Pages

Tuesday, June 12, 2012

Kerusakan Hutan dan Pemanasaan Global (Global Warming) Tanggung Jawab Kita Bersama!!


Kerusakan Hutan dan Pemanasaan Global (Global Warming) Tanggung Jawab Kita Bersama!!

(Penulis Pdt Masada Sinukaban KESAKTIAN PEDULI GENERASI INDONESIA)

UKSW Salatiga Jawa Tengah Pastoral dan Masyarakat.


Gambaran Umum Kerusakan Hutan di Indonesia

Setiap 12 detik, menurut data Bank Dunia 2002, satu Lapangan Bola Hutan Tropis Indonesia Lenyap. Saban tahun rimba seluas “40 kali wilayah Jakarta hilang dari peta”. Negara rugi 45 triliun pertahun. Indonesia juga menyandang gelar juara pertama “Lomba” merusak Hutan sedunia, dengan “Melenyapkan” Hutan tropisnya setiap tahun. Akibat buruknya bisa datang setiap saat. Banjir, longsor, susutnya air, kerusakan ekologi, lingkungan hidup, pancaroba cuaca, dan masih banyak lagi [1].

Kerusakan Hutan di Indonesia secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan Pemanasan Global atau Global Warming yang berdampak/mengakibatkan terjadinya Perubahan Iklim. Harus diakui bahwa Indonesia memang sempat mengalami perusakan Hutan yang cukup besar. Dari hasil pengamatan citra landsat tahun 2000 diketahui bahwa perusakan Hutan periode1997-2000 mencapai 2,83 juta hektar pertahun untuk lima pulau besar, termasuk Maluku dan Papua. Hutan Indonesia yang selama ini dikenal sebagai Paru-paru Dunia, kini telah berubah fungsi. Fungsi Hutan Indonesia yang sangat baik untuk menyerap racun Karbon Dioksida atau gas beracun sekaligus juga menjadi pembersih udara di Bumi ini. Kini hanya tinggal kenangan Akibat perusakan Hutan Indonesia oleh para pelaku perambah Hutan atau pelaku “Illeggal Loging” maka fungsi hutan yang selama ini sebagai pengaman dan pembersih udara di bumi kini telah musnah. Hutan tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Hal inilah yang mengakibatkan Pemanasan Global atau Global Warming yang berdampak terhadap Perubahan Iklim semakin cepat terjadi.

Meski bila di cermati, penyebab utama Pemanasan Global atau Global Warming tersebut ada 4. Satu, dari kelistrikan yang menyumbang 42 persen, dua transfortasi 24 persen, industri sekitar 20 persen, dan sisanya kependudukan serta penggunaan barang-barang komersial 14 persen. Hutan yang rusak sekalipun bukan penyebab utama emisi karbon atau yang dikenal dengan gas karbon dioksida. Namun perlu disadari bahwa fungsi Hutan adalah menyerap emisi karbon. Jadi, dengan rusaknya Hutan maka berdampak kepada Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.

Pemanasaan Global atau Global Warming yang terjadi di Bumi kita ini adalah “Sumbangan” dari Negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat yang telah menyumbang gas emisi karbon sebanyak 24 persen, China 14 persen, Rusia 6 persen, sisanya industri raksasa Jepang serta India menyumbang 5 persen.

Meskipun tiga perempat (75%) dari emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil, perusakan Hutan yang disebabkan oleh Penebangan Liar, kebakaran hutan dan perubahan fungsi lahan hutan tetap dianggap memperparah terjadinya emisi karbon yang menyebabkan Pemanasan Global atau Global Warming yang pada akhirnya mengakibatkan Perubahan Iklim. Akibat dari Pemanasan Global atau Global Warming tersebut adalah terjadinya pencairan es di kutub yang menciutkan cairan es artik 2,7 persen per dekade. Meningkatnya tinggi muka air laut 0.5 mili meter pertahun, kenaikan suhu rata-rata dunia 0,13 derajat celcius dan badai yang sering kita rasakan [2].

