Pages

Wednesday, May 28, 2014

Hasil Penelitian Ceruk Mendale Di Seminarkan


Hasil penelitian tentang asal usul suku Gayo diseminarkan dalam Sarasehan bertajuk“Gayo Merangkai Identitas” Digelar di Takengon, kabupaten Aceh Tengah. Rabu Seminar yang membahas Hasil penelitian dan eskavasi Loyang Mendale dan sekitarnya yang dilakukan oleh sejumlah arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Sumatera Utara serta uji tes deoxyribonucleic acid (DNA) terhadap ratusan warga dataran tinggi Gayo dan sampel gigi kerangka masusia pra sejarah Loyang Mendale Kabupaten Aceh Tengah di gelar di Gedung Olah Seni Takengon. 

Hadir sebagai pemateri Drs. Ketut Wiradnyana arkeolog dari Balai Arkeologi Medan Sumatera Utara, Drs. Muhammad Syukri, MPd, mewakili Bupati Aceh Tengah, Yusra Habib Abdul Gani  yang merupakan Director Institute for Ethnics Civilization Research, Denmark, serta Prof DR M Dien Majid yang merupakan guru besar di Universitas Islam Nasional (UIN) Jakarta dan Dr. Safarina G Malik dari Eikjman Institute.  Acara yang dipandu oleh Khalisuddin ini diikuti oleh berbagai kalangan di masyarakat Gayo. 
Dalam acara tersebut juga  diluncurkan  buku berjudul “Gayo Merangkai Identitas,” yang ditulis 2 orang arkeolog dari Balar Medan, Drs. Ketut Wiradnyana dan  Taufikurrahman Setiawan dengan pengantar dari Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak dan penerbit Obor, untuk cetakan pertama, Pemkab Aceh Tengah mencetak buku  tersebut sebanyak 1200 eksmplar.
Ketut Wiradnyana dalam pemaparan hasil hasil penelitian dalam uji DNA dari Lembaga Molekuler Eijkman Jakarta, Dr. Safarina Giofani Malik berjudul “Asal Usul Urang Gayo”. Dan terakhir sebagai pembanding tampil Muchlis Gayo SH dengan judul makalah “Urang Gayo dan Kebudayaan”.
Dr. Safarina G Malik dari Eikjman Institute  dalam pemaparan materinya mengatakan, hasil tes DNA terhadap sampel darah 300 lebih siswa dan siswi SMA di Takengon yang diambil awal tahun 2011 lalu, Dia menyatakan bahwa dari hasil tes DNA tersebut dapat disimpulkan bahwa kekerabatan genetik antara populasi Gayo dengan Karo sangat dekat, setelah membandingkan 3 populasi yaitu Gayo-Karo-Toraja.
Menurutnya, yang tinggi adalah keanekaragam genetik pada populasi suku Gayo. Mayoritas populasi suku Gayo masuk dalam haplogroup M yaitu salah satu haplogroup bangsa Austronesia. Populasi Austronesia berada di Indonesia bagian Barat, dan populasi Austroloid di Indonesia bagian Timur dengan daerah antara di kepulauan Nusa Tenggara Timur.
Menyangkut dengan kekerabatan genetik antara populasi Gayo dengan Karo, selama ini diasumsikan bahwa orang Karo yang bermigrasi ke Gayo. Namun berdasarkan hasil penelitian arkeologis di Ceruk Mendale, sebagaimana diungkapkan Prof DR Bungaran A Simanjuntak dalam buku “Gayo Merangkai Identitas” (2011) terungkap adanya migrasi masa Neolitik melalui jalur Barat.
Sejalan dengan itu, tulis Bungaran, juga memunculkan hipotesis akan akar budaya Neolitik di Sumatera bagian Utara yang dimungkinkan dimulai dari wilayah Tanah Gayo dan kemudian menyebar ke Tanah Batak. “Ini mematahkan asumsi selama ini yang menyatakan bahwa suku Gayo berasal dari orang Batak yang bermigrasi ke daerah ini,” tegas Ketut Wiradnyana dalam pemaparan materinya.
 “Acara ini merupakan serangkain kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencari indentitas suku Gayo, kita berharap hasil penelitian ini akan menjadi referensi bagi generasi muda Gayo untuk mengetahui asal usul mereka” ujar Khalisuddin yang merupakan salah satu penggagas acara tersebut. 


Sumber:
http://gayonote.blogspot.com/2011/12/hasil-penelitian-ceruk-mendale-di.html 



VARIASI GENETIK SUKU BATAK YANG TINGGAL DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG BERDASARKAN TIGA LOKUS MIKROSATELIT DNA AUTOSOM

INTISARI: Penelitian tentang variasi genetik menggunakan tiga lokus mikrosatelit DNA D2S1338, D13S317 dan D16S539 dilakukan untuk memperoleh ragam alel pada 76 sampel suku Batak yang tidak berhubungan keluarga yang tinggal di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Sampel DNA diektraksi dari darah menggunakan metode fenol-khloroform dan presipitasi etanol.  Amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan metode PCR (SuperMix, Invitrogen). Ditemukan sebanyak 14 alel pada lokus D2S1338, 10 alel pada lokus D13S317 dan 8 alel pada lokus D16S539. Ketiga lokus menunjukkan keragaman genetik yang tinggi baik pada masing-masing lokus maupun pada pada masing-masing sub-suku Batak dengan keragaman genetik sebesar 0,8637 pada subsuku Batak Toba, 0,7314 pada subsuku Batak Karo dan 0,7692 pada subsuku Batak Simalungun.
Kata kunci: DNA mikrosatelit, Suku Batak, keragaman genetik, frekuensi alel, heterozigositas
Penulis: YOSSY CAROLINA UNADI, INNA NARAYANI, I KETUT JUNITHA

Sumber: http://www.e-jurnal.com/2013/10/variasi-genetik-suku-batak-yang-tinggal.html

No comments:

Post a Comment