Pages

Thursday, June 7, 2012

Mari Minum Susu Segar di Kaki Gunung Sibayak

Daling Farm: Mari Minum Susu Segar di Kaki Gunung Sibayak


Instrumentalia sudah dibunyikan, mengalun seperti waktu. Dimulai dari musik classic oriental, Moon River, Fernando, Dancing Queen, hingga What a Wonderful World. Tidak ada lagu mak lampir atau rock yang riuh. Semuanya terasa damai, mengalir dan melayang seperti kabut tipis yang dihela angin melintasi pucuk-pucuk pinus. Suasana itu barangkali tidak memberi arti khusus bagi Anda, tapi tidak demikian dengan 200-an ekor sapi perah (dairy cattle) di peternakan susu dan sapi potong milik PT Putra Indo Mandiri Sejahtera (PIMS) yang berlokasi di kaki Gunung Sibayak Berastagi. Musik yang mengalun pada pukul 16.20 WIB itu adalah kode yang sangat dipatuhi oleh sapi-sapi loreng hitam putih itu dengan disipilin tinggi. Kantung-kantung susunya sudah berat, dan kini saatnya bagi mereka menuju kandang terakhir: lokasi pemerahan. Ya, sapi-sapi ini tidak sama dengan hewan sejenis yang kita saksikan di pinggiran jalan menuju Aceh atau daerah lain yang melepaskan hewannya di mana-mana. Sapi perah PT PIMS asal Australia adalah jenis sapi ningrat yang minta diperlakukan secara hikmat dan hormat. Mereka menginginkan kedamaian, kelembutan, musik romantis (kalau perlu Mozart), dan perlakuan yang serba gentle. Kandangnya mesti bersih, iklim harus sejuk, dan jauh dari bising atau keramaian. Bila tidak, maka sapi-sapi itu akan segera mogok menghasilkan susu, persis seperti proletar dari Revolusi Bolsewik Rusia. Petrus Sitepu, Direktur PT PIMS, dengan halus menolak keinginan kami untuk memotret illustrasi pemerahan susu dengan cara rekayasa. “Seandainya itu bisa kita lakukan, tentu saja saya senang. Tapi maaf, sapi-sapi ini hanya akan mau diperah bila waktunya sudah tepat pukul 16.20 WIB, dan musik sudah dibunyikan. Mereka tidak berbakat jadi foto model,” ungkapnya sambil bercanda. 



Demikianlah, kami yang tiba pukul 13.30 WIB harus menahan sabar menunggu disiplin jadwal hewan-hewan gemuk itu. Hujan baru saja turun membuat sekitarnya basah. Cuaca dingin menggigit tulang. Dari sini, Kota Berastagi tampak terjepit di sela-sela perbukitan. Puncak Sinabung sangat terang di belakang Gundaling. Dan Sipiso-piso hilang timbul di sela-sela kabut tebal yang berlari tergesa-gesa ke arah barat. Saya tidak bisa melihat bibir kepundan Gunung Sibayak dari sini karena terhalang pohon-pohon terdekat. Sapi-sapi perah memang tidak boleh stres, karena hal itu bisa mengurangi produksi susunya. Mereka harus “dikudang-kudang”, kandangnya senantiasa dibersihkan, dan diberikan bahan makanan yang seimbang antara pakan basah (daun-daunan) dan pakan padatan kering yang akan membentuk ototnya. Di peternakan PT PIMS, sapi-sapi itu diberikan daun dan pelepah jagung yang sudah dicacah untuk pakan segar dan dedak untuk makanan keringnya. PT PIMS merupakan usaha peternakan sapi perah satu-satunya di Sumatera yang dikelola secara moderen dan menjual produk susu turunan yang sudah dipasteurisasi menjadi yogurt dan susu cair kemasan bermacam rasa. Proses pemerasan telah dimekanisasi dengan perlengkapan yang steril, dan susu sapi langsung disimpan dalam tabung-tabung kapsul transparan yang juga sangat bersih. Di bagian processing (pengolahan) dan packaging (pengemasan), tampak para pekerja mengenakan seragam putih mirip dokter dan penutup kepala yang menyerupai koki. Mereka adalah tenaga-tenaga kerja lokal yang sudah dilatih untuk memiliki kesadaran tinggi terhadap higienitas. Bagi kami, perusahaan farm ini sangat membanggakan karena berdiri sebagai ikon dan bisa jadi akan menyebarkan semangat moderenisasi peternakan di Sumatera. Apalagi, pihak manajemen sangat terbuka terhadap transfer teknologi kepada kalangan petani lokal yang tertarik mengembangkan usaha yang sama. Usia peternakan ini pun baru dua tahun sejak didirikan oleh dua orang Tionghoa Karo bersaudara tahun 2006 lalu. Setelah rubuhnya kerajaan Tapos milik Suharto, maka kini hanya terdapat sedikit peternakan moderen di Indonesia. Susu-susu yang beredar di negeri ini hampir seluruhnya diimpor dari Australia, Malaysia dan Eropa.