Kerusakan Hutan yang berakibat Pemanasan Global ini juga bisa menyebabkan lapisan ozon berlubang dan ternyata mengakibatkan munculnya berbagai macam penyakit. Seperti malaria, demam berdarah, penurunan imunnitas tubuh hingga kemasalah lingkungan hidup. Pemanasaan Global atau Global Warming juga mengakibatkan naiknya permukaan air laut, kekeringan dan juga kebanjiran. Bencana-bencana tersebut dapat kita saksikan di televisi. Berbagai daerah pantai Indonesia diterjang banjir dan air pasang laut yang cukup tinggi berkisar 2-3 meter diantaranya di teluk Jakarta (daerah Jakarta Utara) dan Tangerang. Yang tak kalah mengerikan adalah Pemanasan Global ini bila tidak segera di antisipasi maka bisa juga menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia [3]. Suka atau tidak suka, bencana-bencana itu akan melanda Bumi kita ini silih berganti, dia pasti akan datang. Maka tidak terhitunglah jumlah yang akan menjadi korbannya, baik itu manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, air, udara, tanah, lingkungan hidup, bahkan alam ini yang tak dapat di gantikan lagi.

Bumi kita sedang diancam kehancuran? Sangat di butuhkan sebenarnya sebuah “Gerakan Kepedulian Bersama” demi penyelamatan Bumi kita yang memang hanya satu-satunya ini. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat harus bersama-sama menyatukan kekuatan. Dan hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi karena sudah merupakan sebuah ancaman bagi kelangsungan hidup manusia. Akar masalah ini semua adalah dari sifat keserakahan manusia itu sendiri, yang selalu mau menguasai atau mendominasi alam ciptaan Tuhan. Manusia yang sebenarnya memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menjaga, melestarikan dan memelihara Bumi ini tapi sebaliknya menghancurkannya demi kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Sifat kekerasan manusia terhadap ciptaan yang lain juga menyebabkan Pemanasan Global atau Global Warming ini. Maka dari itu sebenarnya manusialah satu-satunya makhluf yang paling bertanggung jawab atas bencana Pemanasan Global atau Global Warming yang berdampak terhadap Perubahan Iklim di Bumi kita ini.


Kekerasan dan Eksploitasi terhadap Hutan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kekerasan diartikan perbuatan seseorang dan kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan manusia bukanlah insting (Naluri) melainkan tindakan yang disengaja. Kekerasan tidak hanya melibatkan tindakan individual, namun dapat pula tertanam dalam struktur, politik dan ekonomi, yang secara sistematik mensubordinasi orang terhadap yang lain. Dalam Perjanjian Baru, Pemerintah dan Penguasa yang memerintah dunia ini tampak sebagai sumber kekerasan, dan mereka memang kehadiran kejahatan. Penguasa dan Pemerintah, sebagaimana adanya, merupakan personalitas lembaga-lembaga tersebut. Penguasa-penguasa ini diperkuat dan di topang oleh keputusan-keputusan Individual, namun mereka tampaknya melampaui kekuasaan individu-individu. Ketika mereka di rusak oleh pola-pola berdosa, mereka menjadi penguasa demonis dan memperbudak seluruh masyarakat dalam pola-pola berpikir dan bertindak yang destruktif [4].

Kekerasan mungkin juga dapat di defenisikan sebagai usaha individu atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya terhadap orang lain melalui cara-cara non verbal, verbal atau fisik yang menimbulkan luka psikologis dan fisik. Kekerasan secara langsung diperkuat oleh kekerasan budaya dan struktural. Kekerasan-kekerasan yang terjadi terhadap Hutan ataupun yang lainnya dilakukan oleh Manusia itu demi keuntungan pribadi atau kenikmatan sendiri tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi setelah melakukan kekerasan atau eksploitasi terhadap Hutan tersebut. Sehingga Bumi ini menuju kehancuran. Pemanfaatan atau pendayagunaan Hutan demi keuntungan sendiri atau kelompoknya adalah sebuah tindakan yang sangat tidak di benarkan. Faktor kekuasaan atau individu sangat berpengaruh terhadap kehancuran Hutan ini. Sistem dominasi legal rasional yang bertumpu pada kekuatan hukum formal dan impersonal. Dominasi terkait fungsi bukan person.

Kekuasaan dalam organisasi di justifikasi lewat kompetensi rasionalitas pilihan. Hal ini paling sering di gunakan oleh para cukong-cukong atau mafia perambah Hutan untuk melegitimasi setiap kegiatan mereka untuk mengeksploitasi Hutan mengatasnamakan penguasa atau power. Agar dalam setiap kegiatan mereka dalam melakukan Perambahan Hutan seolah-olah memiliki ijin alias legal namun pada kenyataan selalu ada KKN.

