Pages

Thursday, March 8, 2012

Sejarah Suku Pakpak I


Sejarah Suku Pakpak I

Suku Pakpak berasal dari keturunan imigran bangsa atau suku dari India Selatan (kerajaan Colamandala) yang pernah menyerang dan menahlukkan kerajaan Sriwijaya (di Palembang) hingga raja Sri Sangramawijaya Tunggawarman tertawan (1025 M). Kerajaan Sriwijaya ini akhirnya runtuh tahun tahun 1337 M, yang menyebabkan terjadi penyebaran manusia sehingga terbentuk suku Pakpak suak Pegagan sekitar 600 tahun yang silam.

Diduga manusia pendatang (imigran) pertama yang masuk ke tanah Pakpak, Karo dan Gayo (Alas) adalah sama nenek-moyangnya, karena kata menyebutkan air (kebutuhan utama manusia) adalah hampir sama. Air bahasa pakpak adalah Lae, bahasa Karo adalah Lau dan bahasa Gayo (Alas) adalah Lawe. Kemiripan kata-kata dalam bahasa Pakpak dengan bahasa Karo adalah relatip besar. Jika di Tanah Karo terkenal Marga Silima, di Tanah Pakpak terkenal Pakpak Lima Suak (sama-sama kata lima).

Suku Pakpak-Dairi terdiri dari lima (5) suak yang menempati wilayah (hak wilayat) masing-masing, yakni: 1. Pakpak suak Boang, di daerah Boang, Singkil, Sbullusalam, daerah Aceh dan sekitarnya. 2. Pakpak suak Klassan, di derah Parlilitan, Pakkat dan sekitarnya, misalnya marga di daerah Urang julu (disebut: daerah Sionem Koden) adalah Simbuyak-mbuyak (tidak berketurunan), Turuten, Pinayungen, Maharaja, Tinambunen, Tumangger dan Anak Ampun (artinya anak bungsu, sering disebut Nahampun) dan didaerah pakat marga Meka dan lain lain, 3. Pakpak suak Simsim, didaerah kecamatan Kerajaan, Salak dan sekitarnya, misalnya marga Kabeaken, Brutu (Sinaga..?), Padang (Situmorang..?), Padang Batanghari (keturunan Parrube Haji…?), Sitakar, Tinendung, dan lain lain. 4. Pakpak suak Keppas, misalnya keturunan si Naga Jambe yang mulanya berasal dari daerah Sicikeh-cikeh dan kemudian berkembang didaerah Sidikalang yakni ada 7 marga yaitu, Raja Udjung, Raja Angkat, Raja Bintang, Raja Capah, Raja Gajah Manik, Raja Kudadiri dan Raja Sinamo. 5. Pakpak Pegagan, di daerah Pegagan (meliputi daerah Balna Sibabeng-kabeng, Lae Rias, Lae Pondom, Sumbul, Juma Rambah, Kuta Manik, Kuta Usang dan sekitarnya, hanya ada tiga (3) marga, yaitu (1) Raja Matanari, (2) Raja Manik, dan (3) Raja Lingga. Marga (Raja) Matanari, Manik dan Lingga adalah keturunan Papak Suak Pegagan (disebut si Raja Gagan ataupun si Raja Api).

Si Raja Api adalah salah seorang dari Pitu (7) Guru Pakpak Sindalanen (yakni keturunan Perbuahaji) . yang cukup terkenal ilmu kebatinannya (dukun yang disegani , ditakuti dan tempat belajar atau berguru ilmu kebatinan) diketahui melalui legenda yang cukup terkenal di daerah Pakpak, Karo Simalem dan mungkin juga di Gayo ..? (Alas). Apabila Pitu Guru Pakpak Sindelanan bersatu, maka dianggap sudah lengkaplah ilmu kebatinan yang dipelajari orang pada zaman dahulu, yakni meliputi:

1. Raja Api (Raja Gagan) di daerah Pakpak Suak Pegagan, adalah dukun (datu) yang mempunyai ilmu kebatinan Aliran Ilmu Tenaga Dalam, yang menyerupai tenaga Api (misalnya disebut: Gayung Api, apabila kena pukulanya akan terbakar atau gosong, Tinju Marulak, yakni justru orang yang memukulnya yang mengalami efek pukulan, dan lain lain), Ilmu kebatinan yang dikuasai dan dikembangkan si Raja Api dan keturunnya berkaitan dengan pembelaan diri, berkelahi, dan berperang melawan musuh.

2. Raja Angin di daerah Pakpak Suak Keppas, adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan sperti tenaga angin. Kalau angin kuat berhembus (topan) dapat merobohkan yang kuat dan besar. Kalau angin berhembus lambat, tidak akan terasa dan tidak dapat dilihat, tetapi mereka ada. Jadi dapat tiba-tiba si Dukun (yang mempunyai ilmu ini) tiba-tiba ada di depan mata kita.

