tag:blogger.com,1999:blog-75438891135563160022024-02-08T02:56:17.593+07:00SOPO PANISIOANBlog seputar Pakpak, Karo, Simalungun, Toba, Angkola, Mandailing, Barus dan Danau TobaSopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.comBlogger2128125tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-53099761777973166662020-07-27T00:46:00.001+07:002023-10-17T15:36:19.822+07:00MEMBONGKAR DISAIN KOLONIAL LEWAT MITOS SI RAJA BATAK: Sains vs Dongeng<iframe src="https://drive.google.com/file/d/1o4LAC7Pmi_Lm49MIZBZLbsHAip_do7OW/preview" width="640" height="480"></iframe>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-87605899469412118312020-07-26T02:00:00.001+07:002020-07-26T02:00:53.707+07:00Mitos Si Raja Batak dari Pusuk Buhit Dikenalkan Sarjana Teologi Minggu, 01 Mar 2020 11:13 WIB • Dilihat 1,049 kali • https://mdn.biz.id/o/102008/
Mitos Si Raja Batak dari Pusuk Buhit Dikenalkan Sarjana Teologi
Antropolog dari Unimed, Erond Damanik (topi) dalam sebuah diskusi di Literacy Coffee, belum lama ini. (jones gultom)
Medanbisnisdaily.com-Medan. Antropolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond Damanik menyebut, yang mengenalkan mitos Si Raja Batak di Pusuk Buhit adalah para sarjana teologi di Sumatra Utara (Sumut). Mitos itu dikenalkan di Toba, Simalungun, Angkola dan sebagian Karo.
"Harusnya mereka berbicara sesuai profesi keagamaannya, bahwa asal manusia adalah Adam dan Hawa. Sialnya hal itu dianggap kebenaran absolut. Suatu paradoks keilmuan," kata Erond kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu malam (29/2/2020).
Dikatakan Erond, WM Hutagalung mengkonstruksi Si Raja Batak tahun 1926 dalam rangka sayembara Van Hollenhoven. Penulisan ini terkait sengketa Batak dan bukan Batak antara Mandailing dan Angkola soal kuburan sei mati 1922-1925. Tahun 1928, Abdullah Lubis menolak Mandailing disebut Batak dan menulis leluhurnya dari Etnik Loeboes di dekat Riau yang berasal dari Sumbar dan Turki.
Dijelaskan Erond, konsep identitas Batak, tidak bisa dipisahkan dengan konsep identitas Melayu. Kedua pelabelan itu merupakan polarisasi yang dilakukan kolonial. Konsep Melayu disematkan kepada masyarakat pesisir yang dominan Islam, sedangkan Batak kepada masyarakat pegunungan yang masih menganut paganisme (untuk kemudian memeluk Kristen-red)
BACA JUGA: Pernyataan Soal 6 Etnik di Kawasan Danau Toba Bukan Batak Bertendensi Politik Identitas
"Melayunisasi dan Batakisasi adalah penegasan kolonial selama era kolonialisme. Kedua konsep itu diambil dari catatan pengelana asing sejak abad 13. Yang pagan di gunung disebut Batak dan dipisahkan berbeda dengan yang Islam di pesisir. Kedua konsep ini masuk dalam literatur di Indonesia serta dibuat pada ensiklopedia Indonesia," ujar Erond.
Sedangkan hibriditas keduanya, sambung Erond, baru terjadi pasca kolonialisme. Sebelumnya tidak ada. Politik kolonial nyata membuat polarisasi. Karo di gunung dan di Jehe (Medan, Binjai dan Langkat) dipisah karena agama pagan di gunung dan Islam di Jehe. Boang di Pakpak digabung ke Aceh Selatan dan dipisah dari Boang di Barus. Semuanya dipertegas dengan menarik batas-batas etnik dipertegas geografi yang diisi oleh atribut agama. Semua terjadi dan bagian dari politik kolonial untuk segregasi.
Reporter
JONES GULTOM
Editor
SASLI PRANOTO SIMARMATA
Sumber:
https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2020/03/01/102008/mitos_si_raja_batak_dari_pusuk_buhit_dikenalkan_sarjana_teologi/
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-5295752590155128012020-07-24T16:55:00.001+07:002020-07-24T16:58:20.506+07:00BATAK MUSLIMBATAK MUSLIM
Oleh; Shohibul Anshor Siregar
… Gugatan terhadap Batak muncul dari
hamper semua tak terkecuali orang Toba sendiri meski jumlah yang disebut
terakhir ini jauh lebih kecil. Penulis Edward Simanungkalit berusaha membongkar
sejumlah mitos yang dibangun tentang Batak berdasarkan fakta Iptek. Bagaimana
membantah hasil pemeriksaan DNA yang menunjukkan hasil yang berbeda dari yang
dipahami selama ini? Ini antara lain pokok pikiran dia ajukan. Kita ketahui
semangat dari sebagian orang Batak untuk menjadi bagian dari keturunan Jahudi
juga diruntuhkan. …
Selanjutnya: Dapat dibaca di koran WASPADA, 27 Maret 2017
https://issuu.com/waspada/docs/waspada__senin_27_maret_2017/17
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-60058162858868686742020-07-24T15:55:00.001+07:002020-07-24T15:55:26.330+07:00Batak Hasil Konstruksi KolonialBatak Hasil Konstruksi Kolonial
Posted by: Dahlan Batubara (Redaksi) in Berita Sumut 24/10/2017 0 814 Views
Para peserta Focus Group Discussion di VIP Restoran Hotel Madani, Senin (23/10/2017) bertajuk Mandailing bukan Batak
Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Mandailing bukan Batak yang berlangsung di VIP Restoran Hotel Madani, Senin (23/10/2017) diselenggarakan oleh Yayasan Madina Centre mencuatkan kajian-kajian akademik antropologis tentang fakta-fakta tidak adanya etnis Batak di Sumatera Utara.
Dari sisi pendekatan antropologis menyimpulkan tidak ditemukannya konsep ‘Batak’ pada manuskrip-manuskrip kuno kepunyaan enam etnis Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Toba.
Bahkan, konsep ‘Batak’ tidak dikenal di setiap masyarakat keenam etnis itu sejak prakolonial. Dan justru “batak” dinilai sebagai hasil konstruksi kolonial Belanda dalam memperkuat kepentingan eksistensi kolonisasi. Sehingga “Batak” adalah ahistori.
Hadir dalam FGD peneliti dan sejarawan Dr Phil Ichwan Azhari, antropolog Prof Usman Pelly, dan juga peneliti Pussis Universitas Negeri Medan (UNIMED) Erron Damanik serta puluhan peserta dari berbagai kalangan serta kalangan wartawan.
Di dalam diskusi itu, sumber ilmiah dicuatkan dalam membedah “Batak” itu, mulai dari catatan-catatan Tiongkok era prakolonial, catatan-catatan Eropa era prakolinial serta hasil-hasil penelitian para sejarahwan dan pakar-pakar antropologi.
Kesimpulan Focus Group Discussion itu juga sejalan dengan artikel Edward Simanungkalit, pamerhati sejarah yang meramu berbagai hasil penelitian antropolog dan dimuat di sopopanisioan.blogspot.com.
Disebutkan, di tahun 2013, Balai Arkeologi Medan mengadakan survey dan ekskavasi di seluruh Kabupaten Samosir dan mereka menemukan bahwa corak budaya yang dominan di sana adalah peninggalan budaya Dongson dan mereka memperkirakan usianya sekitar 600 – 1.000 tahun atau tidak lebih dari 1.000 tahun.
Temuan ini membantahkan Sianjur Mulamula dan Si Raja Batak versi Belanda yang tidak lebih dari 1.000 tahun.
Ini menjadi permasalahan, karena situs-situs arkeologi di dekat tanah Karo, Simalungun dan Mandailing sudah lebih dari 1.000 tahun.
Pembuktian antroplogis ini menegaskan bahwa Mandailing/Karo/Simalungun jauh lebih tua dibanding umur Si Raja Batak.
Kecerobohan konstruksi kolonial Belanda yang menciptakan sosok Si Raja Batak dan Sianjur Mulamula itu dapat dipahami karena pada masa itu kecanggihan ilmu pengetahuan belum tinggi sehingga memaksakan mitos masih mudah diterima kaum yang berada di pegunungan.
Dalam penelitiannya di arsip misionaris Jerman di Wuppertal sejak bulan September 2010, Dr. Ichwan Azhari, sejarawan dari Unimed, dalam tulisan hasil penelitiannya berjudul: ”Konstruksi Batak dan Tapanuli di Dalam Ruang Administratif di Sumatera Utara Sejak Abad 19” (2011) menuliskan tentang keraguan para missionaris Kristen menggunakan kata “Batak” untuk kawasan pedalaman Toba.
Keraguan para misionaris itu dikarenakan kata “Batak” itu tidak dikenal oleh orang “Toba” ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal.
Tetapi, pada tahun 1878 lembaga kantor pusat missionaris Jerman di Barmen mengeluarkan peta resmi misionaris yang dicetak dan disebarluaskan berbentuk buku berjudul Mission Atlas (1878). Dalam buku ini terdapat delapan peta yang di antaranya berjudul “Die Sudlichen Batta-lander auf Sumatra” (Tanah Batak Selatan di Sumatra). Judul-judul peta “Der Nordlichen Battalander Die Sudlichen Batta-lander” ini merupakan titik awal konstruksi “Batak Utara” dan “Batak Selatan” yang dilakukan para misionaris Jerman yang dipakai pemerintah kolonial Belanda dan konstruksi itu berpengaruh sampai saat ini.
Fakta ini menunjukkan, konstruksi muslihat “penciptaan Batak” itu melibatkan para missionaris dari Jerman yang diterapkan oleh kolonial Belanda.
Sementara itu, raja-raja Panusunan dari Mandailing Godang dan Mandailing Julu telah pula menerbitkan petisi Mandailing Bukan Batak. Petisi itu ditandatangani di Sopo Godang Kotasiantar, Panyabungan, Mandailing Natal, Sabtu (21/10/2017).
Petisi itu akan dikirim kepada pemerintah pusat dan lembaga-lembaga negara. Para Raja-raja Panusunan melahirkan petisi itu sebagai upaya mempertegas jatidiri dan eksistensi bangsa Mandailing yang telah lama memiliki peradaban jauh berabad-abad sebelum kolonial Belanda mengkonstruksi Batak.
Editor : Dahlan Batubara
Sumber:
https://www.mandailingonline.com/batak-hasil-konstruksi-kolonial/Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-89106256397633942322020-07-24T15:42:00.000+07:002020-07-24T15:42:01.087+07:00Mandailing dan Kebenaran yang MemerdekakanMandailing dan Kebenaran yang Memerdekakan
Posted by: Dahlan Batubara (Redaksi) in Editorial 15/11/2017 0 710 Views
Candi Sipamutung
Keluhuran ilmu pengetahuan adalah anugrah yang sangat penting yang diberikan tuhan kepada manusia.
Dengan ilmu pengetahuan, kita semakin memahami semua yang ada di sekeliling kita, termasuk sejarah masa lampau.
Kebenaran mampu diungkap manusia dengan perangkat-perangkat ilmu pengetahuan itu. Oleh karenanya, wahyu yang diturunkan Allah Swt kepada Rasululah SAW adalah “iqra”. Bacalah.
Kebenaran itu memerdekakan. Demikian diungkap Edward Simanungkalit, seorang penggiat penulisan sejarah.
Berdasar itu, sejarah masa lalu Mandailing hanya bisa diungkap melalui kajian ilmiah serta penggalian-penggalian dan peneliatian yang bersandar pada ilmu antropolgi, arkeologi, entomusikologi dan disiplin ilmu pengetahuan lainnya.
Oleh karenanya, kita sangat menghoramati setiap hasil-hasil penelitian yang dilakukan para akademisi dalam menggali sejarah Mandailing dan etnis lainnya di Sumatera Utara. Hasil-hasil kajian dan penelitian itu akan membawa kita pada kebenaran satu fakta-fakta otentik di masa lalu.
Karenanya, pengungkapan fakta-fakta sejarah akan melapaskan kita dari belenggu mitos, asumsi maupun kekeliruan memahami masa lalu.
Ketika etnis Mandailing, Karo, Pakpak dan Simalungun menunjukkan jatidirinya secara tegas dan konsisten harus dipahami sebagai bagian dari kemampuan mereka berpijak pada ilmu pengetahuan serta tak tertambat dalam belenggu mitos yang dipaksakan.
