Pages

Friday, April 6, 2012

Serat Kehidupan Ulos Batak

Serat Kehidupan Ulos Batak

 

TEMPO Interaktif, Jakarta:Ulos dalam bahasa Batak berarti kain. Dan biasanya ulos dihadiahkan kepada anak, sanak saudara, tamu dan sebagainya. "Ulos memilki peran pemberi kehidupan dalam setiap ritual siklus kehidupan keluarga Tapanuli. Sekarang ulos tak hanya mewakili orang Batak, tapi ia serat kehidupan lokal di Tanah Air," kata perancang Merdi Sihombing yanag ditemui di sebuah acara pameran kerajinan Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.

Perancang yang melakukan eksplorasi terhadap ulos dari bahan katun keras menjadi bahan sutra lemas cantik dan menarik ini menuturkan ulos sebagai simbol kreasi dan kesuburan. Menurutnya menenun kain adalah membuat suatu kreasi, suatu obyek yang baru. Seperti menciptakan lagu yang terwujud dimonitor oleh waktu, begitu pula Merdi menilai sehelai ulos muncul sebagai ekspresi dari waktu yang ditanamkan penenun. 

Merdi meyakini ulos menjadi metafor yang tidak saja waktu tetapi juga hasil penciptaan atau pembuahaan. Misalnya anak yang baru lahir diberi ulos dan bila meninggalkan dunia, jasadnya  tertutup oleh ulos. Sepasang suami istri yang belum dikarauniai keturunan, sering dilakukan upacara pemberian ulos dari orang tua untuk si anak. "Maksudnya supaya ulos dapat memberkati pasangan tersebut bisa punya anak. Ulos Batak merupakan serat kehidupan," ungkap Merdi.

Fungsi lainnya ulos sering diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan. 

Kemudian ia menyebutkan ulos narsitogutoguan atau tenun ulos berbentuk tabung yang ujung-ujungnya tidak dipotong tapi dibiarkan menyambung. Orang percaya bahwa tenunan yang berkesinambungan ini melambangkan kehidupan anaknya, sebagai lanjutan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. "Ulospun bermakna metamorfosis yang berkaitan dengan waktu dan siklus hidup."

Ragam hias ulos Batak umumnya berasal dari Jaman Perunggu atau jaman kebudayaan Dongson yanag datang dari Tonkin dan Annam Utara yang terlihat dari hiasan nekara perunggu di jaman tersebut. "Pada upacara pernikahaan ulospun berperan penting. Mangulosi ke dua pengantin mempunyai arti memberkati dan mempersatukan keluarga menjadi keluarga besar," paparnya. Biasanya tutur Merdi, ke dua pengantin diulosi oleh ayah pengantin perempuan dengan sehelai ulos ragi hotang (hotang berarti rotan, lambang hidup panjang)yang memberikan tidak saja berkat tapi juga mengharapkan kehidupan pengantin berjalan langgeng.

Pada ulos ragidup sebagai unsur penting dalam pembentukan ulos sebagai simbol kehidupan. Pada ulos yang relatif baru ini biasanya bagian tenunan putih disambung pada bagian yang berwarna lebih gelap dengan menjahitnya dengan tangan. Ada pula ragidup yang tidak memakai sambungan yang dijahit, tetapi benang lungsi bagian putihnya ditenun disambung merupakan perpanjangan dari bagian lebih gelap.

Fungsi lain yang tak kalah penting ujar Merdi, selain dipakai dalam upacara adat, ulospun dipakai untuk menari. Ulos digantungkan di bahu atau di leher silih berganti sebagai tanda penghormatan dan penghargaan. "Hal inipun menandakan sebuah persahabatan, sebagai atanda pengakuan bahwa si penerima ulos akan menjadi salah satu anggota keluarga."

Untuk acara kematian dipakai ulos sibolang yang dikenakan saat berkabung. warnanya biru indigo yang bervariasi biru muda sampai biru tua. Kata Merdi, di bagian ujungnya terdapat pinggiran yang diberi tenun pilin (sirat) sebesar satu sampai dua sentimeter lebarnya berwarna hitam, merah dan putih. "Fungsi Sibolang ini menggantikan ragidup atau ragihotang pada upacara pertukaran hadiah," ujarnya. HADRIANI P.


Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2009/03/17/108165180/Serat-Kehidupan-Ulos-Batak

No comments:

Post a Comment