Pages

Tuesday, May 1, 2012

Kopi Konservasi


Kopi Konservasi


2/15/2011 
Sekolah Lapangan Kopi untuk Meningkatkan Mutu; Sekolah lapangan digelar, untuk mengoptimalkan mutu kopi Sidikalang 

Oleh: Chandra Wirawan Arief
Kabupaten Dairi merupakan salah satu dataran tinggi di propinsi Sumatera  Utara dengan ibukotanya Sidikalang, memiliki lahan pertanian dan hutan yang sangat luas, daerah ini di huni oleh beberapa suku yang hidup secara berdampingan antara lain suku Pak Pak yang diyakini suku asli daerah ini, juga suku Batak, Karo, Jawa dan lain lain.


Pada umumnya pekerjaan masyarakat sehari hari adalah kebanyakan bertani, berbagai macam tanaman yang mereka usahakan seperti kopi, sayuran, padi sawah dan darat, jagung, cacao, Jeruk, nilam dan lain sebagainya, diantara semua tanaman ini yang paling terkenal adalah tanaman  kopi, yang biasa disebut kopi Sidikalang. Areal produksi kopi robusta dan arabica terbesar di 13 Kecamatan di Kabupaten Dairi. Luas perkebunan kopi robusta adalah 14.117 Ha dengan produksi 6.7 ribu ton per tahun sedangkan perkebunan kopi arabica seluas berproduksi produksi 2.6 ribu tahun, menurut Dinas Komunikasi dan Informatika, Sumatera Utara.

Pola pertanian yang dilakukan masyarakat secara umum masih secara tradisional walau ada beberapa daerah yang sudah memakai teknologi modern, dan menggunakan pupuk kimia. Seiring bertambahnya penduduk maka kebutuhan akan lahan pertanian juga meningkat, sehingga ada pembukaan kawasan hutan untuk lahan pertanian, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang fungsi hutan serta ketidakjelasan antara batas hutan dan lahan pertanian, serta lemahnya pengawasan dari pemerintah.

\Sama halnya dengan perkebunan kopi oleh para petani yang dari tahun ketahun terus bertambah, dimana beberapa areal perkebunan berada dalam kawasan hutan, sistem budidaya kopi di daerah ini juga belum begitu maksimal karena kurangnya pengetahuan mengenai budi daya kopi, seperti pemangkasan cabang, penggunaan tanaman pelindung, pemupukan dan pengomposan, serta pengetahuan mengenai hama dan penyakit tanaman.   Selain itu para petani dan pedagang, jarang sekali mendapat arahan atau pembelajaran tata cara pemeliharaan mutu kopi paska panen serta pengolahan kopi yang baik, dari berbagai faktor inilah nama kopi Sidikalang kian memudar. 

Kondisi ini sangat penting dan mendesak untuk segera diperbaiki oleh berbagai pihak antara lain, pemerintah daerah, masyarakat petani kopi, pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat. Sehingga lingkungan terutama kawasan hutan tetap terjaga dan masyarakat mendapat maanfaat dari usaha perkebunan kopinya, sehingga citra kopi Sidikalang bisa semakin terkenal di dalam maupun luar negeri, karena kebanyakan pembeli dari luar negri mengutamakan kopi yang berwawasan lingkungan.
Desa Perjuangan, Desa Sileu Leu Parsaoran, Pargambiran, Barisan Nauli adalah salah satu desa di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi yang  langsung berbatasan dengan hutan lindung Register 82, bahkan beberapa lahan dan kebun masyarakat terdapat dikawasan hutan. Hutan di sekitar desa ini sangat penting untuk dijaga kelestariannya karena merupakan daerah tangkapan air untuk Danau Toba dan juga pembangkit listrik PLTA Lae Renun yang sangat mempunyai arti penting sebagai penyedia energi listrik bagi masyarakat Sumatra Utara.

Conservation International (CI) Indonesia sebagai lembaga yang peduli terhadap kondisi ini mencoba memberikan kontribusi nyata dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya hutan bagi perkebunan kopi, sekaligus membantu masyarakat untuk meningkatkan mutu kopi serta membantu pemasaran hasilnya. Langkah awal CI yang dinisiasi melalui terbentuknya Forum Kopi Lestari Dairi dan Koperasi BAPERDA Organik. Mewujudkan upaya membantu masyarakat dalam budidaya kopi yang berwawasan lingkungan CI melakukan pelatihan dan membuat petak percontohan di Desa Perjuangan, Pargambiran, Barisan Nauli dan Sileu leu Parsaoran pada bulan Agustus hingga Desember 2009 dan dilanjutkan di Desa Dolok Tolong, Tanjung Beringin dan Tanjung Beringin I bulan Mei hingga saat ini.

Pelatihan ini diharapkan dapat merubah pola pikir dan pola budidaya masyarakat yang tidak ramah lingkungan, melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos, pemangkasan, pengenalan hama dan penyakit tanaman, penambahan naungan sebagai pohon pelindung, dan pemasarannya.//Chandra Wirawan Arif adalah Field Program Coordinator Conservation International (CI)  Indonesia, berbasis di Sumatera Utara.


Sumber:

No comments:

Post a Comment