Tentunya, kita sepakat bahwa belenggu kekeliruan akan berakibat kian menjauhnya kita dari esensi kebenaran. Karena kita akan tersesat memahami peradaban kita masa lalu yang akan berdampak pada kesesatan di masa kini. Karena sejarah adalah rangkaian perjalanan suatu bangsa masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Berdasar itu, kita tak boleh keluar dari jalur kebenaran, karena kebenaran itu memerdekakan, merdeka dari kesesatan, agar tak terkurung dalam kegelapan kekeliruan peradaban.***
Sumber:
https://www.mandailingonline.com/mandailing-dan-kebenaran-yang-memerdekakan/
CommentsSopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-62911747360173215272020-05-23T01:34:00.006+07:002020-07-03T23:27:18.539+07:00"PROTO BATAK”?: Menyoroti Istilah "Proto Batak" Dari Uli Kozok<iframe src="https://drive.google.com/file/d/1y8rNpGJfDZrLxsCL1hJv2vTHAvS0n7Fs/preview" width="640" height="480"></iframe>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-13714153482160140882020-05-18T16:44:00.001+07:002020-05-18T16:44:44.952+07:00Resume Seminar Identitas Karo dalam Perspektif Kebhinekaan<div class="td-post-header" style="box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px;"><header class="td-post-title" style="box-sizing: border-box;"><h1 class="entry-title" style="box-sizing: border-box; color: #111111; font-family: Roboto, sans-serif; font-size: 41px; font-weight: 400; line-height: 50px; margin: 0px 0px 7px; overflow-wrap: break-word;">Resume Seminar Identitas Karo dalam Perspektif Kebhinekaan</h1><div class="td-module-meta-info" style="box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1; margin-bottom: 16px; min-height: 17px;"><span class="td-post-date td-post-date-no-dot" style="box-sizing: border-box; color: #444444; display: inline-block; float: left; margin-left: 4px; position: relative; top: 2px;"><time class="entry-date updated td-module-date" datetime="2019-01-24T17:51:05+00:00" style="box-sizing: border-box; font-size: 18px; font-weight: bold;">24 January 2019</time></span><div class="td-post-views" style="box-sizing: border-box; float: right; margin-right: 0px;"><i class="td-icon-views" style="box-sizing: border-box; display: inline-block; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-right: 5px; position: relative; text-align: center;"></i><span class="td-nr-views-11856" style="box-sizing: border-box; line-height: 15px; vertical-align: top;">418</span></div></div></header></div><div class="td-post-sharing-top" style="box-sizing: border-box; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 30px;"><div class="td-post-sharing-classic" style="box-sizing: border-box; height: 20px; position: relative;"><br /><br /></div><div class="td-post-sharing td-ps-bg td-ps-notext td-ps-rounded td-post-sharing-style3 " id="td_social_sharing_article_top" style="box-sizing: border-box; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; margin-left: -3px; margin-right: -3px; margin-top: 15px; opacity: 1; transition: opacity 0.3s ease 0s; white-space: nowrap; z-index: 2;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img height="390" src="https://asarpua.com/wp-content/uploads/2019/01/IMG-20190122-WA0091-696x425-696x425.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="640" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div class="td-post-content" style="box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 21px; padding-bottom: 16px; text-align: left;"><div class="td-post-featured-image" style="box-sizing: border-box; position: relative;"><figure style="box-sizing: border-box; margin: 0px;"><figcaption class="wp-caption-text" style="box-sizing: border-box; color: #444444; font-size: 11px; font-style: italic; line-height: 17px; margin: 6px 0px 26px; z-index: 1;">Seminar Identitas Karo dalam Persfektif Kebinekaan. (Foto. ASARPUA.com/handover)</figcaption></figure></div></div></td></tr></tbody></table></div></div><div class="td-post-content" style="box-sizing: border-box; color: #222222; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 26px; margin-top: 21px; padding-bottom: 16px;"><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;"><strong style="box-sizing: border-box;">ASARPUA.com</strong> -Medan – Seminar Identitas Karo dalam Perspektif Kebhinekaan yang digelar atas prakarsa Karo Bukan Batak (KBB) diketuai Iwa Brahmana bekerjasama dengan S1 dan S2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU) di Raz Hotel Jalan Dr. Mansur Medan, Selasa 22/01/2019) berlangsung sukses.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">Dari lima pemakalah yaitu DR Suprayetno Ketua Jurusan FIB USU, I Ketut dari Bali, Dr Dardanela, Dr Eron Damanik dan Wara Sinuhaji melahirkan beberapa poin resume bernas.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">1. Ruang lingkup sosial masyarakat Karo, tidak hanya didaerah pegunungan saja, tetapi juga sampai ke pesisir/ pantai. Tanah Karo tidak hanya kabupaten Karo, tetapi juga meliputi, Aceh tenggara, Deli dan Serdang, Langkat, Binjai, Simalungun dan Kota Medan. Memiliki bahasa dan budaya khas yang berbeda dengan etnis lain yang bertetangga langsung dengan Karo.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">2. Berdasarkan asal usul nama Karo, secara historis dapat dikaitkan dgn sebuah nama kerajaa Haru/ Aru. Secara tradisi lisan nama Karo diambil dari panglima perang India Selatan, ini juga diperkuat secara data arkeologis bahwa Karo selalu dikaitkan dengan kehadiran pedagang dari India Selatan. Karenanya eksistensi Karo sudah ada sejak masa pra kesultanan, masa kolonial dan pasca kolonial.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">3. Etnis Karo terbentuk sendiri, dengan ruang lingkup sosial budaya sendiri, terbentuk oleh kesepemahaman masyarakatanya, akan tindakan tindakan adat istiadat serta sistem kekerabatan identitas masyarakatanya, secara wilayah maupun kekerabatan. Identitas suk Karo meliputi; Merga dimana setiap orang Karo masuk dalam Merga Silima. Bahasa Karo, memiliki khas, perkembangan dan pertumbuhan tersendiri yg berbeda dgn bahasa etnis sekitarnya. Kesenian Karo dengan segala alat musik dan juga ornamen pakaiannya yg berciri khas dan berkarakter khas, begitu juga tarian dan nyanyiannya. Serta adat istiadat Karo yang khas pemberlakuan adat dan budayanya yg diaplikasikan didalam pelaksanaan saat kelahiran, perkawinan dan kematian. Serta memiliki DNA yang dekat dengan suku Gayo.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">4. Suku Karo merupakan masyarakat yang sudah melalui berbagai “gelombang” budaya, hingga kolonialisme. Sedari dulu masyarakat Karo dihadapakan dengan pilihan “primordial” mengutamakan kelompoknya sendiri, namun tidak tergoda. Ini terlihat sejak masyarakat Karo dataran rendah menganut islam, kekerabatan dengan Karo dataran tinggi tetap berjalan dengan baik, hingga masa kolonial. Bahkan suku Karo lah yang mempelopori pembubaran NST (Negara Sumatera Timur), karena bagi orang Karo, kekerabatan dalam kemajemukan itu lebih baik diharmoniskan dengan tetap saling menghormati tanpa harus mengecilkan salah satunya. Ini juga sekaligus membuktikan bahwa kedinamisan suku Karo ketika berdampingan dengan etnis2 lain dapat terjalin dengan baik.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">5. Sejarah Karo, bisa ditelusuri dari ruang lingkup budaya, ekonomi, dan jg politik masa lalu, jejak arkeologi, lingusitik dan juga geneologi, memetakan bahwa Karo sangat dekat dengan etnis etnis diluar sumut seperti Simalungun, Alas dan Gayo. Kedekatan yang tdk hanya lisan, namun juga dibuktikan pada saat bekerjasama melawan kolonialisme. Sistem budaya kekerabatan Karo justru sangat menerima kebinekaan. Budaya ertutur, sangkep nggeluh dan runggu adalah budaya membangun jaringan atau koneksitas. Dan tujuan semua itu adalah untuk harmonitas atau dalam bahasa Karo disebut dengan berbagai kosa kata; erlayas, erturih, erorat, erlikas, erluhu, yang maksudnya semua mengarah kepada harmonisasi dalam berbagai hal. Oleh karenanya kebhinekaan sudah sejak dahulu kala dipraktekkan oleh masyarakat Karo. Sehingga selogan BHINEKA TUNGGAL IKA sangat bisa diterima oleh masyarakat budaya Suku Karo. Orang Karo menerima orang luar menjadi kerabat dalam pernikahan atau pengangkatan sebagai anak menjadi bagian Karo. Falsafah Karo ketika berjuang; Tuah, Sangap dan Mejuah juah. Secara pergaulan filosofinya adalah surat ukat (give and take), memberi lalu menerima.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">6. Bahwa dengan mengenal serta memahami identitas dan ciri khas Karo secara lengkap dan utuh, berdasarkan kajian kajian ilmiah kesejarahan, arkeologi, linguistik, budaya dan antropologi. Maka masyarakat umum baik nasional maupun internasional, bahkan masyarakat Karo itu sendiri, akan mengerti bahwa konsep Karo, sebagai masyarakat budaya mandiri, etnis berbahasa sendiri, suku dengan sistem sosial tersendiri dan kolektifitas sendiri menunjukkan bahwa etnis Karo itu berbeda dgn etnis2 lainnya disamping beberepa kesamaan. Namun justru perbedaan itulah yang menjadikan Karo berciri dan patut dilestarikan serta dijaga heritage nya agar tidak terjajah, punah atau bahkan tergantikan dengan “jargon jargon” yang justru menyimpang dari pemahaman akan pengenalan masyarakat Suku Karo itu sendiri.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">7. Semoga kesadaran generasi penerus masyarakat Karo, dapat kembali dikonstruksikan kearah yg lebih jelas dan benar. Sehingga tidak mengalami pengkaburan identitas, melemahnya rasa cinta akan pelestarian budaya Karo, yang mengakibatkan masyarakatanya justru semakin bertindak dan bersikap individualistis. Namun diharapkan, kembali seperti semangat para nenek moyang yg sudah mewariskan budaya baik pada suku Karo, tetap bekerjasama dalam membangun serta pemberdayaan masyarakat suku Karo, agar suku Karo tetap menjadi warisan dunia, yang anti rasialis namun tetap mengikuti telaah ilmiah akademis. 8. Karo adalah; adat istiadat seni dan budaya Karo. Identitasnya adalah suku Karo, bukan sub suku batak, akan tetapi suku Karo bangsa Indonesia.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">Rekomendasi;<br style="box-sizing: border-box;" />A. Walaupun kita secara perspektif flesibel menerima banyak hal, kita harus memperkuat dan mempertahankan identitas serta ciri khas kita sebagai masyarakat suku Karo agar tetap bisa mengikuti dinamika globalisasi, lestari dan ikut mewarnai kebinekaan nusantara juga menjadi warisan dunia. Sehingga diskusi2 kecil maupun pertemuan2 lanjutan yg berkaitan, perlu diadakan setelah seminar ini.<br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;">B. Agar para generasi penerus, dan juga para ilmuwan serta para pemerhati budaya memiliki referensi yg patut mengenai “Identitas Karo dalan perspektif Kebinekaan”, serta mengingat betapa antusianya masyarakat. Maka perlu dibuat sebuah buku yg mengkaji dan menulis secara holistik ttg hal itu. Untuk kemudian menjadi kepustakaan yg mampu memberi pengertian dan pemahaman semestinya terhadap masyarakat suku Karo, yang adalah bagian dari kebinekaan Nusantara. (<strong style="box-sizing: border-box;">as-01)</strong></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;"><strong style="box-sizing: border-box;">Sumber:</strong></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;"><strong style="box-sizing: border-box;"><a href="https://asarpua.com/resume-seminar-identitas-karo-dalam-persfektif-kebhinekaan/">https://asarpua.com/resume-seminar-identitas-karo-dalam-persfektif-kebhinekaan/</a></strong></p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 26px; margin-bottom: 26px; margin-top: 0px; overflow-wrap: break-word;"><strong style="box-sizing: border-box;"><br /></strong></p></div>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-33541582699380472462020-05-18T16:27:00.000+07:002020-05-18T16:27:13.906+07:00ANTROPOLOG UNIMED: BATAK BUKAN ETNIK<div class="itemHeader" style="background: none rgb(255, 255, 255); border: none; color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; margin: 0px; padding: 0px;"><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;">ANTROPOLOG UNIMED: BATAK BUKAN ETNIK</div><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;"><br /></div><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;">Menurut Erond L. Damanik, penyebutan Batak dan Melayu diberi oleh pengelana asing untuk membedakan kelompok masyarakat yang hidup di gunung dan di pesisr. Embrio pembeda lainnya adalah Agama.</div><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;"><span style="font-size: small;">28 Pebruai 2020</span></div><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;"><br /></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="Perempuan Karo masa lampau." height="640" src="http://oxonews.co.id/media/k2/items/cache/96cba9244d7f9076720df00586971bd0_L.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="477" /></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><font size="2">Perempuan Karo Masa Lampau</font></td></tr></tbody></table><div class="itemIntroText" style="color: #444444; font-size: 18px; font-weight: bold; line-height: 24px; padding: 0px;"><br /></div></div><div class="horizontal" style="background-color: white; color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 30px; overflow: hidden;"><div><strong>Oxonews</strong>- Antropolog Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr. Erond L Damanik MSi, menyatakan bahwa etnik Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Toba bukanlah bagian dari Batak.</div><div> </div><div>Menurut Erond, penyebutan Batak dan Melayu diciptakan pengelana asing pada abad ke 14 untuk membedakan kelompok masyarakat yang hidup di gunung dan di pesisir.</div><div> </div><div>Kelompok pesisir disebut Melayu, karena mereka cenderung beragama Islam dan kelompok di pegunungan adalah Batak, karena ketika itu mereka menyembah berhala (pagan), belum memiliki agama.</div><div> </div><div> "Ini adalah konsep yang muncul setelah adanya konsep Melayu. Batak ini adalah konsep yang muncul setelah eksisnya suku Melayu," ucap Erond, seperti kami lansir dari tagarid</div><div> </div><div>Melayu dan Batak, menurut Erond adalah konsep geografis untuk membedakan populasi antara orang yang sudah beragama Islam dan masih menganut agama pagan, penyembah berhala, atau leluhur (agama asli).</div><div> </div><div>"Kenapa mereka disebut Melayu karena sudah beragama. Kenapa mereka disebut Batak karena masih menganut agama asli. Itu saja embrionya. Kita bisa lihat uraian mendalam dalam tulisan Daniel Peret di bukunya Batak dan Melayu. Dalam buku itu dia menyebut atau merujuk dalam tulisan misalnya Wiliam Mardest di tahun 1774, bahwa dia juga menolak homogenisasi yang disebut batak," kata Erond.</div><div> </div><div>Erond menyebut struktur sosial atau organisasi sosial terhadap enam etnik yabg selama ini disebut Batak juga tidak ada kemiripan, misalnya Toba dengan dalihan natolu, Simalungun Pentagon, dan Karo Siwalujabu. "Sedangkan pakaian, coba kita sandingkan pakaian mereka, tidak mirip," katanya. </div><div> </div><div>Ia memberi contoh mengenai dalihan natolu dalam hubungan antar perkawinan, antara hula-hula, dan itu bukan khas Sumatera Utara. Menurutnya hal ini juga ada di masyarakat Prancis. </div><div> </div><div>Kemudian dongan sabutuha, sanina, atau anakberu, Erond menyebut tidak bisa diklaim bahwa itu adalah khas Batak. "Itu adalah global. Dalam artiologi, itu dikembangkan juga oleh Tri Angel Kuliner atau hubungan segitiga kuliner yang ada pada masyarakat Prancis," kata Erond.</div><div> </div><div>Jika enam etnik itu bukan Batak, bagaimana dengan silsilah marga ?</div><div> </div><div>Menurutnya itu bermula dari tulisan Hutagalung dengan tulisan "Silsilah Bangso Batak", marga itu hanya sebuah konstruksi. dalam buku Hutagalung tersebut, dia menulis silsilahnya, tahun 1926, hanya paradigma kontruksi dan tidak mengacu secara arkeologis. </div><div> </div><div>Erond mengatakan sebenarnya konsep Batak pertama sekali ada, bukan di Sumatera Utara, tapi Batak itu untuk menyebut pemukim di Aceh disebut Bateh.