Penyalahgunaan kekuasaan inilah yang banyak terjadi sehingga ideologi yang mereka pakai adalah dominasi kekuasaan atau power dari individu yang berkuasa dalam sebuah pemerintahan (sering kita kenal dengan istilah beking). Sistem ideologi yang mereka anut adalah ideologi yang di cermati dari banyak konsep dan pengertian yang mereka anut dengan maksud tujuan masing-masing dalam pengertian ideologi yang deskriptif atau pejoratif. Ideologi yang menjadi sebuah sistem penjelasan tentang eksistensi suatu kelompok sosial serta merasionalisasikan suatu bentuk kekuasaan. Dengan demikian, ideologi memiliki fungsi mempolakan, mengkonsolidasikan dan menciptakan arti dalam tindakan di dalam masyarakat [5].

Salah satu contoh yang menggunakan dominasi Kekuasaan atau Power dalam sebuah pemerintahan, sebut saja kasus Perambahan Hutan atau perusakan Hutan Lindung yang terjadi di provinsi Riau. Polda Riau dengan tegas menyapu bersih semua para pelaku Perambahan Hutan atau pelaku ileggal logging yang ada di provinsi Riau, diantara pelaku Perambah Putan itu tertangkaplah dua pelaku perambah Hutan Riau yang sudah puluhan tahun menghancurkan Hutan di Propinsi ini. Dua perusahaan raksasa bubur kertas (Pulp Paper), yaitu PT Indah Kiat dan PT RAPP [6]. Penangkapan kedua perusahaan raksasa ini adalah perintah dari Kapolri Sutanto kepada Kapolda Riau Brigjen Sutjiptadi yang benar-benar menindak para pelaku Illeggal Logging atau Perambah Hutan dengan tidak melihat siapa pemilik atau pun Beking Perusahaan tersebut.

Ini berlaku bukan hanya bagi Polda Riau tapi menyeluruh. Karena ini adalah kebijakan Kapolri selaku pemimpin aparat Kepolisian yang tertinggi. Demi menegakkan supremasi hukum dan keadilan di negeri ini. Sehingga secara serentak Polda-polda yang ada di seluruh Indonesia dengan tegas pula menangkap siapapun dalang dari Perambah-perambah hutan tersebut. Salah satu diantaranya polda Riau yang berhasil menangkap Perusahan-perusahaan Raksasa yang telah jelas-jelas melakukan Perusakan Hutan di Riau, dengan memanfaatkan ijin yang ada, lalu di salah gunakan oleh Perusahaan tersebut untuk merambah Hutan Riau. Namun apa yang terjadi? Ketika Polri bermaksud menegakkan hukum dan menangkap para pelaku Perambah Hutan, ternyata tidak sejalan dengan Departemen Kehutanan.

Departemen ini menganggap Polda Riau Kebablasan menangkap Perusahaan-perusahaan yang memiliki ijin, padahal jelas-jelas Perusahaan tersebut telah menyalahgunakan ijinnya (misalnya PT atau Perusahaan itu memiliki ijin HPH Hutan seluas 10000 hektar tapi Hutan yang di tebang seluas 20000 hektar) sehingga Polda Riau berani menangkap mereka. Polda Riau sebenarnya telah memiliki bukti dan alasan yang cukup kuat untuk menangkap Perusahaan-perusahaan Nakal tersebut. Namun sekali lagi Polda Riau tetap berbeda pendapat dengan Departemen Kehutanan. Sepertinya Departemen ini membela Perusahaan yang telah jelas-jelas menghancurkan Hutan di Riau. Apakah kasus ini jadi diusut? Ternyata tidak, Menteri Kehutanan Malem Sambat Kaban melapor ke Presiden agar kasus itu di hentikan, karena bila hal itu tidak di hentikan maka dua perusahaan raksasa bubur kertas akan berhenti dan ratusan ribu karyawan-ti akan menganggur, serta negara dirugikan Triliunan rupiah karena kedua Perusahaan itu telah menyumbang Devisa Negara dan membayar pajak yang cukup tinggi. Dengan alasan yang kelihatan masuk akal maka penyidikan kasus Perambahan Hutan di Riau pun di hentikan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim khusus pemberantasan Ileggal Logging yang di Ketuai Menkopolhukam Widodo AS, Praktis Polisi berhenti menangkap para dalang Penghancur Hutan Riau karena Presiden membentuk tim yang baru [7].