(Sebagai catatan, kita memang masih bangsa yang malas berpikir, bekerja, dan berjuang untuk menciptakan produk akhir yang bernilai tambah tinggi. Itulah sebabnya kita lebih suka menjual kayu, batu bara, minyak sawit mentah, jual pasir, harga diri, dan barang-barang murah lainnya. Sebagian dengan cara monopoli atau konsesi biar tak repot, sehingga ada orang yang hidup sangat kaya raya, dan ada yang sangat menderita karena harus membeli susu impor yang mahal, misalnya. Di hari kemerdekaan ke-63 ini, kita sama sekali belum merdeka soal susu). Saat ini, PT PIMS sedang mengembangkan brand Daling Farm untuk produknya. Mereka mengemas susu segar dalam bentuk cup dan susu bantalan. Harganya jauh lebih murah dari susu impor, dan sebagian sudah bisa dinikmati siswa-siswa SD di Tanah Karo. Mereka juga mulai mengembangkan wilayah pemasarannya ke Kota Medan dan beberapa kota satelit di Sumatera Utara. Masih ingat dengan krisis susu di tanah air beberapa bulan lalu yang mengakibatkan harga susu bayi mahal dan sangat tergantung pada impor? PT PIMS adalah proyek yang sangat ditunggu-tunggu untuk menuju kemandirian susu lokal. Sebab susu sangat terkait dengan kwalitas hidup anak-anak bangsa, yang berarti juga adalah masa depan negeri ini. Selain itu, sebagai proyek agro industri yang dikelola secara moderen dan menyenangkan, ternyata Daling Farm juga telah mampu menyedot perhatian turis domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Berastagi. Mereka senang menyaksikan langsung proses industri susu, sembari menikmati pengalaman minum susu segar yang baru saja diperah di peternakannya sendiri. Aha, Anda pun mulai penasaran bukan? Daling Farm berlokasi sekitar 5 km dari pusat Kota Berastagi. Anda boleh masuk melalui jalur pendakian family track Gunung Sibayak yang melintasi samping Hotel Sibayak. Setelah melewati Desa Jaranguda dan tiba di persimpangan jalan, berbeloklah ke kanan. Anda akan melewati lahan-lahan pertanian penduduk seperti kebun bawang prei, strawberry, dan tomat. 


Kemudian akan ada jalan-jalan berkelok melintasi kaki gunung dan hutan kecil. Tidak berapa lama lagi, Anda akan mendapati sebuah gerbang di sebelah kanan dengan plang yang menjelaskan lokasi peternakan. Jalan masuk lain adalah arah sebaliknya, yakni dari ujung jalan yang sama, yang bertemu dengan pusat nursery, sekitar 500 meter dari gerbang Taman Hutan Rakyat (Tahura). Daling Farm bekerja dengan cara yang menyenangkan karena mereka menerapkan peternakan terpadu (integrated farm). Tidak ada bagian yang terbuang dari proses produksinya. Sapi menghasilkan susu dan kotoran. Susunya dijual, kotorannya diolah menjadi pupuk. Pupuk kandang itu kemudian dipakai untuk menyuburkan tanaman di lahan pertanian mereka sendiri. Hasilnya adalah berupa buah, sayur, dan ampas tumbuhan. Buah dan sayur dijual, sedangkan ampas tanaman diolah kembali menjadi makanan sapi. Begitu seterusnya. Metode ini tentu saja dapat pula mengurangi ketergantungan yang tinggi terhadap pupuk kimia. “Kami juga memakai buah-buahan lokal untuk memberi rasa pada susu olahan. Kita memiliki susu segar rasa strawberry dan vanila. Ke depan, kami berencana untuk memperluas varian rasa dan kemasan, di samping memperbesar kapasitas peternakan ini,” ungkap A Hok, salah seorang owner Daling Farm. Menurut A Hok, saat ini mereka sedang mempersiapkan kandang baru di Seribu Dolok. Lokasinya akan lebih luas dari 12 hektar yang mereka miliki di Berastagi. “Peternakan ini adalah ide abang saya. Kami sendiri kurang paham tentang teknologi peternakan pada awalnya. Untung ketemu Pak Petrus. Beliau dulu pernah di Tapos,” kata A Hok yang dulunya berprofesi sebagai pedagang pengumpul hasil-hasil pertanian di Tanah Karo. Kita gembira, di samping tujuan wisata yang bersifat hiburan dan artifisial, kini telah ada tujuan wisata baru di Berastagi yang lebih alami, bersifat mendidik dan pro kepada lingkungan. Sayang bila Anda tidak membawa keluarga mengunjungi proyek peternakan moderen satu-satunya di Sumatera ini. Datanglah sekitar pukul 16.00 WIB untuk menyaksikan momen feeding dan pemerahan susu, agar Anda tidak hanya mengenal susu kaleng di mal-mal yang sibuk atau kedai kelontong di dekat rumah. teks. tikwan raya siregar | foto. putra perwira lubis




Sumber:
http://www.insidesumatera.com/?open=view&newsid=43&go=Daling%20Farm:%20Mari%20Minum%20Susu%20Segar%20di%20Kaki%20Gunung%20Sibayak

No comments:

Post a Comment