Pages

Wednesday, June 20, 2012

OBJEK WISATA AEK SIPITU DAI DI SAMOSIR


OBJEK WISATA AEK SIPITU DAI DI SAMOSIR

Laporan: Redaksi
Ilustrasi
Ilustrasi
SAMOSIR, (Tubas) – Pemerintah Kabupaten Samosir membuat program sebagai daerah tujuan wisata merupakan hal yang tepat dan bijak, di mana sebagai daerah asal mula si Raja Batak, Samosir memiliki banyak situs sejarah terkait keberadaan si Raja Batak dan keturunannya. Ada pun berbagai situs sejarah yang terkait dengan keberadaan si Raja Batak dengan keturunannya, di antaranya adalah Pusuk Buhit sebagai tempat nenek moyang suku Batak menyampaikan permintaannya kepada Ompu Mula Jadi Nabolon (Sang Pencipta).
Hal itu disampaikan Ompu Bona Limbong yang tinggal di depan situs Aek Sipitu Dai (Air Tujuh Rasa) warga Desa Sipitu Dai, Kecamatan Sianjur Mula-mula baru-baru ini.

Ompu Bona menambahkan, Pemkab Samosir juga mengandalkan keberadaan situs Aek Sipitu Dai ini sebagai salah satu tempat rekreasi. Hal itu dibuktikan Pemkab Samosir dengan membangun jalan menuju daerah tersebut, sehingga turis-turis yang hendak melihat keajaiban air itu bisa langsung turun untuk melihatnya.

Ada pun keajaiban itu, di antaranya air dari satu sumber rasanya akan berbeda dari masing-masing tujuh pancuran yang ada. Selain itu, selama ini air tersebut sangat dipercaya khasiatnya untuk dipakai sebagai pulung (ramuan) obat untuk mengobati penyakit yang diakibatkan oleh ilmu-ilmu mistik.

Sebagai daerah tujuan wisata, banyak dilakukan perbaikan situs-situs maupun sarana infrastruktur oleh Dinas Pariwisata. “Komitmen untuk mengembangkan objek wisata yang ada terlihat dengan adanya rehabilitasi atas objek wisata yang ada agar layak jual,” ujar J.D.Limbong atau lebih dikenal dengan Oppu Bona tersebut.

Adapun susunan pancuran berdasarkan letak dan penggunaannya adalah: Pancuran I merupakan Aek Poso, khusus untuk Ibu memandikan anak-anak yang belum memiliki gigi, karena anak-anak tersebut tidak bisa dibawa ke mata air. Pancuran II merupakan pemandian kaum Ibu yang telah berusia uzur atau tidak bisa lagi melahirkan maupun wanita mandul.

Pancuran III merupakan pemandian kaum ibu muda yang sedang mengandung atau kaum ibu yang masih ada harapan untuk mengandung/melahirkan. Pancuran IV disebut Paridian Sibaso (Pemandian Wanita Pengobati) yang berfungsi untuk membantu persalinan, letaknya mengarah ke pembuangan karena Sibaso biasanya memegang anak-anak yang kotor (proses persalinan).

Pancuran V disebut Paridian Pangulu yang merupakan tempat pemandian kaum lelaki yang sudah berusia tua dan uzur. Pancuran VI disebut Paridian Doli-doli merupakan pemandian lelaki muda yang merupakan keturunan Guru Tatea Bulan. Pancuran VII disebut Paridian Hela dipakai oleh kaum lelaki (menantu) yang memperisteri wanita keturunan Guru Tatea Bulan.

Menurut pemantauan wartawan, program Pemkab Samosir membenahi seluruh objek wisata, khususnya Aek Sipitu Dai, tidak sinkron dengan program pembangunan Provinsi Sumatera Utara yang terkesan tidak memberi perhatian atas fasilitas infrastruktur jalan yang rusak di banyak tempat.

Selain itu sosialisasi para pejabat di Dinas Perhubungan dan Pariwisata Samosir kepada masyarakat, khususnya di sekitar lokasi agar mempersiapkan sikap dan tingkah laku untuk menerima para turis agar betah dan kerasan, amat kurang. Bukan itu saja, saat ini di seputar Aek Sipitu Dai, hewan berkaki empat khususnya ternak babi, masih bebas berkeliaran. (polim)


Sumber:

No comments:

Post a Comment