</div><div> </div><div>"Pesisir disebut Melayu dan di pedalaman disebut Bateh, itu di tahun 1915. Sedangkan Batta ada di antara Lhokseumawe dan Aru di Pantai Timur Sumatera. Kemudian, Batak itu masuk ke Sumatera Utara ditambah adanya penelitian tahun 1925, itu yang dipakai sampai hari ini. Sedangkan (hubungan) marga itu adalah sebuah kontruksi yang ditulis oleh Hutagalung, dia berhasil membuat konstruksi itu," ucapnya.</div><div> </div><div>"Kalau kita bicara asal-usul manusia, mana mungkin manusia itu dari gunung duluan baru ke pesisir. Harus dari pesisir duluan barulah naik ke pegunungan. Bukan dari gunung dulu baru ke pesisir. Masa dari gunung duluan baru datang ke Karo atau Simalungun. Terus manusia yang ada di gunung itu dari mana naiknya?" katanya.</div><div><br /></div><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;">Dijelaskan Erond, seharusnya pemukim yang pertama itu adalah yang mendiami daerah pantai. Kemudian, sesuai analisis arkeologi dan antropologi, adanya pemukim di pegunungan karena jumlah makanan yang semakin menipis di pantai, atau adanya serangan pihak musuh yang intens di pantai, membuat mereka mulai masuk ke pedalaman. (irf/</span><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;">Sumber: </span><a href="http://oxonews.co.id/index.php/humaniora/item/900-antropolog-unimed-batak-bukan-etnik" style="font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;">http://oxonews.co.id/index.php/humaniora/item/900-antropolog-unimed-batak-bukan-etnik</a></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><span style="color: #333333; font-family: Lato, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span><span class="itemDateCreated" style="color: #0047a4; float: left; font-family: Lato, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; margin-right: 20px;"><br /></span></div>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-14071692298354009772020-05-18T15:57:00.001+07:002020-05-18T15:57:31.036+07:00Enam Etnik Danau Toba Bukan Batak<div class="flex" style="display: flex;"><div class="cont-b12-w11" style="width: 1033px;"><div class="flex" style="display: flex;"><div class="cont-b8" style="width: 704px;"><div class="flex" style="display: flex;"><div class="cont-b8-w7" style="width: 681px;"><div class="title-5" style="color: #393939; font-family: PlayfairDisplay-Bold; font-size: 47px; line-height: 51px;">Enam Etnik Danau Toba Bukan Batak</div><div class="marginbottom20" style="margin-bottom: 20px;"></div><div class="post_desc2" style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 20px; line-height: 27px;">Erond L Damanik MSi, mengungkapkan bahwa etnik Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Toba bukanlah bagian dari Batak</div></div></div></div></div><div class="marginbottom20" style="margin-bottom: 20px;"></div><div class="image_post" style="height: 600px;"><a class="image-relative-box" href="https://www.tagar.id/tagarphoto/79019/Danau+Toba" style="display: block; position: relative; text-decoration-line: none;"><div class="image-prev" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: url("https://www.tagar.id/Asset/uploads2019/1582647786308-danau-toba.jpg"); background-origin: initial; background-position: center top; background-repeat: no-repeat; background-size: cover; height: 600px; position: absolute; width: 1030.44px;"></div></a></div></div><div class="cont-b1" style="width: 88px;"></div></div><div class="flex" style="display: flex;"><div class="cont-b1" style="width: 88px;"></div><div class="cont-b12-w11" style="width: 1033px;"><div class="caption" style="color: #626262; font-size: 10px; line-height: 14px; margin-top: 16px;">Danau Toba (Foto: Tagar/Fetra Tumanggor)</div><div class="line" style="border-top: 1px solid rgba(185, 185, 185, 0.31); margin-bottom: 20px; margin-top: 20px;"></div></div><div class="cont-b1" style="width: 88px;"></div></div><div class="flex" id="main-content" style="display: flex; height: auto !important;"><div class="cont-b9 contentpages" id="content" style="width: 792px;"><div class="paragraf mc capital-m" style="margin-left: 170px;"></div><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><strong>Medan</strong> - Antropolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr. Erond L Damanik MSi, mengungkapkan bahwa etnik Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Toba bukanlah bagian dari Batak.</p><blockquote style="color: #393939; font-family: PlayfairDisplay-Bold; font-size: 31px; line-height: 31px; margin-left: 125px; position: relative; width: 650px;"><p>Orang yang bermukim di pedalaman atau di pegunungan disebut Batak dan orang yang bermukim di pesisir disebut Melayu</p></blockquote><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"></p><div class="p2"></div><p></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Menurut dia, Batak<a href="https://www.tagar.id/tag/batak" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Batak"></a> hanya sebuah penyebutan yang sengaja diciptakan oleh orang asing pada abad 14 untuk melabelkan kelompok masyarakat. Di masa itu, mereka membuat atau mengelompokkan dalam dua wilayah, yaitu pegunungan dan pesisir.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Erond mengatakan kelompok pesisir disebut Melayu, karena mereka cenderung beragama <a href="https://www.tagar.id/tag/islam" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Islam">Islam</a> dan kelompok di pegunungan adalah Batak, karena ketika itu mereka lebih menyembah berhala (pagan), belum memiliki agama.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Pertama bukan saya atau Erond Damanik yang menyebutkan bahwa enam etnik yang dipersamakan dengan Batak itu adalah Batak. Ada banyak riset, penelitian dulu yang mencoba menelusuri itu, dari mana munculnya Batak. Ternyata dalam buku ada banyak konsep yang dimunculkan. Ini ada konsep yang muncul setelah adanya konsep Melayu. Batak ini adalah konsep yang muncul setelah eksisnya suku Melayu," ucap Erond saat ditemui Tagar di ruang kerjanya, di Universitas Negeri <a href="https://www.tagar.id/tag/medan" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Medan">Medan</a>, Senin, 24 Februari 2020.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><span class="fr-img-caption fr-fic fr-dii"><img alt="Tortor Batak" src="https://www.tagar.id/Asset/uploads/2017/10/Untitled-8-Tortor-Batak.gif" style="margin-top: 15px; width: 600px;" /><span class="fr-inner" style="display: block; font-size: 12px; margin-top: 0px;">Tortor Batak. (Foto: Ist)</span></span></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia mengatakan abad ke-14, ketika itu, datanglah para pengelana asing, dari <a href="https://www.tagar.id/tag/spanyol" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Spanyol">Spanyol</a> dan Portugis. Mereka sampai ke Sumatera bagian Utara yaitu Aceh dan Sumatera Utara. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Dalam kunjungan itu, mereka menemukan masyarakat yang disebut Melayu, artinya masyarakat Melayu itu bukan yang disebut Melayu yang hari ini, di abad ke 21 ini, tetapi masyarakat yang mengenakan identitas beragama Islam dan bisa ditelusuri dengan pakaian, atribut dan lainnya," katanya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Pengelana asing bisa melihat bahwa mereka sudah Islam. Interaksi perdagangan mereka juga sudah intens, itu juga ada di pesisir, mereka juga sudah bisa mengidentifikasi bahwa mereka menganut <a href="https://www.tagar.id/tag/agama" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="agama">agama</a> Islam. Dari pakaian dan lainnya. Maka oleh pengelana asing itu, mereka disebutkan Melayu," kata Erond.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia menambahkan tapi kemudian di luar pesisir, ada sebuah komoditas yang berasal tidak khas <a href="https://www.tagar.id/tag/daerah" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="daerah">daerah</a> pesisir seperti rotan, beras, lilin, dan lainnya. Itu berasal dari luar pesisir. Itu disebut dalam beberapa literatur dan itu berasal dari populasi atau masyarakat yang bermukim di pedalaman atau di pegunungan. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Kemudian, informasi yang diperoleh dari orang pesisir menyebut bahwa mereka itu masih belum beragama, masih menyembah berhala, belum beradab. Kemudian datang si pengelana asing, disebutlah orang yang bermukim di pegunungan itu dengan sebutan orang Batak. Pengelana asing adalah penjelajah yang pernah singgah di Sumatera Bagian Utara, paling tidak di abad ke 14 atau 15," ucap <a href="https://www.tagar.id/tag/dosen" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="dosen">dosen</a> antropologi ini.</p><blockquote style="color: #393939; font-family: PlayfairDisplay-Bold; font-size: 31px; line-height: 31px; margin-left: 125px; position: relative; width: 650px;"><p>Kalau kita bicara asal-usul manusia, mana mungkin manusia itu dari gunung<a href="https://www.tagar.id/tag/gunung" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="gunung"></a> duluan baru ke pesisir.</p></blockquote><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Menurutnya, Melayu dan Batak adalah konsep geografis untuk membedakan populasi antara orang yang sudah beragama Islam dan masih menganut agama pagan, penyembah berhala, atau leluhur (agama asli).</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia mengatakan dua konsep ini, Melayu dan Batak sama sekali tidak menyebut etnik, tapi lebih kepada identifikasi populasi masyarakat yang ada di pegunungan dan pesisir. "Orang yang bermukim di pedalaman atau di pegunungan disebut Batak dan orang yang bermukim di pesisir disebut Melayu," ujarnya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><span class="fr-img-caption fr-fic fr-dii"><img alt="Erond Damanik" src="https://www.tagar.id/Asset/uploads2019/1582646580911-erond--damanik.jpg" style="margin-top: 15px; width: 600px;" /><span class="fr-inner" style="display: block; font-size: 12px; margin-top: 0px;">Antropolog dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr. Erond L Damanik MSi (Foto: Tagar/Reza Pahlevi)</span></span></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Kenapa mereka disebut Melayu karena sudah beragama. Kenapa mereka disebut Batak karena masih menganut agama asli. Itu saja embrionya. Kita bisa lihat uraian mendalam dalam tulisan Daniel Perent di bukunya Batak dan Melayu. Dalam buku itu dia menyebut atau merujuk dalam tulisan misalnya Wiliam Mardest di tahun 1774, bahwa dia juga menolak homogenisasi yang disebut batak," kata Erond.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia mengatakan. menurut buku Daniel Perent, masyarakat di pegunungan di Sumatera Utara dan <a href="https://www.tagar.id/tag/aceh" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Aceh">Aceh</a>, tidak bisa disebut Batak atau homogen. Karena mereka adalah masyarakat yang heterogen.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Misalnya dalam buku itu, ada tulisan, Papak Daera diartikan (Pakpak Dairi), lalu menemukan orangtuba (Orang Toba), menemukan orang <a href="https://www.tagar.id/tag/mandailing" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Mandailing">Mandailing</a>, Angkola sekitar Air Bangis. Itu untuk klasifikasi masyarakat yang ada di daerah pantai barat. Tidak ada sebutan Batak," kata Erond.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Seratus tahun kemudian, seorang peneliti dan penulis, Anderson juga menemukan masyarakat yang berbeda, sekitar tahun 1823. Dia menemukan orang Gayos (Gayo), Karaokarao (Karo), Semilongan (<a href="https://www.tagar.id/tag/simalungun" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Simalungun">Simalungun</a>). Jadi menurut Erond, dua ahli sudah menolak homogenisasi Batak.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Batak itu sama sekali tidak memiliki akar <a href="https://www.tagar.id/tag/sejarah" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="sejarah">sejarah</a> yang dekat dengan mereka. Tulisan Anderson misalnya tentang Simalungun, dia menuliskan kata semilongan sebanyak dua kali, tidak ada kata Batak dalam tulisan itu, maksudnya orang orang Simalungun di tahun 1823," katanya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><strong>Bagaimana dengan kemiripan <a href="https://www.tagar.id/tag/bahasa" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="bahasa">bahasa</a>, pakaian, dan budaya?</strong></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Erond mengatakan bahasa enam etnik itu jauh berbeda, begitu juga dengan pakaian. "Bahasa enam etnik itu tidak bisa disebut banyak kemiripan, bahasa aksara, organisasi sosial, dan bahasa mereka berbeda," katanya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia menyebut struktur sosial atau organisasi sosial juga tidak ada kemiripan, misalnya Toba dengan dalihan natolu, Simalungun Pentagon, dan Karo Siwalujabu. "Sedangkan pakaian, coba kita sandingkan pakaian mereka, tidak mirip," katanya. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Kalau adat, ada banyak adat. Misalnya perkawinan atau kematian dimana-mana itu sama. Dalam antropologi itu namanya ritus peralihan. Ritus peralihan dimana mana-sama, itu sesuai dengan definisi artiologi oleh Arnol Margenap. Itu bukan khas di <a href="https://www.tagar.id/tag/sumaterautara" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Sumatera Utara">Sumatera Utara</a>, ada ritus kelahiran, menjelang dewasa, perkawinan, di hari tua, dan lainnya itu sama dilakukan oleh kelompok di dunia ini," katanya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><span class="fr-img-caption fr-fic fr-dii"><img alt="Rumah Batak" src="https://www.tagar.id/Asset/uploads/384682-rumah-batak.jpeg" style="margin-top: 15px; width: 600px;" /><span class="fr-inner" style="display: block; font-size: 12px; margin-top: 0px;">Foto bertahun 1910-1930, dua anak di pintu masuk rumah Batak (Foto: KITLV)</span></span></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia memberi contoh mengenai dalihan natolu dalam hubungan antar perkawinan, antara hula-hula, dan itu bukan khas Sumatera Utara. Menurutnya hal ini juga ada di masyarakat <a href="https://www.tagar.id/tag/prancis" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Prancis">Prancis</a>. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Kemudian dongan sabutuha, sanina, atau anakberu, Erond menyebut tidak bisa diklaim bahwa itu adalah khas Batak. "Itu adalah global. Dalam artiologi, itu dikembangkan juga oleh Tri Angel <a href="https://www.tagar.id/tag/kuliner" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Kuliner">Kuliner</a> atau hubungan segitiga kuliner yang ada pada masyarakat Prancis," kata Erond.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><strong>Apakah enam etnik tersebut berasal dari satu rumpun?</strong></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Erond menyebut bahwa semuanya satu rumpun. Sebab, seluruh penduduk <a href="https://www.tagar.id/tag/indonesia" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Indonesia">Indonesia</a> satu rumpun.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Kita semua satu rumpun, yang terbangun dengan Indonesia, yang menyebar, ada yang menjadi <a href="https://www.tagar.id/tag/minang" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Minang">Minang</a>, Simalungun, atau Pakpak. Jadi mereka itu semua satu rumpun, kita memiliki kemiripan yang sama, DNA itu sejenis, DNA berbicara tentang kemiripan. Hanya saja ada beberapa perbedaan dengan Indonesia bagian timur, berbeda rambut dan ciri ciri fisik," kata dia.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Jika enam etnik itu bukan Batak, bagaimana dengan silsilah marga yang disebut saling berkaitan antara enam etnik tersebut?