihat kebenaran sebuah mitologi dan tarombo.
Kesamaan antara Toba dengan Karo hanya pada Haplogroup O-M95* saja, sedang yang lainnya berbeda. Maka, kalau hendak dikatakan bahwa Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula tentulah dengan mudah menolaknya. Karena adanya perbedaan tadi dan perbedaannya lebih banyak daripada persamaannya. Oleh karena itu, secara genetik, maka Toba berbeda dengan Karo dan Karo bukan keturunan Toba dan Si Raja Batak. Toba dan Karo adalah dua etnis yang berbeda dan terbentuk masing-masing, bukan seperti yang diceritakan di dalam buku W.M. Hutagalung berjudul “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”. Termasuk beberapa buku tarombo lainnya dan tarombo-tarombo yang dapat didownload di internet pada dasarnya juga sama prinsipnya dengan buku W.M. Hutagalung tadi. Tentang tarombo Si Raja Batak ini juga sudah ada beberapa dibuat lagunya yang dinyanyikan dalam video dan diupload di youtube. Kalau Orang Karo mengatakan bukan Batak atau bukan keturunan Si Raja Batak, maka pernyataan itu sangat beralasan yang didasari pikiran sehat dan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu pengetahuan modern.
Adapun mengenai Y-DNA Haplogroup Nias, walaupun kedua Haplogroup O-M110 dan O-P203 ada di dalam Y-DNA Haplogroup Toba, tetapi sebagian besar berbeda, maka pastilah Nias bukan berasal dari Toba atau bukan keturunan Toba atau Si Raja Batak seperti banyak disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi atau Raja Jau. Masyarakat Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia dan nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias (Wikipedia). DNA Nias tersebut nyaris 100 persen sama dengan DNA dari Taiwan, karena Nias nyaris tidak bercampur. DNA Nias ini sudah diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca: Toba). ”Untuk membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias berbeda dengan DNA Toba maupun Karo. Maka, Nias bukan berasal dari Toba seperti menurut tarombo itu.
Akan halnya dengan Gayo, temuan fosil manusia di Loyang Mandale, Aceh Tengah yang berusia 7.400 tahun (temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300 lebih siswa/i di Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyampaikan bahwa orang Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang merupakan ras Australomelanesoid, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik, Gayo ini berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas Gayo, 08/03-2012). Dulu etnis Gayo pernah diundang juga menghadiri acara Kesatuan Bangso Batak se-Dunia (The Globe Journal, 14/10-2010),  tetapi Gayo ini telah dilakukan penelitian arkeologi dan tes DNA, sehingga mereka tidak dapat dibatakkan atau dijadikan Batak lagi sekarang ini, karena dipastikan bukan keturunan Si Raja Batak.  
Di dalam mitologi Toba dan tarombo Si Raja Batak, yang disebut “Batak” sebagaimana ditulis oleh W.M. Hutagalung dan berbagai buku tarombo lain maupun tarombo yang dapat didownload dari internet, bahwa semua marga Karo adalah keturunan dari marga-marga Toba atau keturunan Si Raja Batak. Nias juga disebut  keturunan dari Raja Asi-asi maupun Raja Jau dan Gayo disebut keturunan Raja Aceh, yang pada akhirnya disebut sebagai keturunan Si Raja Batak. Tapi, ternyata telah terbukti, bahwa Karo, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak seperti yang disebutkan tarombo tersebut. Sementara Pakpak, Simalungun, dan Mandailing belum dilakukan tes DNA, tetapi sudah 50% tarombo Si Raja Batak tersebut terbukti tidak sesuai dengan fakta. Selanjutnya, bila mengamati sisi budaya dan ciri-ciri fisik orang Pakpak, Simalungun, dan Mandailing, maka terlihat mereka juga bukan keturunan Si Raja Batak. Apalagi penulis telah memaparkan bukti-bukti arkeologis melalui tulisan berjudul “BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?”, yang menyimpulkan bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas sekarang, bahwa tarombo tersebut patut diuji-ulang melalui tes DNA yang  tentunya jauh lebih valid dan terpercaya. Dengan USD $ 99 per-orang merupakan tarif tes DNA di www.23andme.com, sebuah lembaga terpercaya di Amerika Serikat, maka asal leluhur akan tersingkap dengan jelas. Lebih jelas dan lebih valid hasilnya. (*)

Tebing di Sianjur Mulamula (sumber: solutourandtravel.blogspot.co.id)


                                                               (*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban 


1 comment:

  1. Terima kasih atas tulisannya Pak Simanungkalit. Sehingga generasi ini dan berikutnya akan lebih MELEK sejarah.

    ReplyDelete