3. Raja Tawar pergi ke Tanah Karo Simalem, adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan berkaitan dengan obat-obatan ramuan tradisional. Terbukti di daerah tanah Karo Simalem berkembang ilmu pengobatan Ramuan Tradisional, pengobatan Patah Tulang, luka terbakar dan lain lain, yang kadang kala lebih hebat dari pengobatan ilmu medis (kedokteran).

4. Raja Lae atau Lau atau Lawe yang pergi ke daerah Tanah Karo Simalem atau daerah Gayo-Alas. Lae = lau = lawe berarti air (bahasa suku Toba disebut aek). Raja Lae adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan yang dapat mendtangkan hujan, mencegah turun hujan di suatu tempat atau mengalihkan hujan dari satu tempat ke tempat lain (disebut Pawang Hujan).

5. Raja Aji di daerah Pakpak Suak Simsim sekitar kecamatan Kerajaan, Salak dan sekitarnya. Raja Aji adalah dukun yang mempunyai aliran ilmu Membuat dan Pengobatan penyakit Aji-ajian (Guna-guna, misalnya Aji Turtur, Gadam,Racun, dan lain lain).

6. Raja Besi di daerah Pakpak Suak Kellasen, adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan yang berhubungan alat-alat terbuat dari besi. Misalnya ilmu tahan (kebal) ditikam dengan pisau, kebal digergaji, terhindar dari atau kebal peluru senjata api, dan lain lain.

7. Raja Bisa di daerah Pakpak Suak Boang, adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan yang berhubungan dengan pembuatan dan Pengobatan yang ditimbulkan oleh Bisa, missal bisa ular, kalajengking, lipan, laba-laba, dll

Setelah si Raja Api mempunyai keturunan 3 orang anak laki-laki, maka salah seorang putranya diberi nama Raja Matanari (berasal dari arti Matahari). Si Raja Api menginginkan ilmu/tenaga kebatinan yang dimiliki putranya harus melebihi tenga Api seperti yang telah dimilikinya. Keinginan si Raja Api, putranya harus mempunyai ilmu kebatinan/tenaga dalam menyerupai tenaga (kekuatan) Matahari.

Pada mulanya Pakpak Pegagan (si Raja Api), bapa dan kakeknya adalah manusia Nomade (mendapat makanan dari alam, hanya memanen hasil hutan dan hasil berburu binatang, menangkap ikan dan tinggal berpindah-pindah). Diduga mereka pertama sekali tinggal sekitar hutan Lae Rias dan Lae Pondom, sehingga perkampungan mereka yang pertama diyakini adalah di sekitar Lae Rias di hulu (takal) sungai Lae Patuk, yakni daerah di atas daerah Silalahi.

Kuburan si Raja Api dan orangtuanya serta beberapa keturunannya Raja Matanari diduga disekitar hutan Lae Rias, yang menurut Legenda disebut daerah Sembahan (keramat) SIMERGERAHGAH, Simergerahgah adalah mpung si Perbuahaji (yang memperanakkan si Raja Api = Pakpak Pegagan) keturunan orang/suku Imigran dari India yang masuk dari daerah Barus.

Sesuai perkembangan zaman dan kebudayaan, keturunan Pakpak Pegagan tersebut di atas mengalami perubahan dari budaya Nomade menjadi Petani Berpindah-pindah. Mereka berpindah-pindah mencari lahan yang lebih subur, dan setelah agak tandus kemudian ditinggalkan. Sistim pertanian berpindah-pindah ini mengarahkan mereka dan keturunanya bergerak ke arah Balna Sikabeng-kabeng, Kuta Gugung, Kuta Manik, Kuta Raja, Kuta Singa, Kuta Posong, Sumbul Pegagan, Batangari (Batanghari), Juma Rambah, Simanduma, sampai daerah Tigalingga.

Pakpak Suak Pegagan hanya ada tiga (3) marga yaitu Raja Matanari, Raja Manik dan Raja Lingga. Sesuai dengan perkembangan kebudayaan, zaman dan sejarah akhirnya masing-masing keturunan 3 putra si Raja Api Pakpak suak Pegagan menempati daerah Balna Sikaben-kabeng dan Kuta Gugungserta sekitarnya (keturunan Raja Matanari), daerah Kuta Manik dan Kuta Raja serta sekitarnya (Raja Manik).dan daerah Kuta Singa dan Kuta Posong serta sekitarnya (Raja Lingga). Kuta (kampung) yang lain adalah perkembangan (pertambahan) pada generasi berikutnya…..info lebih jelas lihat di www.pakpakonline.com atau www.pakpakbharat.go.id

Review Buku Silsilah Marga Manik Pakpak Dairi
Kali ini saya coba membuat resensi buku sejarah silsilah marga Manik yang berasal dari Pakpak Dairi,buku ini ditulis oleh Bp.Mansehat Manik,S.Pd salah seorang keturunan marga Manik dari Pakpak yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Pakpak Bharat juga anggota Majelis Pusat Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD). Selama ini pihak keturunan Raja Borbor ataupun yang lebih kecilnya lagi keturunan Silau Raja dari Toba selalu mengklaim bahawa semua marga yang berbunyi Manik entah dari Toba, Damanik di Simalungun,Karo-Karo Manik di Karo dan Manik di Pakpak Dairi seakan-akan membuat sebutan “manik” adalah Hak Ekslusif dari pihak Toba semata.

