Pages

Saturday, April 21, 2012

Baru tentang Toba

Baru tentang Toba
REP | 15 October 2011 | 13:31

Liputan Khusus “Toba Mengubah Dunia”, benar – benar memberikan pemahaman baru tentang “Toba”. Pandangan saya, dan mungkin sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya pembaca setia Harian Kompas tentu akan berubah setelah membaca liputan khusus tersebut. “Bagaimana dikatakan Toba mengubah dunia, Etta ?” kata teman di kantor. “Setahu saya Toba itu nama sebuah danau yang ditengahnya terdapat Pulau Samosir, berada di Sumatera Utara. Bagaimana dapat dikatakan sebuah danau mengubah dunia ?” tanyanya bertambah. “Disinilah perlunya kita terus mengikuti Liputan khusus tentang Ekspedisi Cincin Api. Danau Toba itu terbentuk dari letusan Gunung Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu”, jawab saya sesaat setelah membaca Liputan Khusus (hal. 33 - 44), Kompas hari ini. (15/10).

Sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), kita tentu masih dapat mengingat dengan jelas betapa begitu banyak legenda, mitos atau cerita rakyat yang dicecarkan masuk di kepala kita. Manfaatnya jelas, tentu guru dan orang tua kita tersebut tak ingin melihat kita menjadi anak yang durhaka dan tidak tahu terima kasih. Danau Toba yang saya ketahui pun tak lepas dari mitos dan cerita rakyat seperti itu. Toba adalah nama seorang petani nelayan yang tidak tahu terima kasih dan lupa akan janjinya kepada isterinya—seorang perempuan cantik hasil jelmaan dari ikan yang dipancingnya— untuk tidak menghardik anaknya sebagai “anak ikan”. Sang anak yang tidak  terima dihardik sebagai “anak ikan” lantas menemui sang ibu yang kemudian menyuruhnya berlari secepatnya ke puncak bukit. Seketika itu pula guntur dan kilat saling menyambar diiringi hujan deras yang membawa air bah yang sangat dahsyat. Toba kemudian tenggelam dalam danau yang terbentuk bersama penyesalannya memaki anaknya, itulah Danau Toba, dan anak yang lari ke puncak dataran yang tinggi, dalam legenda disebutkan itulah Pulau Samosir, disitulah bersemayam Samosir, anaknya Toba.

Liputan khusus Ekspedisi Cincin Api
Toba pada awalnya sebenarnya adalah sebuah gunung yang muncul dari aktivitas tektonik—yang membentuk dapur magma yang dalam ribuan tahun makin membesar—pada salah satu sudut antar segmen di Sumatera bagian utara. Toba yang kita pahami saat ini sebagai danau sebenarnya adalah kaldera—semacam kubangan dalam istilah orang awam—yang terbentuk sebagai dampak dari tiga kali letusan Gunung Toba. Letusan pertama, 840.000 tahun lalu, menghasilkan Kaldera Porsea. Letusan kedua, 501.000 tahun lalu menghasilkan Kaldera Haranggaol, dan Letusan ketiga, 74.000 tahun lalu menghasilkan Kaldera Sibadung dan menyatunya ketiga kaldera.

Menyatunya ketiga kaldera pada letusan terakhir 74.000 tahun yang lalu, itulah yang kita pahami saat ini sebagai Danau Toba. Dahsyat letusannya diperkirakan 300 kali dari letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Tahun 1815 yang menenggelamkan tiga kerajaan lokal dibawahnya dan dikenang sebagai tahun tanpa musim panas. Mengikuti liputan Ekspedisi Cincin Api, saya pun akhirnya percaya jika dikatakan Gunung Toba mengubah Dunia. Kedahsyatan letusannya memuntahkan 2.800 km3 piroklastik silica yang tersebar seluas 4 juta km2 hingga menutupi Asia Selatan, Arab, India, dan Laut Cina Selatan. Letusannya diyakini menutupi sebagian permukaan bumi selama enam tahun dan beberapa peradaban manusia tenggelam dalam perut bumi.

Dasar danau (Kaldera) Toba yang mengalami pengangkatan akibat kegiatan vulkanik dapur magma yang masih aktif, itulah yang kita kenal selama ini sebagai Pulau Samosir. Pada dua sisi Kaldera Toba, terdapat Gunung Pusuk Buhit dengan ketinggian 1.972 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan Gunung Sipisopiso dengan ketinggian 1947 mdpl, dibawahnya keduanya terdapat dapur magma yang masih aktif hingga kini. Masih terdapatnya dapur magma aktif di sekitar Kaldera  Toba seakan mengingatkan kita betapa sebenarnya kita harus waspada hidup di negeri cincin api, walau kita begitu mengagumi dan mencintai Toba. Keindahan yang tak pernah bosan jika dipandang, keindahan yang sama ikut memesona dan memikat wisatawan domestik dan luar negeri. (*)


http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/10/15/perspektif-baru-tentang-toba/

No comments:

Post a Comment