</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Erond mengakui bahwa marga itu sebenarnya tidak saling bertautan. Menurutnya itu bermula dari tulisan Hutagalung dengan tulisan "Silsilah Bangso Batak", marga itu hanya sebuah konstruksi.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Menurutnya, dalam buku Hutagalung tersebut, dia menulis silsilahnya, tahun 1926, hanya paradigma kontruksi dan tidak mengacu secara arkeologis. "Dia rekonstruksi <a href="https://www.tagar.id/tag/tokoh" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="tokoh">tokoh</a>-tokoh imajiner legenda Batak, itulah Si Raja Batak. Si Raja Batak diturunkan oleh Tuhan Pencipta Alam Semesta, Debata, lahirlah Si Raja Batak.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Dalam buku itu Si Raja Batak anaknya tiga, kemudian bergenerasi lagi dan muncullah marga-marga di kalangan orang Toba. Disebutlah marga-marga, lalu ini berdiaspora sampai ke Karo dan <a href="https://www.tagar.id/tag/gayo" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Gayo">Gayo</a>. Kalau di Gayo dikenal dengan Batak 24, di Karo ada Perangin-angin, di Simalungun ada Damanik, sampai ke Mandailing ada Tanjung, Pasaribu, ini semua masuk. Itukan kontruksi. Konstruksi si Hutagalung berhasil membuat itu," katanya. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia mengatakan sebenarnya konsep Batak pertama sekali ada, bukan di Sumatera Utara, tapi Batak itu untuk menyebut pemukim di Aceh disebut Bateh.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Pesisir disebut Melayu dan di pedalaman disebut Bateh, itu di tahun 1915. Sedangkan Batta ada di antara <a href="https://www.tagar.id/tag/lhokseumawe" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Lhokseumawe">Lhokseumawe</a> dan Aru di Pantai Timur Sumatera. Kemudian, Batak itu masuk ke Sumatera Utara ditambah adanya penelitian tahun 1925, itu yang dipakai sampai hari ini. Sedangkan (hubungan) marga itu adalah sebuah kontruksi yang ditulis oleh Hutagalung, dia berhasil membuat konstruksi itu," ucapnya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Menurutnya, tujuan rekonstruksi itu antara lain untuk mempersatuan enam etnik yang ada, kelompok etnik ini menyatu. Simalungun, Mandailing, Angkola dan lainnya, bahwa mereka satu leluhur Si Raja Batak.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Memang dia (Hutagalung) berhasil untuk mengkontruksi itu, tapi pada akhirnya semua terjadi gontokan seperti sekarang ini. Ada Mandailing menolak disebut batak, Simalungun ada menolak Batak. Bahkan terakhir, Mandailing menghilangkan lebel Batak di nama depannya dan itu sudah diakui oleh <a href="https://www.tagar.id/tag/badan-pusat-statistik" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="Badan Pusat Statistik">Badan Pusat Statistik</a> Pusat, di awal Februari 2020 ini," ucap Erond.</p><span class="fr-img-caption fr-fic fr-dii" style="display: block; margin-left: 175px; width: 600px;"><span class="fr-img-wrap"><img alt="Orang Batak" src="https://www.tagar.id/Asset/uploads/259339-orang-batak.jpeg" style="margin-top: 15px; width: 600px;" /><span class="fr-inner" style="color: #626262; display: block; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 12px; margin-top: 0px;">Foto bertahun 1894, sebuah keluarga besar Batak Toba (Foto: KITLV)</span></span></span><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Selain itu, penyebutan enam etnik di Sumatera Utara bukan Batak terjadi pembicaraan dan penolakan dari beberapa kelompok. Misalnya mereka mengaku tidak setuju dengan hilangnya penyebutan Batak. Kemudian, Damanik tidak ada hubungannya dengan Manik yang ada di Toba.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Terjadi perdebatan ketika membicarakan tentang penyebutan Batak. Padahal itu sudah terbukti bahwa Damanik tidak ada hubungannya dengan Manik di Toba. Sebagian orang menentang, menyebut bahwa Damanik berasal dari Manik yang ada di Toba. Itu saya bantah," ucapnya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ada beberapa pandangan yang membuatnya berpikir bahwa Damanik tidak berasal dari Manik yang ada di Toba. Pertama pandangan berdasarkan <a href="https://www.tagar.id/tag/buku" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="buku">buku</a> pertama yang menulis ini adalah Hutagalung tahun 1926. Menurutnya, paradigma yang digunakan Hutagalung adalah kontruksi, tidak mengacu kepada bukti arkeologis.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Kalau kita bicara asal-usul manusia, mana mungkin manusia itu dari <a href="https://www.tagar.id/tag/gunung" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="gunung">gunung</a> duluan baru ke pesisir. Harus dari pesisir duluan barulah naik ke pegunungan. Bukan dari gunung dulu baru ke pesisir. Masa dari gunung duluan baru datang ke Karo atau Simalungun. Terus manusia yang ada di gunung itu dari mana naiknya?" katanya.</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Ia mengatakan seharusnya pemukim yang pertama itu adalah yang mendiami daerah pantai. Kemudian, sesuai analisis arkeologi dan antropologi, adanya pemukim di pegunungan karena jumlah <a href="https://www.tagar.id/tag/makanan" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="makanan">makanan</a> yang semakin menipis di pantai, maka mereka mulai masuk ke pedalaman. </p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">"Atau ada serangan pihak musuh yang intens di <a href="https://www.tagar.id/tag/pantai" style="background-image: linear-gradient(120deg, rgb(255, 240, 238) 0%, rgb(255, 240, 238) 100%); background-position: 0px 100%; background-repeat: no-repeat; background-size: 100% 0px; border-bottom: 2px solid rgb(207, 0, 1); text-decoration-line: none; transition: background-size 0.125s ease-in 0s;" title="pantai">pantai</a>, maka mereka ke pedalaman atau pegunungan," kata Erond. []</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><br /></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;">Sumber:</p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><a href="https://www.tagar.id/enam-etnik-danau-toba-bukan-batak">https://www.tagar.id/enam-etnik-danau-toba-bukan-batak</a></p><p style="color: #626262; font-family: SF-Pro-Display-Regular; font-size: 16px; line-height: 24px; margin-left: 175px !important; width: 600px;"><br /></p></div></div>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-57319790242599218402020-05-13T21:04:00.013+07:002020-07-11T16:35:30.907+07:00RIBUAN TAHUN LELUHUR BERDIAM DI TOBA NA SAE: Di Manakah Letak Dongeng Belanda Tentang Si Raja Batak?<br /><iframe src="https://drive.google.com/file/d/1ocFIkSFFkYd4vVu0JYR-37C4Kn6pcQvk/preview" width="640" height="480"></iframe>Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-74128142779626527282017-01-10T14:54:00.000+07:002020-07-03T23:27:57.873+07:00KETIKA TOBA BERUBAH JADI BATAK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">KETIKA
TOBA BERUBAH JADI BATAK<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Oleh:
Edward Simanungkalit *<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Orang
Toba Berdiam di Toba Na Sae<o:p></o:p></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sejak
kecil, penulis memahami diri sendiri sebagai Halak Toba atau Orang Toba pada
paruh kedua tahun 1960-an. Itu yang penulis ketahui dari para orangtua di lingkungan
penulis di saat berada di Kabupaten Dairi. Para orangtua sering berkata: “Anggo
adat ni hita, halak Toba, asing do adatna tu adat ni dongan Pakpak manang
dongan Karo.” i.e. : “Kalau adat kita, orang Toba, berbeda dengan adat dari
saudara kita, Pakpak maupun Karo.”. Begitu kira-kira disampaikan, sehingga
terlihat kontras antara Orang Toba dengan Orang Pakpak maupun Orang Karo, yang
jelas memberikan identifikasi diri bahwa diri penulis adalah Halak Toba atau
Orang Toba. Demikian juga, ketika penulis berada di daerah Karo, maka ketika
menyebut marga penulis, maka Orang Karo menyebut penulis: “O’ kalak Tebba.”
Begitu juga Orang Pakpak menyebut penulis: “Kalak Tebba”. Kedua perkataan ini
artinya: “Halak Toba” atau “Orang Toba”. Jadi, penulis adalah Halak Toba atau
Orang Toba. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Ketika
ada orang dari Sidikalang mau ke bekas daerah Tapanuli Utara dulu sebelum
pemekaran (Taput Lama). Maka ditanyakan mereka mau ke mana, maka jawabannya:
“Naeng tu Toba” i.e.: “Mau ke Toba” dan dilanjutkan penjelasannya di mana
Tobanya itu, yaitu: Pangururan, Dolok Sanggul, Lintong ni Huta,
Siborong-borong, Tarutung, Balige, Porsea, Laguboti, dll. Demikian juga, ketika
mereka kembali dari daerah-daerah tersebut, maka mereka berkata: “Dari Toba”.
Bus-bus umum pun yang mau ke daerah-daerah tadi akan berkeliling kota memanggil
para penumpangnya dengan berkata: “Toba, Toba, Tobaaaaa …”. Baru-baru ini pada
bulan Juni 2015 lalu, ketika melintas di depan stasiun bus Sitra, mereka
memanggil: “Toba, Toba, Tobaaaa …”. Pada waktu itu penulis sengaja bertanya
kepada mereka apa yang mereka maksudkan dengan kata “Toba” itu, mereka
menjawab: “Samosir, Dolok Sanggul, Lintong ni Huta, Siborong-borong,
Tarutung, Balige, Porsea, Laguboti, dll. Jadi, yang mereka maksudkan
dengan kata “Toba” atau “Tano Toba” itu ialah bekas wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara dulu sebelum dimekarkan (Taput Lama). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span>
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Stempel
Raja Singamangaraja XII berbunyi: “<b>Maharaja
di Negeri Toba</b>”. Stempel ini berbunyi: “Negeri Toba”, bukan “Negeri Batak”.
Di dalam buku: “Sejarah Raja-raja Barus: Dua Naskah dari Barus” (Drakard, 1988)
pada naskah “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus”
ditulis dengan kata-kata sebagai berikut: “Bermula dihikayatkan suatu raja dalam
<b>negeri Toba</b> sila-silahi (Silalahi)
lua’ Baligi (Luat Balige). Kampung Parsoluhan, suku Pohan.” Terjemahan
manuskrip kuno ini meriwayatkan tentang Alang Pardosi, yang mendirikan Dinasti
Pardosi di Barus. Mereka menggunakan kata: “Negeri Toba” (Tano Toba), bukan
“Negeri Batak” (Tano Batak). Demikian juga, Sitor Situmorang di dalam bukunya:
“<b>Toba Na Sae</b>” (2009) menjelaskan
soal kata: “Toba Na Sae” itu dengan memaksudkan: “Negeri Toba” yang meliputi:
Toba Humbang, Toba Samosir, Toba Holbung, dan Toba Silindung. Ini yang dikenal
pada tahun 1970-an dan sebelumnya. Selain itu berkaitan dengan kata “Toba” ini,
maka ada lagi Hata Toba, Marende Toba, Boru Toba, Lompa-lompa ni Halak Toba,
Adat Toba, Ulos Toba, dll. Demikian banyaknya dulu kata yang memakai kata “Toba”,
sehingga penulis memandang diri sendiri sebagai Orang Toba. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Orang
Toba berdiam di sekitar danau yang disebut Tao Toba. Demikian juga
beberapa orang yang penulis tanyai yang pada masa kecil dan remajanya di
Samosir dan di Humbang Hasundutan pada tahun 1960-an, bahwa mereka pun menyebut
dirinya dulu di sana sebagai "Halak Toba" atau "Orang Toba"
juga. Memang di masa itu ada kata “Batak” yang jarang dipergunakan, karena itu
hanyalah wadah persatuan 5 etnis, yaitu: Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Karo,
Batak Simalungun, dan Batak Mandailing. Penulis tidak tahu kenapa disebut
“Batak” dan itu tidak terasa merupakan bagian diri penulis, karena di dalam
perbicangan sehari-hari, maka sebagai Orang Toba itulah yang merupakan
identifikasi diri penulis. Penulis merasakan dan meghayati diri sebagai Orang
Toba yang demikian kuat tertanam di dalam diri penulis. Begitulah penulis
memandang diri sendiri selama berada di Sidikalang hingga sampai tamat sekolah
dari SMA. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian
hari setelah bertemu dengan berbagai literatur ketika kuliah di Jakarta, maka
di dalam buku-buku tersebut dipergunakan istilah “Batak” dan “Batak Toba”.
Buku-buku yang ditulis oleh berbagai penulis ini mempengaruhi diri penulis. Di
paruh kedua tahun 1980-an hal itu semakin banyak dipergunakan yang dari Toba
menjadi Batak Toba. Bahkan kemudian hari bukan hanya Toba itu adalah Batak,
tetapi Batak itu adalah Toba. Sehingga, penulis menemukan ada orang yang
menyebut bekas Tapanuli Utara dulu menjadi: Batak Humbang, Batak Silidung,
Batak Toba, dan Batak Samosir. Kemudian mulailah muncul perkataan: “Anggo hita
halak Batak on asing do tu nasida halak Karo, halak Pakpak, manang halak
Simalungun pe.” i.e.: “Kalau kita, orang Batak, ini berbeda dengan orang Karo,
orang Pakpak, maupun orang Simalungun.”. Sedang Orang Simalungun, Pakpak, dan
Karo menyebut Orang Toba dengan sebutan: "Orang Batak". <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Akhirnya,
Halak Toba (Orang Toba) berubah menjadi Halak Batak (Orang Batak). Seiring
dengan pemekaran Kabupaten Tapanuli Utara, maka dibentuklah Kabupaten Toba Samosir
(Tobasa), Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Samosir. Belakangan ini
yang tadinya disebut Toba Holbung secara perlahan-lahan berubah menjadi Toba
dan kata “Holbung”nya pun mulai hilang. Melihat telah terjadinya pergeseran
seperti yang penulis uraikan di atas tadi, maka penulis mencoba kembali kepada
apa yang dulu penulis hayati sebagai diri penulis. Itulah makanya, penulis
menggunakan kata “<b>Toba</b>” dan “<b>Orang Toba</b>” kembali seperti dulu ketika
masih kanak-kanak. Sebelum penulis membahas berbagai hal, maka penulis terlebih
dahulu memilih penggunaan istilah “<b>Orang
Toba</b>” untuk menidentifikasi orang-orang atau masyarakat yang berasal dari
kawasan Humbang, Silindung, Toba Holbung, dan Samosir. Jadi, <b>Toba Na Sae</b>, yang dalam bahasa Melayu
disebut <b>Negeri Toba</b>, merupakan
daerah yang didiami <b>Halak Toba</b>
(Orang Toba), meliputi: Humbang, Samosir, Toba Holbung, dan Silindung. Sedang
selanjutnya terjadi perubahan dan ini akan diungkapkan lebih jauh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><u><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt;">Toba Dikonstruksi Menjadi Batak</span></u></b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ensiklopedia
Britannica</span></b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> memberi keterangan tentang “<b>Batak</b>” sebagai berikut: “Batak,
also spelled Battak or Batta, several closely related ethnic groups of
north-central Sumatra, Indonesia. The term Batak is one of convenience, likely
coined during precolonial times by indigenous outsiders (e.g., the Malay) and
later adopted by Europeans. The groups embraced by the term — the Toba, the
Karo, the Simalungun, the Pak Pak, the Mandailing, and the Angkola — have to a
limited degree adopted it as a self-designation.” (</span><a href="http://www.britannica.com/"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">www.britannica.com</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">).
Istilah “Batak” itu kemungkinan diciptakan selama masa pra-kolonial oleh pihak
luar, misalnya: Melayu, dan kemudian diadopsi oleh orang Eropa.
Kelompok-kelompok yang termasuk ke dalamnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak,
Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. <b>Lothar Schreiner</b>,
dalam bukunya “Adat dan Injil; Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah
Batak” (1999:11) mengatakan: “Sebutan ‘Batak’ maupun ‘daerah Batak’
barulah muncul setelah pengkristenan.” Senada dengan itu, <b>Lance Castle</b>,
dalam bukunya, “Kehidupan Politik Sebuah Keresidenan: Tapanuli 1915-1940”,
Desertasi Ph.D (1972:138) mengemukakan bahwa sebutan “Batak” itu bermula dari
‘stereotipe’ orang-orang Melayu Muslim di Sumatra Timur terhadap orang “Batak”,
sedangkan konotasi yang terkandung dalam sebutan “Batak” ialah: ‘jelek, kasar,
jorok, dan bodoh’. Akibatnya banyak orang “Batak” tidak mau menyebutkan
identitas mereka sebagai “Batak”, dan lebih senang menyatakan diri
sebagai orang: Toba, Karo, Simalungun, Mandailing/Angkola, atau Pakpak/Dairi.
