Pages

Tuesday, May 22, 2012

Barus, Kota Eksotik Penuh Sejarah dan Misteri


Barus, Kota Eksotik Penuh Sejarah dan Misteri

Kota Barus adalah sebuah kota tua di Indonesia dan sudah terkenal di seluruh dunia sekurang-kurangnya abad ke-6 Masehi berkat hasil hutan berupa kamper, dan kemenyannya.

Nama kota ini bahkan sudah muncul di sejarah peradaban Melayu semasa Hamzah Fansuri,penyair mistik terkenal di seluruh penjuru dunia pada saat itu. Kota kecil yang letaknya 75 kilometer (km) dari Kota Sibolga dan 359 km dari Kota Medan ini masih menyimpan segudang misteri.Salah satunya bisa dilihat dari sejumlah makam di daerah ini. Misteri ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para ahli sejarah dan arkeolog, baik dari dalam maupun luar negeri.

Pasalnya, sebutan bagi Barus sebagai pintu masuk pertama agama Islam dan Kristen di Nusantara itu masih terus mendapat pertentangan dan perdebatan dari para ahli sejarawan dan arkeolog. Situs-situs sejarah yang ada di kota tua ini belum bisa menjawab semua dalil dan hipotesa-hipotesa serta teori-teori yang telah disampaikan oleh para ahli sejarah dan arkeolog.

Berdasakan buku Nuchbatuddar tulisan Addimasqi,Barus disebutkan sebagai daerah awal masuknya agama Islam sekitar abad ke-7. Makam tua di kompleks Pemakaman Mahligai, Barus,yang di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi atau 48 Hijriah, menguatkan adanya komunitas muslim di daerah ini pada era itu. Sementara Dewan Gereja-gereja di Indonesia juga mempercayai sejak tahun 645 Masehi,di daerah Barus telah masuk umat Kristen dari sekte Nestorian.

Keyakinan tersebut didasarkan pada buku kuno tulisan Shaikh Abu Salih al-Armini. Sementara itu,penjelajah dari Armenia Mabousahl mencatat bahwa pada abad ke-12, telah terdapat Gereja Nestorian. Penelitian terakhir dilakukan oleh tim arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis bekerja sama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua,Barus.

Hasilnya menunjukkan, sekitar abad 9-12 Masehi,Barus telah menjadi perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh,India,China,Tamil, Jawa, Batak,Minangkabau, Bugis,Bengkulu,dan sebagainya.Dasarnya adalah penemuan bendabenda berkualitas tinggi yang usianya ditaksir sudah ratusan tahun.Temuan ini juga menunjukkan kehidupan di Barus dahulu kala sangatlah makmur.

Namun,tim ini tidak dapat menyimpulkan,siapa dan dari mana orang pertama yang membawa masuk agama Islam ke daerah itu.Sebab,hasil penelitian mereka di batu nisan di Makam Mahligai dan Papan Tinggi di daerah itu,ada penulisan Kaligrafi Arab yang menerangkan karakteristik tertentu yakni China,India,dan Persia. Sejarah dan penelitianpenelitian yang dilakukan semakin mengukuhkan keistimewaan dan daya tarik Barus.

Bagi yang belum pernah mengunjungi makam bersejarah di Barus, bisa merencanakan waktu untuk berkunjung ke lokasi ini.Makam Mahligai terletak di Desa Aek Dakka. Makam ini adalah sebuah pekuburan bersejarah Syeh Rukunuddin dan Syeh Usuluddin yang menandakan masuknya agama Islam pertama ke Indonesia pada abad ke-7. Panjang kuburan ini sekitar 7 meter dan dihiasi beberapa batu nisan yang khas dan unik dengan bertuliskan bahasa Arab, Tarikh 48 H.

Sementara Makam Papan Tinggi berada di Desa Pananggahan,Kecamatan Barus Utara.Di Makam yang dikenal dengan Makam Aulia 44 atau juga Tuan Tompat inilah Syekh Mahmud bersama enam orang pengikutnya dimakamkan.Panjang makam ini 12 meter sedangkan batu nisannya setinggi 2,5 meter. Untuk mencapai lokasi kedua pemakaman ini, pengunjung masih harus mengeluarkan tenaga ekstra dengan berjalan kaki karena lokasinya berada di perbukitan.

Agar bisa sampai di Makam Papan Tinggi,ada 1.000 anak tangga yang harus dinaiki menuju puncak.Namun, sesampainya di puncak, rasa lelah berganti dengan takjub karena pengunjung langsung dimanjakan dengan pemandangan yang indah dan bisa melihat Kota Barus. Biasanya,pemakaman ini ramai dikunjungi pada akhir pekan atau liburan, baik oleh masyarakat sekitar yang datang untuk sekadar menikmati pemandangan alam yang indah maupun oleh para peziarah Islam dari kota lain.

Sayangnya,kedua makam ini terkesan ditelantarkan karena banyak nisan makam yang rusak dan bergeser.Selain itu, lokasi ini tidak didukung oleh fasilitas maupun sarana dan prasarana yang memadai. jhonny simatupang


Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/452908/

No comments:

Post a Comment