Kembali, hal ini disebabkan oleh faktor Penguasa dan Kepentingan Pribadi dan Kelompok yang pada akhirnya sangat merugikan Negara. Hanya karena pemilik kedua Perusahaan itu memiliki kedekatan terhadap Pemerintah yang berkuasa saat ini sehingga kejahatan yang mereka lakukan pun seolah-olah dapat di tutupi. Padahal kerusakan Hutan yang diakibatkan oleh kedua Perusaahan raksasa ini telah menghancurkan 3 juta hektar dari 5 juta hektar Hutan yang ada di Riau. Sebenarnya negara sangat di rugikan dari perbuatan penjarahan atau perusakan Hutan ini. Coba kita bayangkan saja berapa species binatang yang punah, keanekaragaman hayati yang musnah, akibatnya Riau semakin panas, sering terjadi banjir, longsor, dan kerusakan ekosistem alam yang tidak bisa di nilai dengan uang. Kerusakan Hutan Riau yang sangat luar biasa ini juga salah satu penyumbang semakin cepatnya terjadi Pemanasan Global atau Global Warming yang berdampak terhadap Perubahan Iklim di Bumi.

Namun sekali lagi inilah politik Dominasi kekuasaan kelompok atau Power individu. Meskipun rakyat dan negara sangat banyak yang menjadi korban tapi bila para Perambah Hutan itu dekat dengan Penguasa maka apapun yang dia lakukan tidak tersentuh oleh hukum, mereka bebas melenggang kangkung kesana kemari tanpa pernah takut di tangkap oleh aparat penegak hukum karena penguasa atau pemerintah tertinggi di negeri ini melakukan sebuah ijin pembiaran terhadap mereka. Walaupun Perusahaan-perusahaan itu telah melakukan penyalahgunaan ijin penguasaan Hutan. Tapi inilah yang terjadi Hutan kita di Riau semakin hancur.

Tidak tertutup kemungkinan, mungkin juga kasus-kasus Perambahan Hutan di Riau memiliki kesamaan dengan Daerah-daerah lain di Indonesia. Coba kita bayangkan berapa juta hektar Hutan Indonesia yang telah luluh lantak oleh para pelaku perambah Hutan itu. Kembali kepada masyarakatlah yang menilai bagaimana kepemimpinan Pemerintahan ini yang telah jelas-jelas membiarkan penghancuran Hutan. Padahal akibatnya sangat berbahaya yaitu terjadinya Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Bila perusakan Hutan ini terus terjadi maka bersiaplah menghadapi bencana-bencana yang akan datang silih berganti melanda Negeri kita Indonesia. Bila para cukong-cukong Perambah Hutan itu masih seenaknya saja menghabisi Hutan di Bumi Indonesia ini.


Kerusakan Hutan di Indonesia

Luas Hutan di Indonesia di laporkan terus menurun. Di tahun 1966 tercatat luas hutan Indonesia berjumlah 144 juta hektar, tetapi di tahun 1990 angka ini menurun menjadi 119,7 juta hektar[8]. Kerusakan Hutan di Indonesia semakin parah dan terus berlanjut, secara Nasional menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyebut angka kerusakan Hutan dan lahan di Indonesia 59,2 juta hektar (2006) laju kerusakan 1,19 juta hektar pertahun. Beliau juga mengutip data departemen Kehutanan, Rachmat menyatakan tahun 2002-2003 luas lahan berhutan di Indonesia masih 92,9 juta hektar tapi tahun 2005 tinggal 70, 8 juta hektar [9]. Angka-angka tersebut patut membuat orang Indonesia merenungkan secara lebih mendalam akibat-akibat penghancuran Hutan yang cukup cepat di Tanah Air kita.

Kerusakan Hutan yang besar-besaran itu akan ikut mempengaruhi Pemanasan Global atau Global Warming dan juga menghancurkan kekayaan keanekaragaman hayati yang selama ini menjadi kebanggaan kita bangsa Indonesia. Kini telah musnah. Sekali Hutan kita telah hancur maka tidak akan mungkin kembali tumbuh seperti semula.


Kerusakan Hutan di Dunia

Menurut Peta Lingkungan yang di terbitkan tahun 1990, tersisa kurang lebih 50% hutan tropis yang asli, yakni 750-800 juta hektar dari keseluruhan Hutan tropis yang di perkirakan 1,5 milyar-1,6 milyar hektar. Namun saat ini persentase hutan yang tinggal sudah pasti lebih kecil dari data ini.Sehingga dapat dimengerti akibat dari kehancuran Hutan ini adalah terjadinya Pemanasan Global dan Perubahan Iklim yang merupakan bencana yang sangat dasyat di abad ini. Kerusakan Hutan di muka Bumi ini adalah tanggung jawab kita bersama, karena yang menghancurkan Hutan juga adalah manusia, bukan binatang atau yang lain.


