Pages

Friday, June 8, 2012

FILOSOPI RUMAH ADAT PAKPAK

FILOSOPI RUMAH ADAT PAKPAK
FILOSOFI RUMAH ADAT PAKPAK
(Studi Investigasi Antara Kepunahan Dan Nilai Budaya)
Oleh: Saut Boangmanalu, STh, MM

Rumah Adat Pakpak secara fisik menurut sejumlah pemerhati Budaya
Pakpak akan mengalami kepunahan. “Tanpa upaya serius saya pastikan
rumah adat Pakpak dalam bentuk yang sesungguhnya akan kabur, mengalami
pergeseran bahkan kepunahan” kata Zulkarnain Berutu, Sag pemerhati
Budaya Pakpak. Bukan hanya dikawasan perkotaan di Lima Suak (red-Lima
Wilayah) Tanah Pakpak tapi hampir ditingkat Desa/Dusun bahkan di
perkampungan lama pun sudah sangat sulit melihat pemandangan pemukiman
tradisional yang masih memiliki Rumah Adat Pakpak.

Secara harafiah makna-makna setiap komponen yang terdapat pada Rumah
Adat Pakpak hingga generasi saat ini masih dapat dijelaskan. Ada 10
komponen utama dari Rumah Adat Pakpak yang pada tulisan ini dapat
dijelaskan secara sederhana yang diperoleh dari sejumlah sumber.

I.Bubungan Atap
Secara fisik dapat dijelaskan bahwa Rumah Adat Pakpak memiliki bentuk
bubungan atap melengkung berbentuk seperempat lingkaran. Dalam Bahasa
Pakpak bentuk ini dimaknai dalam sebuah kalimat “Petarik-tarik Mparas
igongken Ndengol” yang artinya berani memikul resiko yang berat dalam
mempertahankan adat istiadat Kebudayaan Pakpak yang sejak lama telah
dimiliki oleh masyarakat Pakpak (Kompilasi/resensi Seminar Adat
Istiadat Pakpak-Dairi; tanggal 16 s/d 20 Maret 1970 di Sidikalang)

II.A. Pada bagian paling atas terdapat sebuah Caban (red-Cawan) yang
diletakkan tepat ditengah atas bubungan atap. Simbol ini bermakna
simbol kepercayaan Pakpak yang pada kehidupan lama masyarakat Pakpak
terdapat kepercayaan kepada Debata Kase-kase (Pasca masuknya agama
Tuhan Yang Maha Esa).
B.Tanduk Kerbau yang melekat di bubungan atap, simbol ini memberikan
makna semangat kepahlawanan Puak Pakpak.

III.Pada bagian atap juga terdapat segitiga Rumah Adat Pakpak.
Segitiga ini artinya menggambarkan susunan Adat Istiadat Pakpak yang
dalam kekeluargannya terbagi atas tiga bagian/unsur besar yang dapat
dijelaskan antara lain:
1.Senina artinya saudara kandung laki-laki
2.Berru artinya saudara kandung perempuan
3.Puang artinya kemanakan

IV.Dua Buah Tiang Besar pada bagian muka Rumah Adat Pakpak yang
disebut Binangun. Simbol ini memberikan arti kerukunan rumah tangga
antara suami dan istri.

V.Satu buah Balok besar yang dinamai Melmellen yang posisinya
terletak pada bagian samping muka rumah. Balok besar tersebut melekat
menggambarkan kesatuan dan persatuan dalam segala bidang pekerjaan
melalui musyawarah atau dalam istilah umum disebut Gotong-royong. Suku
Pakpak sejak masa kehidupan lama telah mengenal sistim gotong-royong
yang dalam istilah lokal disebut Rimpah-rimpah, abin-abin ataupun
mersiurupen.

VI.Pada bagian segitiga muka rumah terdapat ukiran yang bentuknya
bermacam-macam yang dalam istilah Pakpak terdapat tiga bentuk yakni:
a.Perbunga Kupkup, dapat dijelaskan bermakna tali persaudaraan yang
begitu erat dan tak terpisahkan ketiga belah pihak sebagaimana
disampaikan Zulkarnain Berutu Pemerhati Budaya Pakpak; wawancara 02
Februari 2012
b.Perbunga Kembang
c.Perbunga Pencur, dsb. Bentuk seperti ini menggambarkan bahwa Suku
Pakpak juga memiliki darah dan jiwa seni yang tergambar dalam berbagai
bentuk ukiran dan seni suara yang dimiliki sejak masa kehidupan lama
d.1. Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari
bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7 (Tujuh). Hal ini
bermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah),
sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni
rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (Genengen).
2. Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan
hati dan kesiapsiagaan

VII.1. Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari
bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7 (Tujuh). Hal ini
bermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah),
sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni
rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (Genengen).
2. Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan
hati dan kesiapsiagaan

VIII.Fungsi Rumah Adat
Penggunaan Rumah Adat Pakpak adalah tempat permusyawaratan mengenai
masalah yang menyangkut kepentingan umum dan tempat mengadakan
upacara-upacara adat istiadat. Sementara di dalam rumah adat terdapat
Genderrang (Alat Musik Gendang pakpak), Gerantung (alat musik berupa
Gong), Serunai (Alat Musik Tiup), Sordam, Lobat, Seruling, Kalondang
dan sejumlah alat musik Pakpak lainnya. Selain itu terdapat juga
Patung panglima (Pahlawan-pahlawan), Mejan/Situs Budaya pakpak yang
diletakkan di depan halaman pekarangan Rumah Adat Pakpak

