Pages

Wednesday, June 6, 2012

Sruput...Kopi 'Ateng' dari Sipirok Buat Kesengsem Pengopi Luar


Sruput...Kopi 'Ateng' dari Sipirok Buat Kesengsem Pengopi Luar




 
Sruput...Kopi 'Ateng' dari Sipirok Buat Kesengsem Pengopi Luar
Biji Kopi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SIPIROK - Satu lagi jenis kopi Indonesia mendapat tempat di hati penggemar kopi luar negeri. Kopi "ateng" asal Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, buka hanya diminati di Medan dan Pulau Jawa, tetapi juga di Malaysia dan Singapura.

Salah seorang petani kopi asal Desa Sigiringgiring Dolok, Kecamatan Sipirok, Chaidir Hasibuan, Jumat, mengatakan, kopi tersebut sangat disukai karena aromanya yang harum dan cita rasanya yang enak. Selain sangat mudah ditanam dan juga cepat menghasilkan atau panen. Menurut Chaidir kopi ateng ini harganya juga sangat mahal.

Oleh karena itu, katanya, petani kopi di Kecamatan Sipirok saat ini berlomba-lomba dan lebih banyak menanam kopi ateng. Sebelumnya, warga di daerah itu, paling banyak menanam kopi jenis arabika.

"Kopi ateng itu juga sangat mudah laku dan sangat dicari konsumen yang ada di Sumatera Utara," kata Hasibuan. Ia menjelaskan, kopi ateng ini di daerah Sipirok juga disebut sebagai kopi unggulan oleh masyarakat.

Warga menamakan kopi ateng karena tinggi tanaman ini sangat pendek, namun memiliki kelebihan atau unggul dari tanaman jenis kopi lainnya seperti kopi arabika. "Kopi ateng saat ini merupakan tanaman primadona bagi petani kopi di daerah Sipirok," kata Hasibuan yang sudah 23 tahun menjadi petani kopi.

Dia mengatakan, kopi ateng ini merupakan saingan berat bagi kopi luak (biji kopi yang dimakan musang. Bahkan, kopi ateng yang baru saja selesai dipanen oleh petani langsung dibeli konsumen di kebun dengan harga Rp15.000-Rp20.000 per kilogram.

"Tanaman kopi ateng ini kini sudah merupakan andalan bagi petani di Kecamatan Sipirok menggantikan tananaman warga di daerah itu yang dulunya cengkih. Tananaman cengkih di Kecamatan Sipirok tidak lagi ditanam warga karena banyak yang mati dan merugikan," kata Hasibuan yang memiliki 46 batang tanaman kopi ateng tersebut.

Merambah Malaysia


Hasibuan juga mengatakan, setelah kopi ateng dibeli pengusaha atau eksportir kopi, kemudian mereka olah lagi dan dijual ke Malaysia, Jepang, dan Singapura. Bahkan, kopi ateng ini menurut beberapa pengusaha memilik kelebihan dibandingkan kopi jenis arabika, sehingga sangat banyak diminati dan laku keras di pasaran Asia.

"Kopi ateng ini bijinya sangat padat dan saat ini paling dicari bagi pecandu minumun kopi di Pulau Jawa dan Sumatera." kata Hasibuan, Tanaman ini, imbuhnya, juga mudah hidup di Kabupaten Tapanuli Selatan, Dairi, dan Humbang Hasundutan di wilayah Sumatera Utara.
Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Antara



___________________________________________________________



Kopi ‘Ateng’ Sipirok Diminati di Luar Negeri


Sipirok, 4/2 (ANTARA) – Kopi “ateng” asal Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tidak hanya diminati di Medan dan Pulau Jawa, tetapi juga di Malaysia dan Singapura.


Salah seorang petani kopi asal Desa Sigiringgiring Dolok, Kecamatan Sipirok, Chaidir Hasibuan, Jumat, mengatakan, kopi tersebut sangat disukai karena aromanya yang harum dan cita rasanya yang enak.


Selain sangat mudah ditanam dan juga cepat menghasilkan atau panen, menurut dia, kopi ateng ini harganya juga sangat mahal.


Oleh karena itu, katanya, petani kopi di Kecamatan Sipirok saat ini berlomba-lomba dan lebih banyak menanam kopi ateng. Sebelumnya, warga di daerah itu, paling banyak menanam kopi jenis arabika.


“Kopi ateng itu juga sangat mudah laku dan sangat dicari konsumen yang ada di Sumatera Utara,” kata Hasibuan.


Dia menjelaskan, kopi ateng ini di daerah Sipirok juga disebut sebagai kopi unggulan oleh masyarakat.


Warga menamakan kopi ateng karena tinggi tanaman ini sangat pendek, namun memiliki kelebihan atau unggul dari tanaman jenis kopi lainnya seperti kopi arabika.


“Kopi ateng saat ini merupakan tanaman primadona bagi petani kopi di daerah Sipirok,” kata Hasibuan yang sudah 23 tahun sebagai petani kopi.


Dia mengatakan, kopi ateng ini merupakan saingan berat bagi kopi luak (biji kopi yang dimakan musang. Bahkan, kopi ateng yang baru saja selesai dipanen oleh petani langsung dibeli konsumen di kebun dengan harga Rp15.000-Rp20.000 per kilogram.


“Tanaman kopi ateng ini kini sudah merupakan andalan bagi petani di Kecamatan Sipirok menggantikan tananaman warga di daerah itu yang dulunya cengkih. Tananaman cengkih di Kecamatan Sipirok tidak lagi ditanam warga karena banyak yang mati dan merugikan,” kata Hasibuan yang memiliki 46 batang tanaman kopi ateng tersebut.


ke Malaysia.


Hasibuan juga engatakan, setelah kopi ateng itu dibeli pengusaha atau eksportir kopi, kemudian mereka olah lagi dan dijual ke Malaysia, Jepang, dan Singapura.


Bahkan, kopi ateng ini menurut beberapa pengusaha memilik kelebihan dibandingkan kopi jenis arabika, sehingga sangat banyak diminati dan laku keras di pasaran Asia.


“Kopi ateng ini bijinya sangat padat dan saat ini paling dicari bagi pecandu minumun kopi di Pulau Jawa dan Sumatera. Tanaman ini juga mudah hidup di Kabupaten Tapanuli Selatan, Dairi, dan Humbang Hasundutan di wilayah Sumatera Utara,” kata Hasibuan.


(T.M034/B/A027/A027)




Sumber:
http://www.antarasumut.com/berita-sumut/kopi-ateng-sipirok-diminati-di-luar-negeri/

No comments:

Post a Comment