Fungsi-Fungsi Hutan bagi Kehidupan

Fugsi hutan Indonesia ada tiga jenis antara lain Hutan konservasi, Hutan produksi dan tanaman kehutanan atau kebun kayu. Hutan konservasi meliputi Hutan lindung dan Hutan suaka alam. Hutan produksi meliputi Hutan yang saat ini sebagian arealnya dikelola dengan sistem HPH. Kebun kayu meliputi tanaman jati, tanaman pinus dan Hutan tanaman industri (HTI) yang akan dibangun di berbagai tempat. Ketiganya sangat berbeda, baik sosok tegakannya, fungsi utamanya, dan metode pengelolaaannya.

Hutan konservasi tegakannya berlapis, fungsi utama ekologi ialah tidak boleh disentuh pembalakan atau perambahan. Kebun kayu tegakannya bersosok kebun dan fungsi utama untuk perekonomian. Kalau hutan konservasi berfungsi ekologi dan kebun kayu berfungsi ekonomi, hutan (alam) produksi berfungsi keduanya, ekologi dan ekonomi. Kedua fungsi ini tidak terpisah, ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan sekalipun dapat dengan mudah di bedakan. Meskipun berbeda, ketiganya tidak boleh disamakan. Kita salah kalau mengatakan melestarikan hutan, padahal membangun kebun kayu acacia mangium atau sengon. Tanaman acacia mangium itu sama saja dengan kebun karet atau kebun kelapa, sama-sama menghasilkan kayu tapi tidak sama dengan Hutan. Di Sabah, kebun kayu di sebut “Ladang kayu”, di Afrika dan di banyak tempat kebun kayu di sebut “Plantation” atau “Timber estate”. Hutan dan kebun kayu itu jauh sekali bedanya. Kita belum mengetahui fungsi Hutan sebenarnya, dan mungkin kita tidak akan pernah tahu. Kita bisa melihat bagaimana Negara yang mengubah Hutannya menjadi padang rumput, lahan pertanian atau kebun kayu. Disana populasi burung melonjak.

Burung yang banyak itu melahap kawat listrik, mengganggu lapangan terbang dan memusnahkan berbagai jenis serangga.

Nah, bila serangga habis, manusia bisa musnah di makan penyakit. Sebab yang melawan bibit penyakit itu, termasuk serangga. Fungsi Hutan yang utama adalah tempat tinggal ratusan juta jenis mahkluf hidup Tuhan. Di dalam hutan, mahkluf hidup yang jutaan itu hidup saling tergantung satu sama lain sehingga jumlah mereka tetap seimbang, tidak ada yang muncul menjadi pembunuh massal makhluf lain bila luas Hutan menciut, keseimbangan itu akan terganggu dan makhluf pembunuh massal itu bisa saja muncul. Untuk menghindari hal itu luas hutan tidak boleh menciut banyak[10].

Melihat fungsi hutan yang sangat luar biasa maka seharusnya manusia wajib bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikannya, karena fungsi Hutan sangat baik bagi kehidupan makhluf hidup di muka Bumi ini dan bukan malah merusaknya.



Kerusakan Hutan mengakibatkan terjadinya Pemanasan Global

Yang dimaksud dengan Pemanasan Global ialah naiknya suhu permukaan bumi karena naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK sendiri sangatlah berguna, karena tanpa adanya ERK rata-rata suhu permukaan bumi adalah -18 derajat celcius. Dengan adanya ERK suhu rata-rata permukaan bumi ialah 15 derajat celcius. ERK terjadi karena sinar infra merah yang di pancarkan kembali oleh bumi terserap oleh gas tertentu yang di sebut gas rumah kaca (GRK). GRK terpenting ialah CO2, CFC, metan, ozon dan N2O, masing-masing kurang dari 10% dengan demikian pada waktu ini GRK terpenting ialah CO2 disusul CFC.

