Pages

Friday, May 11, 2012

Rumah Peninggalan Austronesia 1


Rumah Peninggalan Austronesia 1

Oleh : Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana Fakultas Seni Rupa dan Desain – Jurusan Interior Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

Rumah Austronesia biasanya terdiri atas bangunan persegi empat, berdiri atas tiang-tiang, beratap ilalang. Pintu masuk berupa tangga dari batang pohon yang ditarik dan ada perapian dengan rak diatasnya untuk kayu bakar dan penyimpanan. Bentuk dasar ini menjalani pembaharuan di daerah Austronesia. Susunan bentuk dan ukuran yang disempurnakan ditemukan dalam masyarakat Dayak di Kalimantan, Minangkabau dan Batak di Sumatera, serta suku Toraja di Sulawesi. Bahasa yang sama dengan Bahasa Indonesia untuk tempat tinggal (rumah), tempat pertemuan (balai), dan penyimpanan padi (lumbung) terdapat di seluruh Nusantara dan daerah Austronesia umumnya. Bagi orang Austronesia, rumah lebih dari sekedar tempat tinggal, melainkan merupakan bangunan teratur berlambang yang menunjukkan sejumlah ide penting dan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan iklim setempat. Karena itu, rumah Austronesia mungkin dilihat sebagai perwujudan keramat para leluhur, perwujudan fisik jatidiri kelompok, contoh jagad raya, dan ungkapan tingkat dan kedudukan sosial.

Rumah Batak , Sumatera

Seni bangunan Batak dikenal dengan penampang atapnya yang luar biasa dan permukaannya yang dihias dengan teliti. Bentuk atap antar subsuku dalam satu kawasan memiliki perbedaan. Meski setiap sub-suku Batak dibedakan oleh tradisi seni bangunan yang menonjol, sejumlah prinsip umum masih tampak. Ragam jenis bangunan yang berbeda tetap ada tergantung daerahnya, meliputi tempat tinggal, rumah pertemuan, lumbung, gubuk penumbukan padi bersama, dan rumah pemakaman. Semua bangunan ini memiliki rencana denah persegi empat dan lantai panggung yang ditopang tiang-tiang dengan atap besar di atasnya. Atap jerami dengan ijuk kelapa, dinding segitiga dan atap mengarah ke luar. Rumah Batak tradisional dibangun seluruhnya dari kayu dan bahan alami lainnya, tanpa menggunakan paku; unsur terpisah disatukan dengan sambungan tanggam dan lumping atau diikat dengan tali serat ijuk. Secara umum tiang rumah bersandar pada pondasi batu dan ruang bawah lantai ditutup untuk dijadikan kandang kerbau. @ Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana – FSRD

Rumah Tongkonan Toraja

Dengan atap menyapu ke atas menantang gaya tarik bumi dan keselarasan yang kaya hiasan berukir dan berwarna, rumah asli Toraja membuat kesan dramatis dan tak terlupakan. Seperti kebanyakan seni bangunan vernacular Indonesia, tata letak rumah Toraja dipenuhi dengan makna perlambang. Orientasi rumah Toraja mempunyai makna alam semesta, rancangan dan susunan ragam hias ukiran di serambi menunjukkan berbagai pesan susunan sosial dan hubungannya dengan dunia roh. Rumah harus menghadap Utara – arah yang dihubungkan dengan pencipta “diatas”, Puang Matua. Ujung Selatan, sebaliknya, adalah “belakang” rumah (pollo ‘ banua), dihubungkan dengan nenek moyang dan dunia kemudian, Puya. Barat dan Timur menunjukkan tangan kiri dan kanan tubuh. Timur dihubungkan dengan kedewaan (dewata), sementara barat dikenal sebagai nenek moyang dalam bentuk yang didewakan.

Untuk Memberikan komentar gunakan Fasilitas Forum > Berita. Fasilitas ini dapat diakses melalui alamat: http://forum.isi-dps.ac.id


Sumber:
http://www.isi-dps.ac.id/berita/rumah-peninggalan-austronesia-1

No comments:

Post a Comment