Pages

Thursday, April 10, 2014

PESTA RONDANG BINTANG DI TANAH SIMALUNGUN

PESTA RONDANG BINTANG DI TANAH SIMALUNGUN
Oleh: Edward Simanungkalit


Salah satu budaya yang menarik dan memerlukan pelestarian adalah Pesta Rondang Bintang yang merupakan budaya Simalungun. Pesta ini diadakan pada saat terang bulan dan bintang, sehingga pesta ini memiliki pengertian terang-benderang. Acara pestanya dilaksanakan pada malam hari di saat bulan dan bintang menerangi bumi dengan terangnya.

Para tokoh adat bersama tokoh masyarakat Simalungun yang dikenal dengan Partuha Maujana yang berusaha menggali dan melestarikan budaya Simalungun ini. Partuha ialah tokoh adat, sedang Maujana ialah cendikiawan. Berkat upaya Partuha Maujana ini Pesta Rondang Bintang dapat terselenggara kembali. Upaya seperti ini patut dihormati dan perlu ditumbuhkembangkan di dalam masyarakat untuk melestarikan budaya.
http://sopopanisioan.blogspot.com
1.       Tradisi Pesta Rondang Bintang
Pesta Rondang Bintang merupakan pesta adat setelah musim panen untuk mengungkapkan rasa syukur  atas keberhasilan panen raya. Pesta ini juga dimanfaatkan para  muda-mudi sebagai satu kebiasaan tahunan menjadi acara pertemuan menjalin kasih atau mencari jodoh dan pengembangan semangat gotong-royong para muda-mudi tersebut.  Pada pesta ini di zaman dahulu para gadis keluar menumbuk padi bersama dan para pemuda datang membantu mereka. Bila pemuda memberikan perhatian, maka para gadis melakukan kegiatan maranggir yang menggambarkan pembersihan diri, yaitu: badan, hati, dan pikiran dengan menggunakan jeruk purut (Nurmaulita, 2012:1; Sihaloho, 2008:1-3).
Pengungkapan rasa syukur di dalam Pesta Rondang Bintang ini berhubungan dengan berhasilnya panen raya, sehingga pesta ini tidak terlepas dari daerah Simalungun sebagai daerah agraris. Demikian juga di dalam kegiatan pertanian itu, bahwa masyarakat Simalungun mengembangkan semangat marharoan, yaitu gotong-royong. Gotong-royong ini dilaksanakan pada saat menanam dan menuai padi serta mengambil kayu untuk membuat alat menumbuk padi maupun membuka jalan, membangun jaringan irigasi dan tempat pemandian. Sehabis panen, berdasarkan musyawarah dan bimbingan para orangtua, maka para muda-mudi mempersiapkan Pesta Rondang Bintang dengan belajar menari, menyanyi, berbalas pantun, dan mengenakan pakaian adat. Muda-mudi yang belum menikah akan menari khusus sebagai ucapan doa permohonan dengan harapan mendapat jodoh untuk cepat menikah, sedang pasangan suami-isteri yang belum mempunyai anak akan menari sebagai doa meminta diberikan anak (Siahaan, 2006:1-2; Sihaloho, 2008:1-3).
http://sopopanisioan.blogspot.com
2.       Pelaksanaan Pesta Rondang Bintang
Pelaksanaan Pesta Rondang Bintang ini diawali dengan mamuhun  yang memiliki makna sebaga  meminta ijin untuk melaksanakan acara adat kepada keturunan Raja Simalungun, yaitu Raja Siantar, Pane, Tanah Jawa, Purba, Dolok Silou, Silimakuta, dan Raja Raya, Saragih Garingging. Sarana dalam pesta ini diawali dengan demban  (sirih) menjadi media saling menghormati sesama. Demban sise, yaitu pemberian uang di bawah sirih dengan kelipatan 12, yang maknanya sebagai tanda sembah penghormatan. Kemudiaan diikuti dengan pemberian ayam serta beras sebagai bekal pelaksanaan adat, karena masyarakat Simalungun hidup dari usaha pertanian pada umumnya (Nurmaulita, 2012:2-3).

