Pages

Tuesday, June 12, 2012

Tingginya Produksi Coklat di Akhir Tahun 2011


Tingginya Produksi Coklat di Akhir Tahun 2011
Kamis, 12 Januari 2012

Harga Coklat Turun Rp5 Ribu per Kg
TAPUT- Setelah sempat mengalami kenaikan dua bulan pertengahan tahun lalu, kini harga coklat di Tapanuli Utara anjlok. Penurunan mencapai Rp5 ribu per kilogram. Harga coklat sebelumnya antara Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg turun menjadi Rp15 ribu-Rp10 ribu per kg.

Turunnya harga itu sangat memengaruhi gairah pengelolaan lahan para petani. Penurunan tersebut diperkirakan akibat tingginya produksi pada akhir tahun 2011. Sebab jelang akhir tahun, banyak petani mempercepat penjualan kakao untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru.

Dengan demikian, awal tahun 2012, para pengumpul coklat menurunkan harga. Karena, stok kakao belum terjual seluruhnya. “Terakhir kami masih sempat jual dengan harga Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kg. Namun sekarang sudah turun. Menjadi Rp15 ribu  per kg,” kata Julford Tambunan (30) petani di Pahae, Rabu (11/1).
Ia mengatakan, kakao kualitas sedang dihargai Rp10 ribu-Rp13 ribu per kg.

Menurutnya, selain adanya kelebihan produksi, ayah satu anak ini juga memperkirakan penurunan harga juga dipengaruhi oleh kualitas dan kadar air kakao yang secara langsung menurun. Penurunan kali ini, katanya, merupakan penurunan kedua kalinya setelah awal tahun 2012.

Senada dikatakan petani kakao lainnya, Netty Raja Sonang (35). Ia mengatakan, penurunan harga kakao membuat mereka meraih untung yang sangat sedikit.
Meskipun tidak seanjlok pada pertengahan 2010 yang jatuh hingga Rp8 ribu per kg, namun para petani berharap agar harga kakao kembali naik menjadi Rp20 ribu per kg.
“Dulu kenaikannya sangat lambat. Dari Rp8 ribu naik menjadi Rp14 ribu per kg. Kita berharap hal kenaikan yang lambat seperti ini tidak terulang lagi,” harapnya.

Menurutnya, jika harga jual kakao mengalami kenaikan atau berada di harga yang netral, maka akan dapat membuat petani bergairah kembali untuk mengelola pertanian dengan maksimal. “Yang bikin kita malas mengelola coklat karena harganya rendah.

Sebab, apabila harga coklat turun, maka biaya operasional tidak tertutupi,” jelasnya.
Para petani berharap harga tersebut tidak semakin anjlok lagi. Sebab, jika harga anjlok,  petani akan kewalahan untuk melakukan perawatan. Terlebih coklat merupakan tanaman utama yang menjadi sumber penghasilan untuk warga Pahae. (ht/des)


Sumber:
http://www.metrosiantar.com/arsip/BONA_PASOGIT/Tingginya_Produksi_Coklat_di_Akhir_Tahun_2011

No comments:

Post a Comment