Pemantauan atmosfir bumi menunjukkan kadar GRK menunjukkan gejala meningkat. Karena itu orang sangat khawatir, intensitas ERK akan naik sehingga suhu permukaan bumi juga akan naik. Berdasarkan atas hasil pemantauan itu orang memproyeksikan suhu akan naik 3 derajat celcius. Pada kira-kira tahun 2030. Karena pengetahuan para pakar tentang ERK masih jauh dari sempurna, maka perkiraan tentang kenaikan suhu masih berbeda, bahkan ada yang memperkirakan akan terjadi pendinginan karena adanya umpan balik negatif, antara lain dari uap air. Namun demikian, meskipun masih banyak ketidak pastian, karena Pemanasan Global akan mempunyai dampak yang besar terhadap kesejahteraan manusia pada umumnya, seyogianyalah kita berusaha untuk mengurangi terjadinya Pemanasan Global.

Salah satu penyebab kenaikan CO2 yang merupakan GRK terpenting ialah Penebangan Hutan dan pembakaran biomassanya serta Konversi Hutan menjadi tataguna lahan nir-hutan. Dengan ini karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan terlepas kedalam atmosfer dan kemampuan bumi untuk menyerap CO2 dari udara melalui fotosintesis Hutan berkurang. Kemampuan penyerapan CO2 dan penyimapanan karbon disebut endapan (sink) karbon. Selain hutan, laut merupakan pula endapan karbon yang besar. Setelah Hutan di tebang, sinar matahari dapat langsung mengenai permukaan-permukaan tanah [11]. Dengan kenaikan suhu itu dekomposisi bahan organik di atas tanah dan dan di dalam tanah di percepat, sehingga terlepaslah karbon yang tersimpan dalam bahan organik itu. Tindakan penebangan Hutan di daerah tropik akhir-akhir ini banyak terjadi, sehingga timbullah tuduhan bahwa kehancuran Hutan tropik ini merupakan penyebab utama terjadinya Pemanasan Global. Meskipun akibat terjadinya Pemanasan Global atau Global Warming ini bukan saja dari akibat penghancuran Hutan. Banyak faktor-faktor yang lain. Akan tetapi sudah pasti Kehancuran Hutan adalah salah satu faktor yang mempercepat terjadinya Pemanasan Global atau Global Warming yang berdampak terhadap Perubahan Iklim di Bumi kita ini.


Penutup

Bumi dan segala isinya di ciptakan oleh Tuhan dengan maksud dan tujuan yang baik, ini bisa kita lihat dan baca di Alkitab yakni di Kejadian 1 dan 2. Pada proses perjalanannya, ketika Manusia di beri tugas dan tanggung jawab oleh Tuhan untuk menguasai dalam arti mengusahakan dan melestarikanya. Ternyata, setelah Manusia jatuh dalam dosa, maka sifat “Keberdosaan Manusia” dan keserakahannya telah menguasia dirinya. Berawal dari “Kekerasan” yang telah berlangsung seumur hidup manusia itu sendiri akhirnya ikut berpartisipasi untuk menghancurkan Bumi dan segala isinya. Dengan mengatas namakan “Demi sesuap nasi” akhirnya kekerasan terhadap ciptaan lain itu pun berlangsung, sasaran empuknya Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Manusia. Babak penghancuran baru dimulai. Manusia dalam kurun waktu yang sangat panjang kemudian menghancurkan Hutan-hutan yang sebenarnya adalah untuk menjaga ekosistem alam akhirnya luluh lantak. Tahun demi tahun Bumi semakin panas akibat Penghancuran Hutan yang seolah tanpa akhir, bencana-demi bencana datang silih berganti. Bencana yang di ciptakan oleh Manusia itu sendiri.

Pemanasan Global atau Global Warming datang tanpa di undang. Binatang apa pula ini yang menjadi sebuah ancaman bagi kelangsungan kehidupan kita di muka Bumi yang kita cintai ini. Apa yang masih bisa saya lakukan? Sebuah pertanyaan datang di tengah ketakutan yang luar biasa. Mari kita serukan kepada seluruh Manusia yang ada di Bumi untuk menjadi pelestari bagi Bumi yang memang hanya satu-satunya ini, jadilah Pahlawan-pahlawan Kemanusiaan di dalam kehidupan sehari-hari. Pahlawan peduli Hutan dan Lingkungan Hidup. Seperti yang telah dilakukan oleh sesama kita, di sana, Desember 2007 lalu di sebuah gedung di Bali ada 189 Negara yang sedang bergumul memikirkan nasib Bumi ini?.Bagaimana dengan anda? Cukupkah hanya pasrah dan diam tanpa melakukan sesuatu bagi Bumi kita?