Lothar Schreiner dan Lance Castle maupun Ensiklopedia Britannica sebelumnya
memberikan informasi bahwa kata “BATAK” itu baru muncul sejak masuknya Kristen
dan Kolonial ke daerah pedalaman Sumatera Utara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Menurut <b>Kamus
Besar Bahasa Indonesia</b> bahwa arti kata “<b>Batak</b>” ialah petualang; pengembara. Kata kerja “mem-ba-tak”
artinya: <b><span style="background: #C6E4C7;">1</span></b> bertualang,
melanglang; mengembara; <b><span style="background: #C6E4C7;">2</span></b> merampok;
menyamun; merampas. Sedang kata sifat “pem-ba-tak” artinya: perampok; penyamun.
Demikian pengertian yang berhubungan dengan kata “<b>Batak</b>” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 14.5pt; margin-bottom: 4.5pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dr.
Daniel Perret</span></b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> melakukan
penelitian </span><span lang="FI" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">mengenai ”<b>Melayu</b>” dan ”<b>Batak</b>” dalam strategi Kolonial Belanda.</span><span lang="FI" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: FI; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sejak 1990 sampai
1993, Perret menggelar penelitian lapangan dengan cakupan wilayah Indonesia
timur laut – tempat manipulasi identitas “<b>Batak
dan Melayu</b>” dibangun untuk kepentingan para kapitalis
perkebunan. </span><span lang="FI" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Desertasinya
telah dibukukan dengan judul ”</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; letter-spacing: 0.85pt;">KOLONIALISME
DAN ETNISITAS: Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut” (2010).</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <span style="letter-spacing: .85pt;">Sejak abad ke-2 Masehi,
lewat tulisan Claudius Ptolemaeus, dan selama satu milenium, Sumatra bagian
Utara dianggap sebagai daerah berbahaya karena diduga dihuni oleh sejumlah
masyarakat kanibal. Hal ini bahkan masih berlangsung hingga awal abad ke-20.</span></span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> Daerah tersebut diketahui kaya dengan kamper yang diekspor
sejak abad ke-5 atau ke-6 M, melalui sebuah tempat yang bernama Barus. Pada
awal abad ke-13 M, Zhao Rugua mencatat sebuah negeri bernama Pa-t’a, di bawah
kuasa Sriwijaya. Kaitan antara Pa-t’a dan Bata sudah diterima umum.</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 14.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dari penelusurannya, Perret menemukan jejak pengaruh besar
pemerintah kolonial Belanda terhadap pola hubungan dan akulturasi dua kelompok
penyandang budaya tadi di awal. “Batak” di satu pihak dan “Melayu” di pihak
lain, dengan ciri khas bahasa, pakaian, dan adat-istiadat masing-masing. <span style="letter-spacing: .85pt;"> Mengenai istilah “Batak” ini, Daniel Perret
memandangnya sebagai ciptaan penjajah berdasarkan rujukan teks Belanda </span>dan
melihat istilah “Batak” berkonotasi merendahkan sebagai sebutan orang luar bagi
orang pedalaman yang beradat kasar. Seiring dengan semakin meluasnya proses
Islamisasi di kalangan orang-orang pedalaman yang bermigrasi ke pesisir timur
Sumatera Utara, mereka mengadopsi identitas Melayu dengan beragama Islam bahkan
proses itu meluas ke pedalaman. Perkembangan Islam ini mencemaskan penjajah,
sehingga menghalangi dakwah di daerah yang telah dikristenkan dan larangan
mengangkat warga muslim sebagai pegawai pemerintah setempat.<span style="letter-spacing: .85pt;"> </span>Penyebaran Islam terus bergerak masuk
wilayah pedalaman yang dinilai mengancam kolonialisasi, sehingga
pemerintah kolonial merasa perlu mengintensifkan Kristenisasi di “Tanah Batak”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 14.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Daniel Perret mengungkapkan, berdasarkan masukan dari J.T.
Creemer, pengembangan Kristen di daerah “Batak” memiliki fungsi yang cukup
strategis bagi kolonial Belanda., karena berpindah agama menjadi Kristen
membuat orang “Batak” tidak akan menimbulkan masalah bagi penjajah kolonial.
Sementara Islam mulai masuk ke “Tanah Batak” yang dirasakan sebagai sebuah
potensi mencemaskan bagi kepentingan penjajah, maka upaya menghadirkan misi
Kristen dilakukan. Berdasarkan kajian etnologi, Daniel Perret memperlihatkan
bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah “keluarga besar Batak” baru terjadi
pada era kolonialisme Belanda. Bahkan dalam disertasi J. Pardede (1975),
sebagaimana disebutkan oleh Perret, dikemukakan bahwa istilah “Tanah Batak” dan
“rakyat Batak” merupakan sebuah terminologi baru yang diciptakan oleh pihak
asing. Perret juga menyebutkan bahwa perbedaan antara “Batak” dan “Melayu”, seperti
telah menjadi sebuah kesepakatan para penulis, hanya terletak pada faktor
kanibalisme. Nicolo de’ Conti yang pernah tinggal di Scimuthera (Kerajaan
Samudra) di pantai timur sumatera pada tahun 1430, menjadi orang pertama
yang menyebutkan nama tempat “Batech” yang dikaitkan dengan sebuah populasi
yang bersifat kanibal dan gemar berperang. </span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Oleh
karena itulah, awalnya sebutan “Batak” dianggap sebagai sebuah penghinaan bagi
penduduk setempat dan kata “</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Batak” tidak dipakai
oleh orang setempat ketika berbicara tentang diri mereka sendiri. Kata ini
telah menjadi semacam evasive identity yang secara umum digunakan untuk
menunjuk “orang lain” atau untuk memperlihatkan sebuah kategori yang meliputi
pemakan babi dari manapun asalnya. Anehnya, Perret mengungkapkan fenomena
sebutan “Batak” justru digunakan oleh penduduk dusun untuk mengidentifikasi
para misionaris Belanda dan orang Tionghoa, karena mereka juga memakan <b>babi</b>.
Sebutan “Batak” tampaknya juga tidak dapat ditemukan dalam karya sastra era
pra-kolonial. Dalam perkembangan waktu selanjutnya istilah “Batak” ini kemudian
diterima sebagai sebuah identitas etnis tertentu. Daniel Perret mengungkapkan,
setelah keberadaan orang-orang “Batak” diterima oleh orang Barat, kemudian
mulailah diciptakanlah batas-batas “Tanah Batak”. Jadi, istilah “Batak” adalah
identitas yang sengaja diciptakan pada masa kolonialisme di Sumatera
Utara. </span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Studi Daniel Perret menunjukkan adanya pola di
mana istilah “Batak” sengaja dimunculkan, sebagai pembeda sebuah etnis di
Sumatra Utara dengan bangsa “Melayu” yang identik memeluk Islam.</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">O<span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">rang Melayu di pesisir Sumatera
Timur menganggap dirinya berbudaya, sedang semua orang yang non-Melayu yang
berada di pedalaman dan di lembah pegunungan Bukit Barisan dipandang sebagai
orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar dan bahkan kanibal, diberi
label ”Batak”.</span> <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Melayu bukan label etnis, dia
adalah label budaya. Siapa saja dapat menjadi Melayu,</span> <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">asal dia beragama Islam, beradat-istiadat Melayu, berbahasa Melayu
dan mengaku Melayu. Label Melayu dan ”Batak”, menurut Daniel Perret, muncul
bersamaan pada abad 16. Label ”Batak” ini muncul sebagai pelengkap label
Melayu. Istilah ”Batak” ini disebutkan dengan konotasi merendahkan (seakan
memiliki stigma/cacat sosial). Khusus mengenai istilah ”Batak”, Daniel Perret
menjelaskan bahwa istilah itu bukan berasal dari orang-orang Toba, Simalungun,
Pakpak Bharat, Karo atau Mandailing/Sipirok. Label itu datang dari luar
khasanah budaya mereka. Dalam beberapa dokumen bahwa sebutan ”Batak” tidak
terdapat dalam sastra pra-kolonial. Bahkan dalam Hikayat Deli (1825) istilah
”Batak” hanya sekali digunakan, sedang dalam Syair Putri Hijau (1924) sama
sekali tidak menyinggung ”Batak” atau Melayu. Baik dalam Pustaka Kembaren
(1927) maupun Pustaka Ginting (1930) tidak dijumpai kata-kata ”Batak”.</span> </span><span lang="FI" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Selain itu, sebagai data tambahan, B.A.
Simanjuntak mencacat bahwa kata-kata ”Batak” tidak dijumpai dalam Pustaha Toba.</span><span lang="FI" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: FI; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Memang dalam stempel Singamangaraja, yang
tertera hanya kalimat ”</span><span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ahu
Raja Toba<span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">”, bukan ”</span>Ahu Raja Batak<span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">.”</span> <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Karena label ”Batak” dibawa dari luar, maka dia menjadi</span> <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">sebuah label yang kabur dan menyesatkan</span> <i>(evasive
identity)</i><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">. Ketika seorang menganggap orang lain ”Batak”, maka dia merasa
lebih tinggi dari orang lain itu.</span> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Batak” dalam literatur
baru dikenal dalam laporan Nicolo de Conti (1430) yang selama setahun tinggal
di Scimuthera (Kerajaan Samudra) di pantai timur sumatera. Disebutkan nama
tempat-tempat “Batech”, sebagai populasi yang bersifat kanibal dan gemar
berperang. Selanjutnya, dalam laporan terkenal Tome Pires, Suma Oriental pada
awal abad ke-16.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
Adapun F. Mendes Pinto, orang Eropa pertama yang masuk ke pedalaman Sumatera
Utara, yang merekamnya secara tertulis dalam Peregrination. Di antaranya
catatan tentang adanya kunjungan duta raja orang “Batak” menemui kapten Melaka
yang baru Pedro de Faria di tahun 1539. Mendes Pinto juga yang mencatat pertama
adanya masyarakat Aru di pesisir timur laut Sumatera dan mengunjungi rajanya
yang muslim. Sementara itu, dua puluh tahun sebelumnya, Duarte Barbosa sudah mencatat
tentang kerajaan Aru yang ketika itu dikuasai oleh orang kanibal penganut
paganisme. Tak sedikit, sejak istilah “Batech” muncul (Nicolo de Conti),
diikuti juga dengan “Bata” (Tome Pires, Mendes Pinto), “Batang” (Sidi Ali
Celibi, 1954), “Batas” (Joao de Barros, 1563). Kemudian dilanjutkan Beaulieu
(1629-1621), laporan Tionghoa pada 01/03/1701, Hamilton (1727) dan Charles
Miller (1772), sampai akhirnya William Marsden (1783) membuat pembedaan Carrow
dan Batta, dilanjutkan John Anderson (1823) yang mendeskripsikan pembedaan
Mandiling atau Kataran, Pakpak, Tubba, Karau-karau, Kappak dan Alas. Dalam buku
ini diuraikan juga ruang geografi (peta “Batak”) versi ˜orang Eropa”
berturut-turut versi Junghun (1841), Collet (1925), Kennedy (1945), Cunningham
(1958), Reid (1979), dan Sibeth (1991). Fakta ini menunjukkan berbagai
kepentingan yang melandasi kawasan stategis Sumatera Utara sejak jaman
prasejarah hingga saat ini dan juga masa mendatang.</span><span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Di sekitar penghujung abad ke-19, bahwa
posisi pihak non-Melayu semakin terjepit oleh perkembangan ekonomi dan agama
yang dialami oleh pihak Melayu. Belanda memanfaatkan situasi ini, sehingga
dalam kesempatan berhubungan langsung dengan elit pedalaman ini para kontrolir
Belanda yang ditempatkan di dusun-dusun (Simalungun, Karo dan Toba) memperkuat
keterpisahan mereka dengan Sultan-Sultan Melayu Pesisir, dan mendorong
tumbuhnya perasaan komunitas dan kesadaran etnis sendiri, sebagai orang
”Batak”. Mulai tahun 1888, kontrolir-kontrolir yang ditempatkan di dusun-dusun
ditugaskan untuk menangani urusan ”Batak”, yaitu membela kepentingan orang
”Batak” berhadapan dengan orang Melayu. Kemudian pemerintah kolonial
menciptakan ruang hukum untuk Dusun dan Dataran sebagai ruang hukum ”Batak”,
sedang untuk daerah pesisir dimasukkan dalam ruang hukum Melayu. Dengan
keterpisahan ini Belanda dapat lebih mudah memancing konflik antara Melayu dan
”Batak” seperti pecahnya perang Sunggal (1872). Di satu sisi perkebunan
asing/Belanda menerima konsesi tanah dari Sultan Melayu dengan sukacita, di
sisi lain pemerintah kolonial merangsang timbulnya protes dari pemilik tanah
penduduk asli setempat. Demikianlah pemerintah Belanda menggunakan label
”Batak” untuk mempersatukan seluruh suku-suku non-Melayu sebagai sebuah
identitas etnik.</span><span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> Van der Tuuk, ahli Bahasa yang bekerja untuk Nederlands
Bijbelgenootschap (NBG), dalam suratnya tertanggal 15 November 1855, pernah
mengusulkan kepada pengurus NBG agar istilah “Batak” dan “Melayu” tidak
digunakan secara resmi. Sebagai gantinya van der Tuuk mengusulkan penyebutan
seperti “Mandailing”, “Angkola”, dan lain sebagainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Pemerintah Belanda terus menerus memompakan
label ”Batak” dengan penguatan sosio-geografis tertentu, nilai-nilai adat
budaya dan kemudian agama Kristen. Sehingga keterpisahan kawasan ”Batak dengan
Melayu” menjadi lebih nyata dan kontras, tidak dalam pengertian budaya</span><span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">tetapi dalam pengertian
kelompok etnik ”Melayu versus Batak”. Untuk mengukuhkan gerakan ini secara
akademis, pemerintah Belanda di Universitas Leiden mendirikan</span> <b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Bataksch Institut</span></b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">. Beberapa cabangnya</span> <b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">Bataksch Vereeniging</span></b> <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">didirikan pada lokasi-lokasi
tertentu seperti di Tapanuli dengan berbagai kegiatan termasuk melaksanakan
pertemuan-pertemuan, mendirikan museum, opera Batak (</span><i>Tilhang</i><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">) yang adopsi dari teater Bangsawan Melayu, menulis adat ”Batak”
(yang disusun oleh seorang kontrolir, 1909). Sementara itu, di bagian Selatan
Tapanuli telah berdiri kelompok (Bangsa) Mandailing yang berseberangan dengan
kelompok ”Batak” di Utara. Sebagai migran di kota Medan, mereka saling berhadapan
pula dalam berbagai polemik wacana mengenai ”Batak” bahkan konflik terbuka
(peristiwa Sungai Mati 1920). Orang Mandailing tidak mau disebut ”Batak” karena
mereka merasa sudah berbudaya tinggi, jadi bukan melulu karena masalah
geneologis.</span></span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Akhirnya, Daniel Perret dalam desertasinya
menyimpulkan bahwa baik istilah ”<b>Batak</b>”
maupun ”<b>Melayu</b>” bukanlah label</span><span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">etnik</span></b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">, tetapi label</span> <b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">budaya</span></b><span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">. Tetapi untuk kepentingan strategi kolonial, pemerintah Belanda
telah mampu ”memaksakan” atau dengan istilah lain ”mengkonstruksi” orang-orang
Simalungun, Karo, Pakpak dan Toba menerima label ”Batak” sebagai label kesatuan
etnik dan mematahkan jalinan sosial-tradisional antara kawasan pesisir dan
pegunungan (Melayu dan non-Melayu). Bahkan menyediakan fasilitas unsur-unsur
pembentukan dan penegasan identitas etnis baru itu sebagai orang ”Batak”. Semua
itu untuk kepentingan strategi</span> (divide et empera) <span style="border: none windowtext 1.0pt; mso-border-alt: none windowtext 0in; padding: 0in;">kolonial Belanda.</span> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Namun
bisa dicermati, bahwa saat ini etnis “Batak” seringkali diidentikkan pula
sebagai “etnis Kristen”, meskipun kenyataannya terdapat juga pemeluk agama
Islam pada etnis ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">Dr. Ichwan Azhari</span></b><span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;">, sejarawan dari Unimed, dalam tulisan hasil
penelitiannya berjudul: ”</span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Konstruksi Batak dan
Tapanuli di Dalam Ruang Administratif di Sumatera Utara Sejak Abad 19”
(2011). </span><span lang="SV" style="border: none 1.0pt; color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; padding: 0in;"> mengemukakan
bahwa</span><span lang="SV" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: SV; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">kata “Batak” awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke
Sumatra dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di
pegunungan dengan nama “bata”. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini
berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk
pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan.” Pada
sumber-sumber manuskrip Melayu klasik dari abad ke-17 koleksi Leiden dan
manuskrip Hikayat Hang Tuah, saat Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) ada
ditemukan kata “Batak” di kalangan Melayu, Malaysia sebagai label
penduduk rimba pedalaman dengan pandangan sangat hina dan
direndahkan. Di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk
pedalaman dengan label negatif sebagai “Batak”. Itu sebabnya <b>HN</b> <b>van der Tuuk</b> pernah
risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama
“Batak” untuk nama etnik, karena gambaran negatif yang terkandung pada kata
“Batak” itu. Di Malaysia dan Filipina, penduduk yang diberi label “Batak” tidak
mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatra
Utara label itu terus dipakai, karena peran <i>misionaris Jerman</i> dan
pemerintah <i>kolonial Belanda</i> yang memberi konstruksi dan makna
baru atas kata itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam penelitiannya di arsip misionaris Jerman di Wuppertal
sejak bulan September 2010, terlihat para misionaris sendiri awalnya mengalami
keragu-raguan untuk menggunakan kata “Batak” sebagai nama etnik. Hal ini
dikarenakan kata “Batak” itu tidak dikenal oleh orang “Batak” ketika para
misionaris datang dan melakukan penelitian awal. Pada tahun 1878 lembaga kantor
pusat missionaris Jerman di Barmen mengeluarkan peta resmi misionaris yang
dicetak dan disebarluaskan berbentuk buku berjudul Mission Atlas (1878). Dalam
buku ini terdapat delapan peta yang di antaranya berjudul Die Sudlichen
Batta-lander auf Sumatra (Tanah Batak Selatan di Sumatra). Judul-judul peta Der
Nordlichen Battalander Die Sudlichen Batta-lander ini merupakan titik awal
konstruksi “Batak Utara” dan “Batak Selatan” yang dilakukan para
misionaris Jerman yang dipakai pemerintah kolonial Belanda dan konstruksi itu
berpengaruh sampai saat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Konsep dari misionaris Jerman yang semula menggunakan kata “<b>Batak</b>” untuk kelompok masyarakat yang
tinggal di kawasan <b>Tapanuli Utara</b>
saja, dipakai Belanda lebih lanjut untuk menguatkan cengkraman ideologi
kolonial mereka. Perlahan-lahan konsep “Batak” itu mulai meluas dipakai Belanda
termasuk sebagai pernyataan identitas oleh penduduk di luar daerah Toba.
