Pages

Monday, April 30, 2012

Mengendalikan Pencemaran Air Danau Toba


Mengendalikan Pencemaran Air Danau Toba


Published on By admin Sun, 10/04/11
Oleh: Ir. Fadmin Prihatin Malau
Air Danau Toba selalu dipermasalahkan, dan memang tepat bila tetap dipermasalahkan. Malah menjadi tidak tepat bila tidak dipermasalahkan. Alasannya, pertama Danau Toba sangat indah dan memesona bagi siapa saja yang memandangnya. Siapa pun pasti terpesona dengan indahnya Danau Toba. Setiap sudut tak ada yang dilewatkan

untuk ditatap karena semuanya indah dipandang mata, menyejukkan hati yang sedang gundah gulana. Umumnya semua orang senang berlama-lama di kawasan Danau Toba. Alasan kedua, keindahan alam Danau Toba itu akan terganggu bila kawasan danau itu tidak hijau, dan ketiga akan hilang keindahannya bila air danau itu telah tercemar, tidak bersih, sehingga Danau Toba tidak biru lagi.

Kini semua orang menilai keindahan Danau Toba satu harta yang nilainya luar biasa dan harus dijaga kelestariannya. Namun, siapa yang menjaganya? Siapa yang membersihkannya? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab, tetapi setiap kali ada acara serimonial, seperti pencanangan menghijaukan dan membersihkan Danau Toba selalu muncul perkataan kita semua bertanggungjawab untuk melestarikannya, menjaganya, merawatnya dan membersihkannya.

Ucapan ini tidak hanya sekali, tetapi sudah berulangkali pada setiap ada acara Hari Ulang Tahun (HUT) dari instansi, lembaga yang melakukan acara serimonial penghijuan dan pencanangan kebersihan Danau Toba. Penghijuan dan pencanangan kebersihan Danau Toba itu dari yang bersifat lokal, nasional sampai internasional dan terkadang mengkaitkan keindahan Danau Toba itu adalah titipan Tuhan.

Sumber Pencemaran
Sudah acapkali berbagai forum, lembaga, instansi yang mengatakan peduli dengan kebersihan Danau Toba dan sudah seribu orang relawan melakukan aksi pembersihan air Danau Toba. Sudah terlalu banyak acara serimonial besar dengan dana ratusan juta rupiah dilaksanakan dengan tujuan untuk kebersihan lingkungan Danau Toba, tetapi hasilnya lingkungan kawasan Danau Toba semakin mengkhawatirkan.

Aneh memang bila masalah lingkungan, pencemaran air Danau Toba menjadi masalah luar biasa. Pada hal bila semua pihak punya niat baik dan komitmen jelas untuk benar-benar ingin menjaga air Danau Toba agar tetap biru dan tidak tercemar, pasti terwujud. Akar pemasalahannya keinginan melakukan hal-hal yang nyata, bukan hanya sekedar acara serimonial belaka. Selama belum melakukan hal-hal yang nyata memang terasa sulit dan berat.

Membersihkan air Danau Toba dari pencemaran harus dilakukan dengan nyata, bukan dengan kata-kata atau berkata-kata. Perlakuan nyata itu dengan melakukan identifikasi penyebab dari tercemarnya air Danau Toba yang masuk pada katagori air tipe B, yakni air bersih yang dapat diminum tanpa diolah hanya dengan dimasak saja.

Secara garis besar ada lima faktor besar pencemaran air Danau Toba. Pertama pemakaian pupuk dan pestisida dari pertanian yang menyebabkan berkembangnya tanaman air (eceng gondok) di sepanjang pinggiran kawasan Danau Toba. Berkembangnya tanaman air ini disebabkan pencemaran air oleh unsur hara tanaman (eutrofikasi) seperti buangan organik yang mengandung nitrogen dan phosphor. Eceng Gondok tidak dapat tumbuh di danau yang jernih dan tidak tercemar unsur hara.
Kedua, terjadinya penebangan hutan di sekitar Danau Toba, baik yang legal dan ilegal yang menyebabkan terjadinya erosi dan meningkatnya kadar zat sedimentasi pada air yang dibawa lewat sungai ke dalam danau.

Ketiga, limbah cair domestik dari penduduk sekitar Danau Toba, hotel-hotel, rumah makan dan transportasi (kapal motor) yang berlayar di danau. Limbah cair domestik ini meningkatkan kadar zat organik perairan, meningkatnya BOD dan COD, meningkatnya amonium, nitrogen (N), fosfor (P) dan berbagai unsur kimia lainnya.

Keempat, di samping pengikisan sisa pupuk dari pertanian air Danau Toba juga tercemar lewat aktivitas pemeliharaan ikan di perairan Danau Toba, sebab pakan ikan yang tidak jadi dimakan ikan akan meningkatkan kadar nitrogen dan fosfor.
Kelima, aktivitas pengambilan gambut di kawasan Danau Toba berkontribusi meningkatkan kadar zat organic dan menurunkan pH air serta membuat warna air danau berubah.

cari solusi
Dengan diketahuinya sumber pencemaran air danau, maka langkah yang tepat untuk mengendalikan pencemaran air itu adalah mengatasi sumber-sumber pencemaran itu sendiri. Bila sumber masalahnya dapat diatasi maka akan dapat dikendalikan pencemaran yang terjadi.

Sudah saatnya daerah-daerah di kawasan Danau Toba seperti Kota Parapat (Kabupaten Simalungun), Tigaras (Simalungun), Haranggaol (Simalungun), Tongging (Karo), Silalahi (Dairi), Ajibata (Toba Samosir), Kota Balige (Toba Samosir) , Kota Pangururan dan Mogang (Samosir), Tomok dan Simanindo (Samosir), Muara (Kabupaten Tapanuli Utara) Bakkara (Humbang Hasundutan) dan kota-kota lainnya di kawasan Danau Toba bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi sumber-sumber dari pencemaran itu.

Kini tidak cukup hanya mengakui lingkungan yang indah, asri, bersih tetapi berkomitmen mewujudkannya. Jangan hanya sebatas politik yang dibalut dengan atas nama sosial yang berujung mencari popularitas sesaat untuk tujuan tertentu.

Mengendalikan pencemaran air Danau Toba harus sepenuh jiwa, tidak sebatas acara-acara yang memiliki tujuan-tujuan tertentu dengan agenda ingin membersihkan kawasan Danau Toba. Cari sumber pencemarannya dan atasi agar sumber pencemaran itu tidak terus berlanjut. Hentikan segera, jangan tunggu hari esok./analisa


Sumber:

No comments:

Post a Comment