IX.Pilo-pilo digantung dalam segitiga dipermukaan Rumah Adat Pakpak.
Hal ini menggambarkan hubungan harmonis antara masyarakat dan
pemimpinnya dan sebagai lambang kebijaksanaan pimpinan dalam mengayomi
masyarakatnya.
X.Gambar Lidah Pajung, hal ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya yang senantiasa memberikan bantuan dalam memelihara kesentosaan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kekhawatiran kepunahan bentuk sesungguhnya Rumah Adat Pakpak sangat beralasan, Zulkarnain Berutu, Sag yang biasa menjadi Persinabul (red-pembawa acara adat Pakpak) memberikan komentar keras terhadap pihak-pihak maupun lembaga-lembaga yang berkompeten dalam mengangkat dan melestarikan Budaya pakpak khususnya terkait lestarinya Rumah Adat Pakpak. “Sekali lagi Pemerintah yang menjadi motor penggerak pembangunan sampai saat ini belum memberikan perhatian serius. Ini menjadi sangat penting ditengah pertumbuhan zaman khususnya ditengah masyarakat Pakpak yang seolah tidak lagi peduli dengan Kebudayaa lama” tegasnya.
Mester Padang Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, pertamanan dan
kebersihan pemerintah Pakpak Bharat saat dikonfirmasi terkait punahnya
bentuk asli Rumah Adat Pakpak, Jumat, 02 Maret 2012 memaparkan bahwa
terdapat banyak keterbatasan yang dimiliki pihaknya dalam menelusuri,
membangun dan melestarikan Kebudayaan Pakpak khususnya menyangkut
Rumah Adat Pakpak asli. Persoalan minimnya anggaran, persoalan
keterbatasan SDM dan luasnya wilayah kerja yang harus digerakkan
instansi tersebut seolah menjadi jawaban kekhawatiran para pemerhati.
“Gambar dan bentuk asli Rumah Adat Pakpak sudah tidak ada lagi. Untuk
tahun depan kita akan ajukan anggaran untuk itu” kilahnya.

Namun ironis, tiga unit Bale (red-rumah pertemuan tradisional Pakpak)
sejak empat tahun yang lalu oleh Pemerintah kabupaten Pakpak Bharat
telah membangun di Kecamatan Salak yang disebut Bale Banurea, di
Pergetteng-getteng Sengkut Bale marga Manik dan di Kecamatan Sitellu
Tali Urang Julu Bale Silendung Bulan Berutu. Dari foto dan bentuk
hanya mampu meniru bentuk, sementara sejumlah kalangan menilai ketiga
bangunan pemerintah tersebut harusnya mampu memberikan gambar asli
Rumah Adat Pakpak. Filosofi yang seharusnya terkandung dalam bangunan
tersebut belum terlihat. “Ini jelas kelemahan Pemerintah kita. Kenapa?
Karena gambar dan bentuk serta filosofi yang terkandung harusnya sudah
ada sebelum bangunan tersebut direalisasi” ungkap Zulkarnai Berutu.

Sementara Ketua DPRD Pakpak Bharat Ir. Agustinus Manik terkait
hilangnya bentuk asli Rumah Adat Pakpak berkilah bahwa pihaknya sudah
memberikan tekanan kepada instansi terkait untuk memberikan perhatian
serius. “Kita jangan hanya mengajukan anggaran semata sementara format
bangunannya hingga saat ini belum dimiliki. Kita sangat mendukung
namun kita ingatkan jangan hanya sekedar membangun” tegasnya. Ia
berharap instansi terkait dapat mengadakan forum yang menghadirkan
tokoh-tokoh masyarakat Pakpak, tokoh masyarakat, tokoh adat dan
tokoh-tokoh pemerhati untuk menggali bentuk dan filosofi Rumah Adat
Pakpak yang sesungguhnya. “Ini tidak boleh dilakukan secara sepihak,
ini harus dilakukan dulu sebelum, kita membangun sebuah bentuk Rumah
Adat Pakpak yang sesungguhnya” pungkasnya.

Dinamika kepunahan dan hilangnya identitas Rumah Adat Pakpak sebagai
sebuah simbol masyarakat yang berbudaya nampaknya harus mendapat
ketegasan dari para Kepala Daerah yang memimpin di wilayah Tanah
Pakpak yakni kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Aceh
Singkil, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kota Subulussalam. Ini
terasa semakin penting ketika lembaga diluar pemerintah hingga saat
ini belum ada yang melakukan upaya pelestarian dan penggalian kembali
bentuk Rumah Adat Pakpak yang asli beserta filosofi yang terkandung di
dalamnya.

Pribahasa Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya
dapat menjadi renungan bagi masyarakat Pakpak khususnya bagi para
penguasa pemerintahan daerah, sehingga nilai budaya Pakpak yang
merupakan kekayaan budaya bangsa tidak tersia-siakan. Dan kekhawatiran
punahnya benda-benda dan kekayaan Budaya Pakpak dapat tetap lestari
bahkan berkembang mengiringi kehidupan masyarakat Pakpak.

Sumber:

No comments:

Post a Comment