Pages

Tuesday, March 6, 2012

Uli Kozok Bongkar Sejarah Pengkristenan Batak


Uli Kozok Bongkar Sejarah Pengkristenan Batak
Written by Syafri Harahap.

MEDAN (Waspada): Peran tiga tokoh seperti Junghun, Van der Tuuk  dan Fabri dalam pengkristenan Batak seolah terlupakan dalam sejarah. Selama ini, terutama dalam Kristen Batak, misal HKBP, cenderung menonjolkan peran zendeling LI Nommensen sebagai pioner pengkristenan tanah Batak Toba yang telah menginjakkan kakinya di tanah Batak sejak 1862.

Hal itu disampaikan peneliti dan guru besar Universitas Hawaii, Amerika Serikat, Prof Uli Kozok dalam ceramah  bertajuk: Teologi dan Ideologi RMG pada Akhir Abad ke19 di Unimed yang diadakan Pusat Studi Sejarah dan IlmuIlmu Sosial (Pussis) Unimed, kemarin.


Menurut Uli,  LI Nommensen dikenali sebagai apostel Batak yang menghantarkan orang Batak dari kegelapan ke  terang kemajuan dalam iman, pendidikan, kesehatan, pertanian dan lain sebagainya yang terkait dengan aspekaspek modernitas. Tetapi, lanjutnya, atas dasar apa sebenarnya missionaris Jerman, Rheinische Missiongeselschaft (RMG) yang berpusat di Wupertal memilih tanah Batak sebagai objek penyebaran Injil?  “Hal itu tidak banyak diulas dalam sejarah,” ujar Uli yang bernama asli Ulrich Kozok.


Pasca perang Banjar
Peneliti bahasa, budaya dan sastra Batak yang lahir di Jerman pada 26 Mei 1959 ini mengatakan, pasca perang Banjar banyak di antara zendeling RMG dari Banjar yang tidak memiliki tempat penyebaran agama Kristen. Atas dasar rekomendasi dan kompromi dengan Belanda khususnya Nederland Bible Geselschaft (NBG), maka daerah tanah Batak pun ditetapkan sebagai objek penyebaran agama Kristen.


Uli yang pernah menjadi mahasiswa tamu di Fakultas Sastra USU menjelaskan, keadaan ini tidak lain karena berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Franz Wilhelm Junghuhn  (1809 – 1864). Pada tahun 1847, dia  menulis buku berjudul: Die Battaländer auf Sumatra.  kemudian disusul Van der Tuuk (1824–1895). Dua orang yang ateis tersebut telah melakukan penelitian mendalam tentang orang Batak dan memberikan nasihat yag sama agar pemerintah Belanda secara langsung menguasai tanah Batak. Demikian pula, lanjut Uli, Pieter J. Veth (18141895) yang mengamini pendapat Junghuhn.  Atas rekomendasi yang diberikan oleh Junghuhn dan Van der Tuuk, maka Fabri (direktur RMG) pada tahun 1859 mengunjungi NBG Netherland. Pada tahun 1861, Fabri mengutus LI Nommensen menjadi missionaris ke tanah Batak.


“Jadi, Fabri memegang peranan penting dalam pengutusan dan penentuan Nommensen menginjil tanah Batak. Tapi dalam literatur yang ada, dua nama seperti Junghuhn yang menulis buku Battalander auf Sumatra dan Van der Tuuk yang menerjemahkan Alkitab dalam Bahasa Batak, hampir jarang disebut dan selalu mengedepankan LI Nommensen,” kata Uli yang pada tahun 1994 menamatkan program doktornya dengan predikat magna cum laude dengan Disertasi Die Bataksche Klage. Toten, Hochzeits und Liebesklagen in oraler und schriftlicher Tradition’. di University of Hamburg, Faculty of Oriental Studies, Department of Austronesian Languages and Cultures.


Uli yang ahli aksara Batak mengatakan, tujuan zending LI Nommensen adalah “mengubah kanibal yang kasar” menjadi manusia bermartabat. Mengubah gerombolan pembunuh berdarah dingin menjadi paroki Kristen. Selain itu, mengubah orang liar yang malas, kotor, tak senonoh dan keji menjadi abdi Tuhan yang beriman, rendah hati, dan penuh kasih sayang.


Uli juga mengetengahkan misionaris Protestan RMG cenderung berpihak kepada Belanda, ekstrim anti Islam, membenci pribumi, merendahkan orang dan budaya Batak serta bersikap rasis. Hal ini justru kontras dengan Katolik yang lebih adaptif dan terbuka terhadap budaya dan orang setempat, yang mana sejak tahun 1932 secara resmi menyebarkan agama Katolik di pulau Samosir. “Tidak mengherankan apabila  Kristen Protestan terkesan lambat dalam proses kristenisasi tanah Batak,” ujarnya.


Sumber primer
Sementara itu, sejarawan Unimed Ichwan Azhari sebagai pemateri menguatkan  bahwa salah satu sumber primer yang disampaikan Uli adalah suratsurat asli Nommensen yang dikirim ke RMG. Ichwan yang pernah beberapa kali melakukan penelitian di tanah Batak mengatakan, masuknya Kristen ke Batak tidak terlepas dari perang Banjar. Sementara kedatangan Uli ke Unimed,  ujar kepala Pussis ini, adalah yang keenam kali dalam rangka memberikan kuliahkuliah tentang Batak.


Menurutnya, Uli memiliki kemampuan membaca sumber sejarah dalam bahasa aslinya (Bahasa Jerman) dan mengomunikasikannya dalam bahasa Indonesia, sehingga mudah dipahami. Demikian pula, Uli memiliki pemahaman luas tentang budaya, sejarah, aksara dan Bahasa Batak sehingga menambah nilai positif tentang khasanah Batak.


Ichwan mengatakan, pada September 2010 mendatang akan dilaksanakan peluncuran buku berjudul: “Utusan Damai di Kemelut Perang” yang membahas keikutsertaan LI Nommensen dalam perang Batak yang akan diterbitkan oleh EFEO Prancis dan KPG, Jakarta. Erond Damanik, Peneliti Pussis menambahkan ceramah tersebut dihadiri oleh undangan khusus, mahasiswa dan akademisi serta praktisi dan pecintah sejarah Batak, seperti Prof. Selamat Triono (Pembantu RektorI Unimed), Irwansyah Harahap (USU Medan), Miduk Hutabarat, Theo Pakpahan dan mahasiswa. Acara diakhiri dengan penyerahan cenderamata berupa Hiou Simalungun kepada narasumber yang diserahkan oleh kepala Pussis. (m15)


Sumber:
http://www.waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1304:hari-pertama-kerja-kantor-pemerintah-sepi&catid=37:aceh&Itemid=108

No comments:

Post a Comment