Peneliti Belanda juga kemudian merumuskan konsep “<b>sub-suku batak</b>” dalam antropologi kolonial yang membagi etnik
“Batak” dalam beberapa “sub-suku” seperti sub-suku Batak Toba, Batak
Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun serta Batak Pakpak (Joustra, 1910).
Konstruksi Belanda tentang sub-etnik Batak ini sama sekali tidak diperkenalkan
apa lagi dipakai para misionaris Jerman selama lebih 50 tahun keberadaan mereka
di “tanah batak”. Dalam antropologi di Indonesia moderen konsep “sub-suku
Batak” <i>made in Belanda</i> itu kemudian dicopy Payung Bangun dalam
buku “Manusia dan Kebudayaan Indonesia” yang diedit Koentjaraningrat (1980).
Konsep “sub-suku Batak” merupakan konstruksi konsep kolonial yang dalam perjalanan
sejarah berikutnya terbukti tidak tepat dan ditolak sendiri oleh
kelompok-kelompok etnik yang dikenakan label “Batak” tersebut. Kini orang Karo,
Pak Pak, Simalungun serta Mandailing menolak disebut “Batak” yang dikonstruksi
antropologi kolonial. Dengan demikian, dapat dikatakan “Batak” sebagai nama
etnik (suku) tidak berasal dari orang “Batak” sendiri, tapi diciptakan atau
dikonstruksi oleh para musafir barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris
Jerman yang datang ke “tanah Batak” sejak tahun 1860 an. Pemerintah kolonial
Belanda kemudian mengadopsi kata “Batak” yang oleh jasa para misionaris Jerman
itu maknanya sudah tidak lagi berkonotasi negatif. Dalam sumber-sumber lisan
dan tertulis, terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak) tidak ditemukan
kata “Batak” untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik “Batak”. Jadi dengan
demikian nama “Batak” tidak asli berasal dari dalam kebudayaan “Batak”
melainkan sesuatu yang diciptakan dan diberikan dari luar (Lihat: Ichwan
Azhari, </span><a href="http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2012/06/konstruksi-batak-dan-tapanuli-di-dalam.html"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">Konstruksi Batak di
Dalam Ruang Administratif di Sumatera Utara Sejak Abad 19</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, 2011).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><u><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt;">Bukan Batak, tapi Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing<o:p></o:p></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Seluruh paparan di atas mengungkapkan bahwa istilah “<b>Batak</b>” itu bukan berasal dari dalam
etnis itu sendiri, tetapi berasal dari luar yang dikonstruksi oleh misionaris
Jerman pada Orang Toba di awalnya dan dikonstruksi Belanda pada non-Melayu
berikutnya. Rumusan antropologi kolonial yang kemudian hari dicopy Prof. Dr.
Payung Bangun ke dalam antropologi nasional dengan membuat sub-etnik “Batak”
seperti: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak
Pakpak mendapat penolakan dari pihak Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak,
karena bukan berasal dari dalam. Mandailing telah menggugatnya ke pengadilan
dalam peristiwa Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Sungai Mati, Medan
pada tahun 1925 dan putusan pengadilan menyatakan bahwa </span><a href="http://www.mandailingonline.com/mandailing-bukan-batak/"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">Etnis Mandailing</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> terpisah dari Batak (</span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandahiling"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">Wikipedia</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">). Dengan demikian, memaksakan Mandailing sebagai “Batak”
merupakan ketidakpatuhan kepada putusan pengadilan tadi. Itulah sebabnya
kemudian Belanda memunculkan istilah lain, yaitu: “<b>Tapanuli</b>”, untuk mempersatukan Utara dan Selatan. Kemudian Angkola
memberi nama gerejanya dengan nama GKPA, Simalungun memberi nama
gerejanya dengan nama GKPS, dan Pakpak member nama gerejanya dengan nama GKPPD,
tanpa ada kata “Batak”. Tanah Pakpak, pemilik hak ulayatnya, adalah marga-marga
Pakpak dan jelas terlihat dari Lembaga Adat Sulang Silima yang membuktikan
bahwa Pakpak merupakan sebuah etnis tersendiri. Selain itu tarombo Pakpak
berbeda sekali dengan tarombo Toba, seperti contohnya marga-marga dari
Sicike-cike di Sidikalang dengan ibunya berru Padang dan berru Saraan bahwa
mereka sudah 36 generasi, sedang marga-marga Toba rata-rata masih sekitar 20
generasi dan tidak lebih dari 25 generasi.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Adapun pihak Simalungun malah telah menyusun sebuah buku
berjudul: “<b>SEJARAH ETNIS SIMALUNGUN</b>” (2012) hasil kerja
dari sebuah tim yang mumpuni sebanyak 7 orang tanpa mengunakan kata “<b>Batak</b>” dan “<b>sub-etnik</b>”. Akan halnya dengan GKBP, sebenarnya namanya sejak awal
GKP (Gereja Karo Protestan), tetapi oleh pengaruh Belanda dan pendeta Toba
serta pendeta-pendeta lulusan Seminari Sipoholon mengakibatkan namanya dirubah
menjadi GKBP (Gereja Batak Karo Protestan) pada tahun 1941. Pada waktu itu, Ketua
Moderamen GBKP, Pdt. J. van Muylwijk dan Sekretaris Moderamen adalah Guru
Lucius Tambun ditetapkan untuk periode 1941-1943. Nama awalnya Gereja Karo
Protestan (GKP) membuktikan bahwa mereka memang sejak awal bukan “Batak”. Selain
itu, gabungan Katolik, gereja-gereja lain dan Muslim lebih banyak jumlahnya
daripada keseluruhan warga GBKP, sehingga tidak merupakan suara mayoritas.
Meskipun demikian, DNA Karo jauh lebih valid untuk membuktikan bahwa Karo
bukanlah keturunan Toba dengan asal-usul yang berbeda (Lihat: Edward
Simanungkalit, </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/dari-asia-daratan-hingga-di-tanah-karo-sebuah-penelusuran-para-ahli-genetika_57440670159373d806084351"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">DARI ASIA DARATAN
HINGGA DI TANAH KARO: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, dalam Kompasiana, 24/05-2016). Belakangan ada juga usaha untuk
membatakkan Nias dengan menyebut Nias sebagai keturunan Raja Asi-asi, tetapi
inipun juga secara arkeologi dan genetika berbeda antara Toba dengan Nias yang
memiliki marka Y-DNA: O-M110 dan O-P203 (Lihat juga: </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/karo-dan-nias-bukan-keturunan-si-raja-batak-ini-buktinya_56f37058cb23bdad10294dde"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">KARO DAN NIAS BUKAN
KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA</span></a><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, dalam Kompasiana,
24/03-2016). Jadi, pada dasarnya masing-masing etnis ini adalah etnis yang
terbentuk sendiri-sendiri dan kemudian ada migran dari dalam ke luar dan dari
luar ke dalam, tetapi bukan mengubah etnis aslinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><u><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt;">Penutup<o:p></o:p></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Negatifnya gambaran
mengenai kata “Batak” ini sebagaimana telah diuraikan di atas sungguh tidak
membuat hati bangga mengusungnya. Meskipun Pdt. Johannes Warneck memberi
pengertian baru terhadap kata “Batak” itu, yaitu: “Penunggang kuda”, tetapi
kata itu sudah demikian luas dipahami masyarakat dengan pengertian negatif
tadi. Hal ini ditambah lagi dengan
pengertian kata “Batak” di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) semakin
meyakinkan bahwa istilah ini demikian negatif. Itu sebabnya HN van der Tuuk
tidak pernah menulis kamus “Batak”, tetapi kamus Toba – Belanda, kamus Pakpak –
Belanda, dan kamus Mandailing – Belanda. Selain itu, nama etnis inipun bukan
berasal dari dalam etnis itu sendiri, sehingga mengaburkan identitas etnis
tersebut. Oleh karena itu, Toba adalah Toba, Pakpak adalah Pakpak, Karo adalah
Karo, Simalungun adalah Simalungun, Mandailing adalah Mandailing, dan kelimanya
bukanlah Batak. Saatnya sekarang ini meninggalkan beban yang diletakkan oleh Misionaris Jerman dan Belanda,
karena mempertahankannya akan membuat kehilangan identitas yang sebenarnya. Akhirnya,
nama “<b>Batak</b>” dikonstruksi oleh
Misionaris Jerman dan colonial Belanda, sedang nenek-moyang menyebut “<b>Toba</b>”. <b>Daripada ikut Jerman dan Belanda, lebih baik ikut nenek-moyang!<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> (*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin: 12pt 0in 0.0001pt; text-align: right;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr55pvZV5S9qYdgu_xCy0RKD3Rc5ZGaAvuuRu-IGklKo0CPzGfMhj2wftiMCceWT7QRSlyN9y7-3IJ8nugXx6zzP6d5TeTpXEM3POGeJRKKGxpxWGaxsnm7Bjq-zygRSkJetLuXXIAQ-Y/s200/Uncle+Ed.png" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.65pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 12.0pt; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-64534177527978879082016-09-01T00:04:00.000+07:002016-10-08T23:59:54.433+07:00KETIKA BELANDA MENCIPTAKAN SI RAJA BATAK: Membaca Disain Besar Belanda dalam Melebur Non-Melayu Menjadi Batak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%;">KETIKA
BELANDA MENCIPTAKAN SI RAJA BATAK<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Membaca Disain Besar Belanda dalam Melebur
Non-Melayu Menjadi Batak<o:p></o:p></span></b></div>
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: right;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"> </span></div>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Oleh: Edward Simanungkalit<o:p></o:p></span></b><br />
<div style="text-align: left;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<div style="text-align: center;">
<img alt="Hasil gambar untuk Patung Si Raja Batak" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj31HKglgSYD1u8Z84BOLQRIndwQXBIqO6ttmsKFyc_8bdKaWKYdNAsAlRtrlrJyDksLATxUnQ7CrjRhFb-ur4l3qYpJo1C_8bbGh_GxhJjIRXk0zPzFZUb0eMD4jDPD4LJIOEJaZBQ_qM/s1600/Patung+si+raja-batak.jpg" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Toba
Na Sae</span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> merupakan
daerah yang didiami Orang Toba sebagaimana dikemukakan oleh Sitor Situmorang di
dalam bukunya: “TOBA NA SAE: Sejarah Lembaga Sosial Politik Abad XIII-XX”
(2009:3-18). Toba Na Sae, yang dimaksudkan oleh Sitor Situmorang tersebut,
meliputi daerah Samosir, Humbang, Toba Holbung, dan Silindung. Toba Na Sae ini
disebut dalam bahasa Melayu: “<b>Negeri
Toba</b>” sebagaimana dapat dilihat pada stempel Raja Singamangaraja XII yang
berbunyi: “Maharaja di <b>Negeri Toba</b>”. Di dalam buku: “SEJARAH RAJA-RAJA BARUS:
Dua Naskah Dari Barus” (Drakard, 1988), mengenai asal-usul Alang Pardosi
pendiri dinasti Pardosi ditulis dengan kata-kata berikut: “Bermula dihikayatkan
suatu raja dalam <b>negeri Toba</b>
sila-silahi lua’ Baligi, kampung Parsoluhan, suku Pohan”. Buku ini merupakan terjemahan
manuskrip kuno yang merupakan buku sejarah dari dinasti Pardosi di Barus. Jadi,
ke <b>Negeri Toba</b> inilah datang misionaris Jerman dari RMG untuk melaksanakan
misi-penginjilan kepada <b>Orang Toba</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Sejak kedatangannya pada tahun 1862,
misionaris Jerman dari RMG telah mengkonstruksi <b>Halak Toba</b> menjadi <b>Halak
Batak</b> dan <b>Negeri Toba</b> atau <b>Toba Na Sae</b> menjadi <b>Tano Batak</b> atau <b>Tanah Batak</b>. Inilah kerisauan HN van der Tuuk yang ditulis
melalui suratnya kepada misionaris Jerman dengan alasan bahwa pengertian dari <b>“Batak”</b> itu negatif dan <b>mereka memang
bukan “Batak”</b>, sehingga lebih baik mereka tetap sebagai <b>Toba</b>, <b>Pakpak</b>, <b>Karo</b>, <b>Simalungun</b>, dan <b>Mandailing</b>.
