Pages

Friday, June 22, 2012

Persatuan Luat Pahae Minta Proyek Geothermal Sarulla Ditutup


Persatuan Luat Pahae Minta Proyek Geothermal Sarulla Ditutup

Jika pemerintah tidak mampu memastikan perlakuan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat lokal, maka sebaiknya proyek Geothermal Sarulla yang berlokasi di Pahae, Tapanuli Utara, segera ditutup.
Demikian disampaikan Ketua Majlis Pengurus Pusat Persatuan Luat Pahae Indonesia (PLPI) Dr Hulman Sitompul SpOG didampingi Sekretaris Shohibul Anshor Siregar kepada wartawan di Medan, Senin (09/08/2010).
Skema panas bumi
Hulman menjelaskan bahwa dalam setiap proyek serupa selalu dikhawatirkan tiga jenis potensi kejahatan sekaligus, yakni kejahatan kemanusiaan, kejahatan lingkungan dan kejahatan keuangan yang ketiga-tiganya terindikasi terjadi di Pahae. "Oleh karena itu Majlis Pengurus Pusat Persatuan Luat Pahae Indonesia (PLPI) menyerukan penghentian proyek geothermal Sarulla," sebut Hulman.
Hulman juga menjelaskan sampai sat ini prinsip-prinsip kelestarian lingkungan dan regulasi lainnya sudah banyak dilanggar. Baik pemerintah (lokal dan provinsi) maupun investor tidak pernah mau jujur kepada masyarakat. Akibatnya masyarakat sampai saat ini belum tahu resiko lingkungan apa saja yang sedang mengancam mereka dan pemerintah bersama investor cenderung menganggap ketidaktahuan masyarakat itu sebagai keuntungan besar.
Sementara itu Sekretaris PLPI Shohibul Anshor Siregar mengungkapkan sejak masa pra konstruksi masyarakat sudah dikorbankan. Lahan milik mereka dihargai tidak sepantasnya dan musyawarah mufakat diabaikan.
Kecenderungan bahaya lebih besar sedang mengancam masyarakat lokal baik dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup.

Menurut sebuah sumber sebut Shohibul lagi , dari pengalaman proyek-proyek serupa di Indonesia akurasi penilaian dan pengawasan Amdal oleh pemerintah maupun investor selalu lemah yang mengakibatkan kerugian besar bagi rakyat. Konon proyek serupa di Dieng Bedugul, Bali (Juni 2007 lalu) pernah menabur bencana. Salah satu pipa meledak mengakibatkan luka bakar serius gangguan sesak napas bagi rakyat. Pipa itu berdiameter 36 cm, berisi air mendidih sekitar 100 derajat Celsius.


Bukan hanya itu penderitaan rakyat Dieng. Hutan yang dulunya lebat menjadi gundul. Walaupun ditanami dengan tanaman sayuran, tatapi pada musim hujan areal perbukitan itu rawan longsor.

Di semua proyek serupa telah terjadi dampak serius berganda, di antaranya menurunnya kualitas udara dan air tanah, meningkatnya bising dan getaran, menurunnya sifat fisik dan kimia tanah, menurunnya stabilitas tanah, meningkatnya erosi dan sedimentasi, terjadinya bahaya longsoran, terjadinya perubahan tata guna lahan dan hutan, menurunnya kelimpahan & keanekaragaman flora dan fauna, keresahan masyarakat dan gangguan kamtibmas, menurunnya kesehatan masyarakat, ancaman kecelakaan kerja, gangguan transportasi dan bahaya listrik tegangan tinggi secara massal.  Secara empirik ancaman-ancaman tersebut telah terjadi di Pahae.

Menilik sejarah berliku proyek geothermal Sarulla yang dimulai sejak tahun 1993 sampai sekarang, secara makro proyek ini mengandung masalah besar. Negara telah gagal  menciptakan iklim usaha yang baik untuk membesarkan peluang memakmurkan negeri ini.
Proyek serupa mestinya secara konsisten dipandang sebagai pol pemanfaatan Sumber Daya Alam berkategori potensi ekonomi tinggi yang menjadi comparative advantage dengan Negara-negara lain. Harap dipahami bahwa menurut data potensi geothermal Indonesia mencapai 40% dari potensi geothermal dunia yang dengan potensi itu mestinya Indonesia bisa lebih hebat dari negara Islandia yang mengandalkan geothermal, tandas Sohibul. (BS-023)

Sumber:

No comments:

Post a Comment