Mari kita perdalam buku ini… Diceritakan dalam Sejarah Pihak Pakpak maka asal mereka adalah dari India Selatan yaitu dari Indika Tondal ke Muara Tapus dekat Barus lalu berkembang di Tanah Pakpak dan menjadi Suku Pakpak.Pada dasarnya mereka sudah mempunyai marga sejak dari negeri asal namun kemudian membentuk marga baru yang tidak jauh berbeda dengan marga aslinya.

Tidak semua Orang Pakpak berdiam di atas Tanah Dairi namun mereka juga berdiaspora meninggalkan negerinya dan menetap di daerah baru. 1. Sebagian tinggal di Tanah Pakpak dan menajadi Suku Pakpak “Situkak Rube:,”Sipungkah Kuta” dan “Sukut Ni Talun” di Tanah Pakpak. 2. Sebagian ada pergi merantau ke daerah lain,membentuk komunitas baru.Dia tahu asalnya dari Pakpak dan diakui bahwa Pakpak adalah sukunya namun sudah menjadi marga di suku lain. 3. Ada juga yang merantau lalu mengganti Nama dan Marga dengan kata lain telah mengganti identitasnya.

Diceritakan bahwa Nenek Moyang awal Pakpak adalah Kada dan Lona yang pergi meninggalkan kampungnya di India lalu terdampar di Pantai Barus dan terus masuk hingga ke Tanah Dairi,dari pernikahan mereka mempunyai anak yang diberi nama HYANG.Hyang adalah nama yang dikeramatkan di Pakpak. Hyang pun besar dan kemudian menikah dengan Putri Raja Barus dan mempunyai 7 orang Putra dan 1 orang Putri yaitu : 1. Mahaji 2. Perbaju Bigo 3. Ranggar Jodi 4. Mpu Bada 5. Raja Pako 6. Bata 7. Sanggar 8. Suari (Putri)

Pada urutan ke 4 terdapat nama Mpu Bada,Mpu Bada adalah yang terbesar dari pada saudara-saudaranya semua,bahkan dari pihak Toba pun kadangkala mengklaim bahwa Mpu Bada adalah Keturunan dari Parna dari marga Sigalingging,gimana bisa?sedangkan pada sejarah sudah jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak ke 4 dari Hyang..makanya perlu hati-hati jika memperhatikan pembalikan fakta sejarah yang sering dilakukan oleh Pihak Toba dewasa ini.

Anak Sulung,Mahaji mempunyai Kerajaan di Banua Harhar yang mana saat ini dikenal dengan nama Hulu Lae Kombih,Kecamatan Siempat Rube. Parbaju Bigo pergi ke arah Timur dan membentuk Kerajaan Simbllo di Silaan,saat ini dikenal dengan Kecamatan STTU Julu. Ranggar Jodi pergi ke arah Utara dan membentuk Kerajaan yang bertempat di Buku Tinambun dengan nama Kerajaan Jodi Buah Leuh dan Nangan Nantampuk Emas,saat ini masuk Kecamatan STTU Jehe.

Mpu Bada pergi ke arah Barat melintasi Lae Cinendang lalu tinggal di Mpung Si Mbentar Baju. Raja Pako pergi ke arah Timur Laut membentuk Kerajaan Si Raja Pako dan bermukim di Sicike-cike. Bata pergi ke arah Selatan dan menikah kemudian hanya mempunyai seorang Putri yang menikah dengan Putra Keturunan Tuan Nahkoda Raja. Dari sini menurunkan marga Tinambunen, Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinanyungen dan Anak Ampun.

Sanggir pergi ke arah Selatan tp lebih jauh daripada Bata dan mmbentuk Kerajaan di sana,dipercaya menjadi nenek moyang marga Meka,Mungkur dan Kelasen. Suari Menikah dengan Putra Raja Barus dan memdiam di Lebbuh Ntua. Marga Manik diturunkan oleh Mpu Bada yang mempunyai 4 orang anak yaitu : 1. Tndang 2. Rea sekarang menjadi Banurea 3. Manik 4. Permencuari yang kemudian menurunkan marga Boang Menalu dan Bancin.


No comments:

Post a Comment