Setelah Belanda menduduki Negeri Toba atau Toba Na Sae ini berkembanglah upaya
pembatakan ini menjadi lebih luas terhadap etnis-etnis Non-Melayu di Sumatera
Utara. Belakangan Nias dan Gayo mau dibatakkan juga, tetapi mengalami kesulitan
untuk membatakkan mereka ini. Oleh Belanda, kemudian Pakpak, Karo, Simalungun,
Mandailing dibatakkan juga, sehingga dibuatlah etnis non-Melayu ini menjadi
sub-etnis <b>Batak Toba</b>, <b>Batak Pakpak</b>, <b>Batak Karo</b>, <b>Batak Simalungun</b>,
dan <b>Batak Mandailing</b>, yang
kesemuanya disebut <b>Bangsa Batak</b> atau
<b>Bangso Batak</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Untuk melebur semua etnis non-Melayu
ini menjadi Batak, maka Belanda merancang <b>Tarombo
Bangso Batak</b> dengan menciptakan <b>Si
Raja Batak</b> sebagai nenek-moyang tunggal dan memanfaatkan tarombo-tarombo
marga sebelumnya sebagai bahan. Penyebutan Si Raja Batak ini sesuai dengan
rencana mereka untuk menjadikan kelompok non-Melayu ini menjadi <b>Batak</b> atau <b>Bangso Batak</b>. Dari Si Raja Batak disusunlah tarombo dengan
menjadikan marga-marga Toba sebagai keturunannya dan dijadikanlah mitologi yang
ada di Samosir merangkai tarombo tersebut. Mitologi tersebut menceritakan
tentang kampung awal mereka adalah <b>Sianjur
Mula-mula</b> yang sebelumnya dibungkus dengan cerita dari <b>Sivaisme</b> menjadi
keturunan dewa-dewi dari langit ketujuh. Kemudian dibuatlah <b>Tarombo Bangso Batak</b> dengan <b>Si Raja
Batak</b> sebagai nenek-moyang tunggal dan menghubung-hubungkan semua marga-marga
dari kelompok non-Melayu sebagai keturunan Si Raja Batak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 115%;">Dalam <b>“cerita”</b> itu, sebagian dari Batak
Toba, yang merupakan keturunan Si Raja Batak tadi, kemudian bermigrasi ke tanah
Pakpak dan jadilah mereka menjadi Batak Pakpak, sehingga dihubungkanlah
marga-marga Pakpak menjadi keturunan marga-marga Toba. Di lapangan, prakteknya
dilakukan dengan mengatakan <b>"masuk marga ini dan masuk marga itu"</b>. Sebagian lagi
dari Batak Toba, ada yang bermigrasi ke Tanah Karo, ke Tanah Simalungun, dan ke
Tanah Mandailing, sehingga mereka ini menjadi Batak Karo, Batak Simalungun, dan
Batak Mandailing. Kemudian marga-marga dari Karo, Simalungun, dan Mandailing
pun dihubungkan dengan menjadikannya menjadi keturunan marga-marga Toba.
Akhirnya, jadilah Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing menjadi keturunan Si
Raja Batak melalui marga-marga Toba, sehingga Si Raja Batak menurunkan Batak
Toba dan Batak Toba menurunkan Batak Pakpak, Batak Karo, Batak Simalungun, dan
Batak Mandailing. Demikian isi <b>“cerita” ciptaan Belanda</b> itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Sesuai desain di atas, kemudian Belanda mulai menggerakkan orang-orang Toba
bermigrasi ke tanah Simalungun dan tanah Pakpak hingga ke Kutacane, Aceh
Tenggara. Di tanah Pakpak dan Simalungun belum masuk misionaris ke sana
sementara ke tanah Karo dan Angkola sudah ada misionaris dari Belanda ke sana,
sehingga orang-orang Toba hanya digerakkan ke tanah Pakpak dan Simalungun. Tentu
tidak terhindar dari berbagai konflik antara pendatang dengan penduduk asli setempat
dan untuk itu Belanda membela sepenuhnya orang-orang Toba yang digerakkan
bermigrasi ini. Bukan hanya orang Toba yang berangkat bermigrasi, tetapi
misionaris Jerman pun ikut bersama mereka dan mereka mendirikan gereja mereka
di tempat mereka yang baru. Di tanah Pakpak, para raja dan para pejabat yang
akan dilantik oleh Belanda haruslah memenuhi syarat mereka yaitu: <i>sudah dibaptis dan menyatakan menerima
tarombo Bangso Batak </i>tadi. Dapat dimengerti bahwa Belanda menggerakkan
orang-orang Toba yang sudah Kristen diikuti oleh misionaris Jerman adalah dalam
rangka memberikan "image" bahwa Batak itu Kristen. Sementara perlu diingat juga
bahwa Melayu itu Islam, sehingga tampak jelas kontras dari keduanya antara
Melayu dengan Batak. Inilah desain Belanda itu, sehingga kalau ada yang
menggugat soal kebatakan ini, maka biasanya langsung dituduh berkaitan dengan
perbedaan agama. Padahal, persoalannya bukan masalah agama, tetapi karena
memang mereka merasakan berbeda dan hanya bertetangga saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJvdmatvgCt16-g8RBdVbdxakrgq6TCcG7Jxq9JwPbPhNBFa7lWlGzZZ21e4HUUCShqEQIqyy48Gf1RdJJ7mzFx3OMxPdgUOsiXlqpkc8SaKTcHSgOvmnpf_Vgl_GfkcYxCdPSdgIJq9M/s1600/tarombo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJvdmatvgCt16-g8RBdVbdxakrgq6TCcG7Jxq9JwPbPhNBFa7lWlGzZZ21e4HUUCShqEQIqyy48Gf1RdJJ7mzFx3OMxPdgUOsiXlqpkc8SaKTcHSgOvmnpf_Vgl_GfkcYxCdPSdgIJq9M/s640/tarombo.jpg" width="492" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;">Tarombo Bangso Batak dengan Si Raja Batak sebagai nenek-moyangnya</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Adapun dengan Mandailing terjadi permasalahan
pada hari berikutnya di mana pihak Mandailing menyatakan bahwa mereka bukan
Batak sebagai keturunan Si Raja Batak. Pihak Mandailing pun menggugatnya di
pengadilan dan pengadilan memenuhi tuntutan mereka, sehingga Mandailing
dinyatakan terpisah dari Batak. Menyikapi putusan pengadilan ini, Belanda pun
menciptakan <b>Keresidenan Tapanuli </b>untuk
tetap menyatukan Toba di Utara dan Mandailing di Selatan, sehingga mulailah
muncul istilah orang Tapanuli. Baik Toba maupun Mandailing disebut orang Tapanuli.
Hal ini dikonstruksi oleh Belanda dengan menggunakan nama teluk kecil di
Sibolga yang bernama Tapian Nauli. Lama-kelamaan Tapian Nauli berubah menjadi
Tapanuli sebagai sebuah nama Keresidenan. Tadinya mau dijadikan <b>orang Batak</b>, tetapi di hari berikutnya
mau dijadikan lagi <b>orang Tapanuli</b>.
Inilah kendala yang dihadapi oleh Belanda dalam usaha membatakkan kelompok non-Melayu
ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Setelah dilaksanakan migrasi
orang-orang Toba ke daerah-daerah tadi, maka dibuatlah buku: “<b>PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni
Bangso Batak</b>” (1926) yang ditulis oleh W.M. Hutagalung, yang merupakan
Asisten Demang di Pangururan. Tarombo-tarombo yang sudah didesain dan dibuat
oleh Belanda sebelumnya, sekarang dibuatlah ceritanya di dalam buku tadi yang
dijadikan sebagai buku pedoman. Di sekolah-sekolah zending yang diselenggarakan
atas subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, tarombo-tarombo ini turut juga
diajarkan, sehingga terutama orang Toba sangat kuat tertanam tarombo yang dirancang
ulang sesuai dengan rencana Belanda ini. Demikianlah desain besar yang
dirancang Belanda untuk meleburkan kelompok non-Melayu dan dijadikan menjadi
“Batak” yang mana semuanya itu bertujuan politis untuk melanggengkan penjajahan
Belanda!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Pada waktu semuanya itu didesain, ilmu
pengetahuan belum secanggih seperti sekarang ini, sehingga Belanda kurang
memperhitungkan akibatnya bagi rancangan yang mereka buat. Kemudian hari di <b>tahun 2013</b>, <b>Balai Arkeologi Medan</b> mengadakan survey dan ekskavasi di seluruh
Kabupaten Samosir dan mereka menemukan bahwa corak budaya yang dominan di sana
adalah peninggalan <b>budaya Dongson</b>
dan mereka memperkirakan usianya sekitar 600 – 1.000 tahun atau tidak lebih
dari 1.000 tahun. Jadi, <b>Sianjur Mulamula</b>
dan <b>Si Raja Batak</b> menurut versi
Belanda tadi tidak lebih dari <b>1.000 tahun</b>.
Ini menjadi permasalahan, karena situs-situs arkeologi di dekat tanah Karo, Simalungun dan
Mandailing sudah lebih dari 1.000 tahun, sehingga bagaimana mungkin mereka ini
keturunan Si Raja Batak?! Di sini sesungguhnya sudah terbongkar desain Belanda
tadi, karena tidak masuk akal kalau seluruhnya Non-Melayu ini merupakan
keturunan Si Raja Batak, karena sekarang sudah mencapai sekitar 13 juta jiwa
yang hanya tidak lebih dari 1.000 tahun. Kerajaan Kutai yang sudah berdiri
1.500 tahun lalu tidak ada jumlahnya sampai belasan juta orang Kutai, apalagi
Si Raja Batak yang belum sampai 1.000 tahun. Demikian juga dengan Gayo yang sudah
ada 8.430 tahun lalu, tetapi hingga kini jumlahnya belum mencapai sepuluh juta
orang. Tadi sudah dijelaskan bahwa peninggalan di Samosir itu merupakan
peninggalan budaya Dongson, sedang Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, dan
Nias bila mau dimasukkan juga jelas bukan budaya Dongson. Selain budaya,
bahasanya pun sangat besar perbedaannya, sehingga masing-masing tidak saling
mengerti bahasa kalau belum belajar sebelumnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <b>Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman</b> merupakan lembaga negara yang ditugaskan
pemerintah untuk melakukan penelitian DNA setiap populasi di Indonesia. Toba, Karo
dan Nias sudah dites DNAnya, tetapi Pakpak, Simalungun, dan Mandailing masih
akan diteliti lagi, karena mereka banyak terkonsentrasi di Indonesia Timur yang
populasinya sangat banyak. Dari hasil test DNA ini terbukti bahwa Karo dan Nias
bukanlah keturunan Toba, apalagi keturunan Si Raja Batak yang berlatarbelakang
budaya Dongson itu sama sekali bukan. Sangat jelas bahwa Karo dan Nias bukanlah
keturunan Si Raja Batak! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Y-DNA Haplogroups </span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">dari<b> Toba</b>, yaitu: <b>K-M526*</b>, <b>O-M95</b>, <b>O-M110</b>, <b>O-P203</b>, <b>O-P201</b>, dan <b>R-M124</b>. <b>K-M526*</b> ini
adalah orang hitam dengan rambut kriwil seperti Papua sudah ada sejak awal di
Negeri Toba/Toba Na Sae sejak tenggelamnya Sundaland sekitar 8.000 tahun lalu. <b>K-M526*</b> inilah nenek-moyang Toba yang
pertama berdiam di Negeri Toba bahkan O-M95, O-M110, O-P203, O-P201, dan R-M124
adalah keturunan dari K-M526 yang keluar dari Sundaland ke Asia Daratan. <b>O-M95</b> sudah terdeteksi banyak di
Humbang dari Silaban Rura hingga Siborong-borong pada sekitar 6.500 tahun lalu.
<b>O-M95</b> ini adalah pendukung budaya
Hoabinh atau disebut juga Hoabinhian dengan kulit hitam dan rambut keriting
(bukan kriwil) seperti orang-orang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masuk
dari pantai Timur dan datang dari Teluk Tonkin, Vietnam bagian Selatan. <b>O-M110</b> dan <b>O-P203</b> datang dari Taiwan dan mereka ini kelihatannya masuk dari
pantai Barat di sekitar 4.000 – 5.000 tahun lalu. <b>O-P201</b> datang dari Dongson di dekat Teluk Tonkin, Vietnam dan
mereka ini merupakan pendukung budaya Dongson. Adapun <b>O-M110, O-P203, dan O-P201</b> adalah orang-orang berkulit putih. Kelima rombongan inilah yang
datang ke Negeri Toba pada masa prasejarah, sehingga jelas bukan keturunan Si
Raja Batak. Kemudian <b>R-M124</b> yang
paling sedikit datang ke Negeri Toba pada millennium kedua Masehi dan mereka
ini datang dari India Barat. <b>R-M124</b> ini berkulit hitam dengan rambut cenderung lurus. Jadi, jelas bahwa orang Toba merupakan keturunan
campuran dari keenam rombongan tadi, sehingga bukan keturunan tunggal dari
seorang manusia yang bernama Si Raja Batak, yang diperkirakan tidak lebih dari
1.000 tahun. Sekarang jelas bahwa Si Raja Batak bukanlah nenek-moyang Orang
Toba. Si Raja Batak hanyalah figur tunggal ciptaan Belanda, yang tidak pernah
hidup di dalam sejarah dan namanya dibuat Si Raja Batak adalah dalam rangka
mengkonstruksi non-Melayu menjadi Batak atau Bangso Batak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Akhirnya, misionaris Jerman mengkonstruksi <b>etnis Toba</b> menjadi <b>Batak</b> dan <b>Negeri Toba/Toba
Na Sae</b> menjadi <b>Tano Batak</b>. Atas
tindakan mengkonstruksi ini, maka HN van der Tuuk menulis surat bernada protes
kepada misionaris Jerman, karena kata “Batak” itu mengandung gambaran negatif,
sehingga biarlah mereka itu (non-Melayu) tetap disebut Toba, Pakpak, Karo,
Simalungun, dan Mandailing. Kemudian Belanda mengkonstruksi lanjutannya setelah
Perang Toba kedua pada tahun 1883 dan Raja Singamangaraja XII bergerilya di
tempat Raja Lintong dekat Tele. Dikonstruksilah Toba, Pakpak, Karo, Simalungun,
dan Mandailing menjadi <b>Bangso Batak</b>
dengan sub-etniknya: <b>Batak Toba</b>, <b>Batak Pakpak</b>, <b>Batak Karo</b>, <b>Batak Simalungun</b>,
dan <b>Batak Mandailing</b>. Kemudian
dibuatlah <b>Tarombo Bangso Batak</b> dengan
menciptakan nenek-moyang tunggalnya untuk mempersatukannya menjadi <b>Bangso Batak</b> dan diberikan namanya <b>Si Raja Batak</b>, karena Belanda ingin
menjadikan “keturunannya” menjadi <b>Batak</b>
atau <b>Bangso Batak</b>. Tarombo Bangso
Batak ini dibuat dengan menghubung-hubungkan semua marga dan menjalinkan
menjadi keturunan marga-marga Toba dan kemudian tarombo ini dilukis sedemikian
rupa. Kemudian diciptakanlah <b>“cerita”</b> bahwa keturunan Si Raja Batak, yaitu
Batak Toba bermigrasi ke tanah Pakpak menjadi Batak Pakpak, bermigrasi ke tanah
Karo menjadi Batak Karo, bermigrasi ke tanah Simalungun menjadi Batak
Simalungun, dan bermigrasi ke tanah Mandailing menjadi Batak Mandailing.