Sebelum acara pelaksanaan Pesta Rondang Bintang, maka pada siang harinya muda-mudi sudah harus maranggir dan marrudang. Maranggir ialah mandi dan membasuh rambut dengan jeruk purut, maknanya di samping bersih dan segar adalah menguras (mengusir segala kotoran badan, hati, dan pikiran). Marrudang ialah memakai bunga di bagian kepala sebelah belakang bagi anak boru (perempuan) dan menyematkan bunga pada kantong baju pada laki-laki (Senovian, 2012:2).

Di dalam pelaksanaan Pesta Rondang Bintang itu bukan hanya menampilkan tari dan seni, tetapi juga ada kesempatan diberikan kepada muda-mudi untuk memperkenalkan tanaman dari masing-masing daerahnya. Sementara jenis tari yang ditampilkan muda-mudi pada umumnya mempunyai makna permohonan tersendiri serta tari khusus mohon keturunan bagi pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak. Kemudian dirangkaikan dengan kegiatan berbalas pantun di antara sesama muda-mudi.  Perkenalan pertama pada acara ini sering membuahkan kasih-sayang dan diakhiri dengan pernikahan sesama muda-mudi. Kalangan pemuda selalu menyampaikan niat dengan mengucapkan pantun ditujukan kepada seorang gadis dan si gadis akan menjawab mau atau menolak untuk dipersunting (Siahaan, 2006:2-4; Sihaloho, 2008:1-3).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Senovian (2012:3) mencatat jenis gual (tortor) dalam Pesta Rondang Bintang sebagai berikut:
a. Gual Rambing-rambing, artinya ase roh dearni (semakin sempurna)
b. Gual Sayurmatua, artinya panjang umur
c. Gual Olop-olop, artinya segar tetap sukaria
d. Gual Parahot, artinya agar tetap utuh
e. Gual Sampang Apuran, artinya saling memaafkan
f. Gual Soroung Dayung, artinya agar tersalur rencana
g. Gual Boniala-boniala, artinya saling bermaafan
h. Gual Doding-doding, artinya bersuka-ria
i. Gual Lakkitang Mandipar Laut, artinya selamat diperjalanan
j. Gual Haporas ni Silokkung, artinya jangan anggap remeh
k. Gual Buyut Mangan Sihala, artinya gembira ria
l. Gual Pankail, artinya gembira ria
m. Gual Rintak Hotang, artinya gembira ria
n. Gual Bodat na Handuru, artinya gembira ria

Di antara jenis gual di atas dibagi 3 kelompok, yaitu:
a. Rambing-rambing ramos yaitu buah yang ramos janah marambing-rambing gabe malas ni uhur (doa sambil menari agar mudah rejeki dan tercipta hari esok yang cerah/kebahagiaan).
b. Sayurmatua (lanjut usia) yaitu di samping hari esok yang cerah juga umur yang panjang.
c. Parahot (tetap utuh) yaitu hari esok, panjang umur dan tetap utuh duniawi dan akhirat (Senovian, 2012:4).
http://sopopanisioan.blogspot.com
Pesta Rondang Bintang diadakan dengan mengenakan pakaian adat Simalungun yang menggunakan hiou (ulos) ditambah dengan ornament lainnya yang menggambarkan sumber kehangatan manusia selain api dan matahari. Dengan semangat marharoan, masyarakat mempersiapkan pesta ini secara gotong-royong sebagai bentuk kebersamaan di atas dasar falsafah Simalungun: “Habonaron Do Bona”. Selama ini telah 27 kali Pesta Rondang Bintang diadakan di Tanah Simalungun dan selanjutnya biarlah setiap tahunnya selalu menggema ajakan: “Eta Marrondang Bintang!”. ***


Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 12 Januari 2013
http://sopopanisioan.blogspot.com


No comments:

Post a Comment