Pages

Tuesday, May 1, 2012

Danau Toba, Bidadari yang Sedang Tidur


Danau Toba, Bidadari yang Sedang Tidur


Tak hanya keindahan alam, wisata Toba juga menyuguhkan daya tarik lain. Apa sajakah itu? Suasana sejuk, tenang, nyaman langsung terasa begitu sampai di Danau Toba. Dari atas ketinggian bukit melewati jalan menurun ke Parapat, kita bisa memandang hamparan air membiru yang luas bak lautan. Kepenatan perjalanan darat lebih dari empat jam dari Kota Medan langsung sirna. Di warung-warung sederhana pinggir jalan yang menurun, banyak pelancong menghabiskan waktu berjam-jam memandangi keajaiban alam Danau Toba sambil menyeruput kopi dengan nikmat. Angin bertiup sepoi-sepoi menambah segarnya suasana.

Danau Toba yang merupakan danau terbesar di Asia Tenggara ini memang memukau. Diperkirakan danau ini terbentuk karena letusan supervolcano sekitar 75 ribu tahun silam. Setelah letusan terjadi, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi danau. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Danau ini terletak 906 meter di atas permukaan laut, berukuran sekitar 1.700 meter persegi. Toba dikelilingi bukit-bukit hijau dengan dinding-dinding cadasnya. Di tengah Pulau Samosir masih ada danau lagi. Jadi ada danau di atas danau.

Begitu kaki menginjakkan kaki di Parapat, banyak yang bisa dilakukan pelancong untuk menikmati danau dan alam sekelilingnya. Mau berenang, naik perahu, berkeliling danau, atau sekadar memandangi air. Semua menyenangkan. Pelancong juga bisa menuju ke Pulau Samosir. Dari Parapat, tersedia angkutan feri yang berangkat tiap jam ke Desa Tomok. Tomok merupakan desa utama di pantai timur Samosir. Desa ini merupakan salah satu tujuan turis. Di Tomok antara lain terdapat sejumlah rumah tradisional tua dan komplek makam Raja Sidabutar. Jika ingin mengitari danau juga bisa menyewa perahu motor.

Penginapan dari yang sederhana sampai hotel berbintang banyak tersedia. Untuk makan pun tak perlu repot. Rumah makan, restauran, dan kafe bertebaran. Mau souvenir buat oleh-oleh? Pelancong dengan gampang mendapatkannya di Parapat atau juga di Pulau Samosir. Danau Toba bisa dicapai dari Kota Medan dengan kendaraan pribadi, mobil sewaan atau angkutan umum. Dari Medan bisa lewat Parapat baik melalui Tebing Tinggi dan Pematang Siantar. Bisa juga melalui rute desa Pematang Purba-Karo sampai Brastagi. Pemandangan di sepanjang perjalanan tak kalah menariknya.

Terpuruk
Sudah lama Danau Toba menjadi andalan pariwisata Sumatera Utara. Danau ini, selain menarik wisatawan nusantara juga terkenal sampai ke mancanegara. ''Potensi Danau Toba ini sebenarnya luar biasa. Tapi pariwisata di sini terpuruk sejak krisis tahun 1997,'' keluh Camat Girsang Sipanganbolon, Jonni Saragih. Sebagai ilustrasi, Saragih mengatakan, pada tahun 1996 tingkat hunian hotel di Parapat mencapai 80 sampai 90 persen. Kini merosot menjadi hanya 25 hingga 30 persen saja. Kalau dulu banyak wisatawan mancanegara, kini jumlahnya bisa dihitung dengan jari. ''Terus terang kami hampir putus asa menghadapi keadaan ini,'' akunya.

Terpuruknya wisata Toba, selain oleh krisis juga diperparah oleh kabut asap, jatuhnya Garuda di Sibolangit, Bom Bali, sampat tsunami di Aceh. ''Terakhir tersebar isu bahwa akan terjadi letusan besar di Danau Toba. Ini membuat orang takut untuk datang ke sini,'' kata Saragih masih dengan mimik sedih. Jadilah kini Danau Toba yang mempesona merana. Ditinggal pengagumnya. Ia ibarat bidadari yang sedang tidur. Kecantikannya tertutup, walaupun belum pudar.

Di Desa Tomok misalnya, penduduk yang dulu banyak mengandalkan kehidupan dari sektor pariwisata kini kembali bertani. ''Sekarang sedikit yang datang, tidak seperti dulu,'' kata Linda salah seorang pedagang pakaian di dekat makam Raja Sidabutar di Tomok. Keindahan Toba kini tak cukup kuat untuk mendatangkan turis. Ditambah lagi, kata Saragih, mereka merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat dalam soal promosi pariwisata. ''Dalam promosi sangat kurang. Apalagi dengan otonomi ini, kemampuan daerah sangat terbatas.''

Hardyanto Hasono, pelaku pariwisata yang juga pengurus ASITA Jakarta mengatakan Danau Toba kini memang tak bisa mengharapkan banyak dari turis asing. Hal itu katanya karena paket wisata Danau Toba kini tak lagi di jual di Eropa. ''Menurut saya sekarang sudah saatnya pelaku pariwisata di Sumatera Utara memikirkan pasar lainnya. Misalnya Malaysia dan Cina. Jadi jangan lagi berharap kita menjual ke Eropa,'' katanya.

Selain pasar Malaysia, Hardyanto juga menyarankan agar potensi wisatawan lokal saja yang terus dikembangkan. ''Menurut saya wisatawan lokal ini pasarnya besar, tapi memang harus kerja keras,'' katanya. Saragih mengatakan, sebenarnya potensi wisata di Danau Toba bisa lebih dikembangkan. Itu antara lain bisa dilakukan melalui koordinasi tujuh kabupaten yang berada di sekitar Danau Toba. ''Harusnya koordinasi di tingkat provinsi lebih ditingkatkan,'' usulnya.

Selain wisata alam, Toba katanya memiliki daya tarik lain. Yakni Pulau Samosir dengan budayanya, Tapanuli Utara dengan wisata rohaninya, dan Toba sendiri menjadi wisata sejarah. Yang dimaksud wisata sejarah menurut Saragih, Presiden Megawati pernah mencanangkan pembangunan Monumen Bung Karno pada tahun 2004. Namun hingga kini tak ada realisasinya. ''Kini kami menagih janji itu pada presiden sekarang, karena ini kan komitmen pemerintah,'' tegas Saragih.

Tak hanya soal wisatawan yang menurun, keindahan Toba kini juga menghadapi ancaman. Ekosistem kawasan Danau Toba terancam oleh tumbuhan eceng gondok yang banyak menutupi permukaan danau. Ancaman lain, kata Saragih, adalah peternakan babi di Salbe, Kecamatan Purba. Limbah peternakan yang dibuang ke danau dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem danau dalam jangka panjang. Ancaman lainnya adalah dampak dari banyaknya keramba apung untuk memelihara ikan. Pemeliharan ikan Nila ini dilakukan oleh PMA asal Swiss. Pemeliharaan ikan dalam keramba apung ini menggunakan pakan ikan berbentuk pellet. Sisa-sisa buangannya bisa menimbulkan endapan logam berat di danau.

Dari atas bukit, saat matahari hampir tenggelam, pantulan cahaya merah membias di danau yang luas. Sungguh pemandangan yang mempesona. Sayang kini tak banyak yang mau menikmatinya.


Sumber : Republika

No comments:

Post a Comment