Kalau kita tidak mampu membersihkan sampah seberat 1 ton, marilah kita membuang sampah pada tempatnya bukan di sembarang tempat. Kalau kita tidak mampu mereboisasi Hutan jutaan hektar, marilah kita menanam 1 atau 2 Batang Pohon di halaman rumah masing-masing. Dan yang terpenting segeralah menghemat Energi dan berantas Pencemaran Udara.

Bila seluruh isi Planet ini melakukan hal yang sama, maka ada secercah harapan untuk kelangsungan hidup di bumi yang kini diambang kehancuran oleh bencana Pemanasan Global. Keinginan untuk menjaga dan melestarikan bumi bukan karena ada imbalan apa-apa. Kiranya muncul dari kesadaran akan betapa pentingnya mempedulikan Bumi dan bukan karena ada tawaran 227 miliar rupiah bagi setiap orang siapapun yang bisa menyelamatkan bumi dari gas karbon dioksida dengan memindahkan 1 ton gas tersebut keluar dari atmosfir.

Bukan berarti dengan tawaran itu membuat kita mau menyelamatkan Bumi dari kehancuran. Tanpa hadiah itupun, dimanapun anda berada, apapun yang yang sedang anda lakukan, anda semua bisa melakukan sesuatu bagi Bumi ini, dengan menolong Lingkungan di sekeliling anda tetap bersih dan lestari. Kini kita semua bisa mengambil tanggungjawab untuk Planet yang kita cintai ini. Menanam Sebatang Pohon sama dengan Memuja Tuhan, tidak membuang Sampah Sembarangan sama dengan memuliakan Allah, menghemat Energi juga sama dengan mengasihi sesama Ciptaan Tuhan.

Segera Kampanyekan bersama!!! Sebelum terlambat!!!!!!!!!

Tuhan Yesus Memberkati!! AMEN


Sebagai penutup tulisan ini Saya mengutip dari dari

Injil Markus 16 ayat 15 :

Pergilah keseluruh Dunia

Beritakanlah Injil kepada seluruh Mahkluk.


“Dr Robert Valentino Tarigan Berkata : Wariskanlah Mata Air Bagi Anak Cucu Kita, Jangan Wariskan Air Mata”

KEPUSTAKAAN

Drummond, Deane Celia, Teologi dan Ekologi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2006
Greenberg Russel dan Gradwohl Judith, Menyelamatkan Hutan Tropika, Yayasan Obor Indonesia, 1991
Khim Yang, Liem, Dr, Kebenaran Allah Lawan Kebenaran Sendiri, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002
Leenhouwers, P Manusia Dalam Lingkungannya: Refleksi Filsafat Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta, 1988
Lefebure, D, Leo, Penyataan Allah Agama Dan Kekerasan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007
Lubis, Mohctar, Melestarikan Hutan Tropika Permasalahan, Manfaat dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992
Pratney Winkie, Memulihkan Negeri, Andi, Yogyakarta, 2003
Susanta Gatut Dkk, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Penebar Plus, Jakarta, 2008
Majalah Tempo, Edisi 16 September 2007
Makalah, Susilo dan Riris Johanan Siagian 2007, Kekerasan, Johan Galtung.
Bahan dari Internet :WWW. KOMPAS.Com

[1] Tempo, 16 September 2007, hal 23

[2] Kompas, 25 September 2007

[3] Kompas, 12 Februari 2007

[4] Leo D. LEFEBURE: Pernyataan Allah, Agama Dan Kekerasan, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003

[5] Frans Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, 1991, Hal 203 dalam Susilo dan Riris Johana Siagian Segitiga Kekerasan, Johan Galtung, Presentasi Kelompok, di UKSW Salatiga, September 2007

[6] Tempo, 16 September 2007, hal 27-30

[7] Tempo, 16 September 2007, hal 34

[8] Mochtar Lubis, Melestarikan Hutan Tropika: Permasalahan dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992

[9] Kompas, 24 September 2007

[10] Mochtar Lubis, Melestarikan Hutan Tropika : Permasalahan, Manfaat dan Kebijakannya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1992, hal 74

[11] Ibid, hal 14-15


Sumber:
http://kesaktianpeduligenerasi.blogspot.com/2008/10/kerusakan-hutan-dan-pemanasaan-global.html

No comments:

Post a Comment