Pages

Wednesday, June 6, 2012

Mengoptimalkan Candi dan Makam Kuno Di Tapsel Sebagai Objek Wisata Budaya


Mengoptimalkan Candi dan Makam Kuno Di Tapsel Sebagai Objek Wisata Budaya
PADANGSIDiMPUAN (EKSPOSnews): Makam kuno dan candi yang dijumpai di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut dapat dioptimalkan menjadi wisata religi dan wisata budaya.

Persoalannya, kondisi geografis di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan masih harus dibenai, karena jaraknya dari Medan relative jauh dan jalan menuju lokasi relatif kecil dan rusak parah.

Apapun masalahnya, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut tampak kurang antusias melakukan perbaikan terhadap candi-candi yang ada di daerah itu. Daerah yang diapit Sungai Barumun dan Pane beserta anak-anak sungainya itu, sesungguhnya memiliki aset potensial berupa candi dan makam kuno untuk ditawarkan kepada wisatawan mancanegara maupun wisatawan nasional.

Jika melalui darat perjalanan sejauh 400 km ini dapat ditempuh sekitar 10 jam, melewati Parapat, Tarutung, Sipirok, Gunung Tua. Gunung Tua adalah ibukota Kecamatan Padang Bolak dengan jumlah penduduk yang cukup padat. Karena letaknya di persimpangan jalan Pakanbaru-Rantauprapat dan Pakanbaru-Padangsidimpuan, kota kecamatan ini cukup ramai dikunjungi oleh para pedagang dan sekaligus sebagai tempat persinggahan. 

Letaknya 60 km dari arah Kota Padangsidimpuan. Sedangkan jika melalui udara, jadwal penerbangan hanya dua kali seminggu menuju Bandara Aek Godang. Wisata budaya yang cukup menarik di sepanjang hulu Sungai Barumun hingga ke daerah pertemuran Sungai Barumun-Pane adalah Makam Kramat Jiret Mertuah. 

Situs Makam Kramat Jiret Mertuah oleh peneliti terdahulu disebut dengan nama Pageran Bira. Terletak di Desa Pageran Bira Jae, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Tapanuli Selatan.. Untuk menuju situs Pageran Bira, dari Gunung Tua ke arah Sibuhuan sejauh 72 km, kemudian ke kanan (barat) sejauh 18 km melewati Kecamatan Lubuk Barumun, Ulu Barumun, dan Sosopan. Setelah sampai di Masjid Nurul Iman, Desa Pagaran Bira Jae perjalanan dilanjutkan ke kiri melewati jalan setapak 200 meter. 

Situs Makam Kramat Jiret terletak di tengah kebun kopi pada sebidang tanah yang dibatasi dengan pagar dari batu kali. Pada jarak 150 meter ke arah barat laut terdapat Sungai Sorimangampu yang mengalir dari barat daya ke timur laut. 

Makam Kuno

Di situs ini terdapat dua buah makam kramat, penduduk setempat biasa menyebut makam suami dan makam istri yang terletak di teras paling atas. 

Sedangkan dua teras yang lebih rendah berada di sebelah utara makam ini. Kedua tokoh yang dimakamkan merupakan penyebar agama Islam di daerah tersebut. Yang menarik pada situs ini adalah makam kuno yang dibangun di atas bekas candi. Batu-batu candi yang terdapat pada situs ini berupa batu andesit berbentuk umpak, yoni, kemuncak candi atau kemuncak pagar langkan. 

Makam pertama merupakan makam suami yang berada di atas tumpukan batu candi dan batu kali. Orientasi makam utara –selatan, dengan ukuran panjang 4,40 X 1 meter. Nisan pada makam ini berupa kemuncak candi, di bagian kepala berupa bagian dari stupa dengan dan bagian kaki berbentuk amalaka (waluh). 

Pada makam ini terdapat umpak batu yang ditempatkan di sebelah timur Sungai Siraisan, tidak jauh dari Situs Pageran Bira laut tenggara dan barat daya, dan batu candi di sebelah timur laut makam. 

Kedua merupakan makam istri dengan orientasi utara-selatan, berukuran 3,40 X 1,2 meter. Nisan di bagian kepala berbentuk kemuncak candi yang berada di atas lapik batu. Sedangkan nisan di bagian kaki berupa lempengan batu candi berbentuk persegi empat. 

Biaro Si Sangkilon terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Barumun, Kabupaten Tapanuli Selatan. Jarak lokasi dengan ibukota kecamatan (Sibuhuan) sembilan kilometer. Runtuhan Biaro Si Sangkilon berupa beberapa gundukan tanah yang terletak di tengah areal persawahan. Sekitar 20-30 meter menuju arah utara terbentang Sungai Sangkilon (Sungai Barumun di daerah hulu) yang mengalir ke arah barat – timur laut. 

Pada areal kompleks yang dibatasi tembok keliling terdapat empat buah runtuhan bangunan, masing-masing sebuah bangunan induk dan tiga buah bangunan yang lebih kecil. 

Kompleks Biaro Si Sangkilon mempunyai tembok pagar keliling yang dibuat dari bata. Runtuhan gerbang pintu masuk halaman kompleks biaro yang masih tersisa terletak di sisi utara menghadap ke arah Sungai Sangkilon berukuran 1 X 2 meter dengan tinggi 0,6 meter. 

Bangunan Biaro Induk sudah tidak utuh lagi, bagian bangunan yang masih tersisa adalah kaki dan tubuh, sedangkan bagian atapnya sudah hilang. Bagian kaki bangunan tertimbun runtuhan yang bercampur dengan tanah, berukuran 11 x 11 meter dan tinggi 3,1 meter. Tubuh bangunan yang masih tersisa hanya dua sisi, yaitu sisi utara dan barat. Masing-masing sisi berukuran lebar dua meter dan tinggi 2,6 meter. 

Berdasarkan temuan sebuah lempengan prasasti emas berukuran 5 x 14 cm dalam bilik Biaro Induk  Biaro Sangkilon diduga dibangun pada abad ke-14 Masehi. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris 6146. 

Di ujung tangga naik biaro induk terdapat sepasang hiasan makara yang keadaannya sudah rusak (bagian atas belalai sudah patah). Sebagian badannya terbenam di tanah. Hiasan yang terdapat pada makara berupa sulur-sulur daun. Di bagian mulut makara terdapat hiasan makhluk raksasa. 

Di halaman kompleks biaro ini terdapat tiga gundukan yang mungkin merupakan runtuhan bangunan. Gundukan-gundukan ini terletak di sebelah barat, utara, dan barat laut Biaro Induk. Temuan lain yang terdapat di halaman biaro berupa dua buah arca singa, fragmen bangunan, dan lapik. Seluruhnya dibuat dari batu andesit. Arca singa yang ditemukan bagian kepalanya sudah hilang, entah dipenggal oleh siapa. (tg)


Sumber:

No comments:

Post a Comment