<b>“Cerita”</b> ini kemudian dituliskan dalam sebuah buku berjudul: “PUSTAHA BATAK:
Tarombo dohot Turiturian Bangso Batak” (1926) dan inilah dijadikan sebagai
sumber sejarah. Sekarang sudah terbukti bahwa Si Raja Batak bukanlah
nenek-moyang tunggal Bangso Batak dan Si Raja Batak hanyalah ciptaan Belanda
yang tidak pernah ada di dalam sejarah dalam rangka pembatakan non-Melayu.
Dengan demikian, mempertahankan istilah “Batak” dengan gambaran negatif itu
hanyalah mempertahankan desain Belanda ini dan akan meleburkan Toba, Pakpak,
Karo, Simalungun, dan Mandailing melalui Tarombo Bangso Batak dan Si Raja Batak
tadi. Bagi Toba sendiri tidak melihat dirinya dengan tepat, karena tidak
berdiri pada tempatnya akibat dari Si Raja Batak dan Tarombo Bangso Batak tadi.
Selanjutnya, sejarah harus ditulis ulang!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Catatan Kaki</span></u></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Tulisan
di atas dirangkum dari seluruhnya buku-buku yang pernah penulis baca sehubungan
dengan “Batak” ditambah buku-buku khusus seperti:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Prof.
Dr. Uli Kozok, UTUSAN DAMAI DI KEMELUT
PERANG: Peran Zending dalam Perang Singamangaraja 1878, (2009) (</span><a href="https://nommensen.wordpress.com/"><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">https://nommensen.wordpress.com</span></a><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sitor
Situmorang, TOBA NA SAE: Sejarah Lembaga Politik Abad XIII-XX, (2009).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian
semuanya “cerita” desain besar Belanda itu penulis uji dan telah ditulis di
dalam beberapa tulisan hingga sampailah pada tulisan ini, antara lain:<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">BENARKAH
SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (6 - Habis) - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-6-habis_569e70f7747a61b70bb1b002">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">BENARKAH
SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (5) - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-5_569bd0b91197736009c05cd9">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">HALAK
TOBA – ORANG TOBA - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/halak-toba-orang-toba_56783131729773f615f0c2fe">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">KARO
DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA! - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/karo-dan-nias-bukan-keturunan-si-raja-batak-ini-buktinya_56f37058cb23bdad10294dde">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">DARI
SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/dari-sundaland-hingga-di-negeri-toba-sebuah-penelusuran-para-ahli-genetika_571a72b2e2afbd330d745fee">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">DARI
ASIA DARATAN HINGGA DI TANAH KARO - klik ( <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/dari-asia-daratan-hingga-di-tanah-karo-sebuah-penelusuran-para-ahli-genetika_57440670159373d806084351">V</a> )<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "symbol"; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;">·<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">MEMBONGKAR
MITOS SI RAJA BATAK: Sebuah Strategi Belanda dalam Pembatakan Non-Melayu - klik ( <a href="http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2016/06/membongkar-mitos-si-raja-batak-upaya.html">V</a> )</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/lipQD07tXV8/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/lipQD07tXV8?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span></div>
<div style="text-align: right;">
<br />
<br />
<br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 18.2px;">(<b>*</b>)</span><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></b><br />
<br />
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr55pvZV5S9qYdgu_xCy0RKD3Rc5ZGaAvuuRu-IGklKo0CPzGfMhj2wftiMCceWT7QRSlyN9y7-3IJ8nugXx6zzP6d5TeTpXEM3POGeJRKKGxpxWGaxsnm7Bjq-zygRSkJetLuXXIAQ-Y/s200/Uncle+Ed.png" /><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-58275232914052046832016-06-10T01:32:00.001+07:002016-10-09T00:00:57.760+07:00MEMBONGKAR MITOS SI RAJA BATAK: Sebuah Strategi Belanda dalam Pembatakan Non-Melayu <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="right" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b><br /></b></span>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 20pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 20pt;">MEMBONGKAR MITOS SI RAJA BATAK</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt;">Sebuah Strategi Belanda dalam Pembatakan Non-Melayu</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 16pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Oleh: Edward Simanungkalit *</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 13.65pt;"> </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-left: auto; margin-right: auto; padding: 4px; position: relative; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY4ljCd_JhWh0oSW082Yu50ctDJeX2TTHBhW7cfn57VKWJEZ5yx_HkX7kTwYFl_5s6O3ojpCDtuaWWEBBcyIUBQqm3Xst1XfTqoX8GwnBsT2kX0ye5sCPORO7PVleXj09eEmhZy7PemSo/s1600/Sianjur+Mula+Mula.jpg" imageanchor="1" style="color: #4d469c; margin-left: auto; margin-right: auto; text-decoration: none;"><img border="0" height="478" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhY4ljCd_JhWh0oSW082Yu50ctDJeX2TTHBhW7cfn57VKWJEZ5yx_HkX7kTwYFl_5s6O3ojpCDtuaWWEBBcyIUBQqm3Xst1XfTqoX8GwnBsT2kX0ye5sCPORO7PVleXj09eEmhZy7PemSo/s640/Sianjur+Mula+Mula.jpg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 10.4px;">Tebing di Sianjur Mulamula, Samosir (Sumber: http://solutourandtravel.blogspot.co.id)</td></tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"> :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: start;">
<b><u><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: start;">
<b><u><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Sundaland dalam Ilmu Pengetahuan Modern</span></u></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: start;">
<b><u><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Setelah Gunung Toba meletus 74.000 tahun lalu yang memusnahkan hampir semua manusia dan kalderanya menjadi Danau Toba, maka terjadi kembali migrasi manusia dari Afrika ke Sundaland di sekitar 70.000 tahun lalu. Mereka bermigrasi menyusuri pesisir pantai melalui India Selatan sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Stephen Oppenheimer dari Oxford University, Inggris, yang dikenal menulis buku: “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1999). Dia menulis buku ini setelah memimpin proyek besar yang dipercayakan HUGO (Human Genome Organizatioan) melakukan pemetaan DNA manusia sedunia (Kompas, 20/10-2011). Kemudian 90 orang lebih ilmuwan Asia dari konsorsium Pan-Asian SNP di bawah naungan Human Genome Organization (HUGO) memetakan jalur migrasi manusia ini sebagai satu-satunya jalur migrasi ke Sundaland secara lebih tegas. Para ilmuwan ini telah melakukan studi terhadap 73 populasi Asia Tenggara dan Asia Timur, yang selain berhasil memetakan jalur migrasi tadi, mereka menyimpulkan bahwa akar genetik manusia berhubungan sangat erat antara kelompok etnik dan kelompok bahasa (Detik, 11/12-2009; Kompas, 14/12-2009 & 12/12-2011). Migrasi dari Afrika yang tejadi ini sebagian melewati Sundaland hingga sampai ke Papua dan Australia, yang sekarang disebut Aborigin di Australia. Migrasi dari Afrika ini sesuai dengan teori “Out of Africa” yang terkenal itu.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sejak 20.000 tahun lalu, menjelang tenggelamnya Sundaland, terjadi banyak letusan gunung berapi, gempa bumi, dan banjir, sehingga membuat para penghuni Sundaland berhamburan ke Asia Daratan, yang disebut sebagai peristiwa “Out of Sundaland”. Dengan demikian, selama 50.000 tahun sudah banyak manusia mendiami Sundaland, sehingga Stephen Oppenheimer tiba pada kesimpulan bahwa Sundaland merupakan induk peradaban dunia (Kompas, 27/10-2010). Di sisi lain, Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D. dalam bukunya: “Atlantis The Lost Continent Finally Found” (2005), malah menguraikan sebuah teori yang menempatkan secara definitif bahwa Atlantis berada di wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Brunei (Wikipedia). Kemudian terkait dengan keterlibatannya dalam penelitian atas situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, geolog Dr. Danny Hilman (2013), menulis dan meluncurkan bukunya dalam acara seminar: “</span><a href="https://www.youtube.com/watch?v=v6tihGUY7C8" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">PLATO TIDAK BOHONG: Atlantis Ada di Indonesia</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">”. Lebih jauh lagi, Dhani Irwanto, dalam bukunya: “</span><a href="http://www.kompasiana.com/dhani_irwanto/atlantis-the-lost-city-is-in-java-sea_555479c273977328149055e9" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">ATLANTIS: The Lost City is in Java Sea</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">” (2015), menyampaikan sebuah hipotesis baru bahwa Atlantis ada di Laut Jawa, dekat Pulau Bawean, yaitu di antara pulau Bawean dengan daratan Kalimantan. Semuanya ini menyebabkan Indonesia menjadi perhatian para ilmuwan dunia sekarang ini dengan sebuah pertanyaan: “Apakah yang mereka kerjakan selama 50.000 tahun di Sundaland?”. Stephen Oppenheimer dan Arysio Nunes dos Santos telah berjasa mempromosikan Indonesia ke seluruh dunia melalui buku yang mereka tulis.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sundaland akhirnya tenggelam sekitar 8.000 tahun lalu di mana air laut naik permukaannya hingga memasuki daratan rendah Sundaland tersebut. Sehingga, tinggallah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, yang merupakan daratan tertinggi dari Sundaland tersebut dan menjadi terpisah dari Semenanjung Malaka. Demikianlah bekas kawasan Sundaland yang sekarang dikenal dengan Semanjung Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Populasi Toba yang berdiam di Negeri Toba Menurut Para Ahli Genetika</span></u></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sebagaimana dikemukakan oleh Tatiana M. Karafet (Karafet et al. 2010), dari Universitas Arizona – Amerika Serikat, bahwa TOBA Y-DNA Haplogroup terdiri dari:</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">K-M526*=</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">13,51%,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*=</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">13.51%,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M201*=</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">56,76%,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">= 10,81%,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">= 2,7%, dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">R-M214</span></b><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">= 2,7% (http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion Thread/page49).</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Kemudian lebih lengkap lagi mengenai Y-DNA Toba ini digambarkan seperti di bawah ini:</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"><br /></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-left: auto; margin-right: auto; padding: 4px; position: relative; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0XCXRYJ1y3KWhMQ9i8hU4eJvRz7cJasyjUWd3n7mcOZXmerWnzoxzqz4nvFJS_sqKrxqHFdmRje-T81OGaRDpYtmNL07gqagxCbREDLPY3O4I0tpDl6JydkfG1vbyS0YEbOwX9RyySDo/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="color: #4d469c; margin-left: auto; margin-right: auto; text-decoration: none;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0XCXRYJ1y3KWhMQ9i8hU4eJvRz7cJasyjUWd3n7mcOZXmerWnzoxzqz4nvFJS_sqKrxqHFdmRje-T81OGaRDpYtmNL07gqagxCbREDLPY3O4I0tpDl6JydkfG1vbyS0YEbOwX9RyySDo/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 10.4px;">Sumber: www.forgottenmotherland.com</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 13.65pt;"><br />Dallam tulisan berjudul: “DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika” (Kompasiana, 23/03-2016), penulis kemukakan:</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 13.65pt;"> </span><b style="line-height: 13.65pt;"><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">K-M526*</span></b><b style="line-height: 13.65pt;"><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 13.65pt;">ada pada sebagian populasi di Indonesia yang muncul dan berasal dari Sundaland (</span><a href="http://www.nature.com/ejhg/journal/v23/n3/full/ejhg2014106a.html" style="color: #4d469c; line-height: 13.65pt; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Karafet, et al. 2014</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 13.65pt;">) dan kemudian masuk ke Negeri Toba.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<a href="http://bmcgenet.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2156-15-77" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Jean A. Trejaut et al.</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">(2014) mengemukakan bahwa</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">bermigrasi dari Indochina ke Indonesia Barat.</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">bermigrasi melalui Semenanjung Malaka terus ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">ditemukan juga pada Toba Y-DNA Haplogroups.</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">ini diperkirakan lebih dulu bermigrasi sebelum ekspansi Austronesia di sekitar 4.000 - 6.000 tahun lalu, tetapi jarak waktunya tidak jauh antara</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">dengan ekspansi Austronesia. Melalui penelitian paleontologi yang dilakukan oleh Bernard K. Maloney (1979) di Humbang, sekitar Siborongborong hingga Silaban Rura, terdeteksi aktivitas mereka berupa pembukaan hutan secara kecil-kecilan pada sekitar 6.500 tahun lalu. Mungkin masih ada jejak aktivitas mereka di tempat yang lain seperti di Silindung, Toba Holbung, atau Samosir, tapi belum ditemukan atau mungkin juga sudah lenyap akibat dirusak alam.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Ekspansi Austronesia, menurut</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><a href="http://massey.genomicus.com/publications/Karafet_2010_MolBiolEvol_v27_p1833.pdf" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Karafet et al</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">. (2010), antara lain terdiri dari:</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">, dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">. Karafet et al. (2010) menyebutkan bahwa</span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span></b><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">berbahasa Austronesia pada populasi Toba.</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">keluar dari Asia Daratan sementara</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">keluar dari Taiwan dalam ekspansi Austronesia ke Indonesia Barat yang berlangsung pada periode 4.000-6.000 tahun lalu (Karafet et al. 2010). Penelitian Jean A. Trejaut et al. (2014) menguatkan bahwa</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">memang keluar dari Asia Daratan.</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">berasal dari sekitar Yunnan dan Teluk Tonkin. Dengan melihat asal dari</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">ini, maka terlihat bahwa</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">kemungkinan bersinggungan dengan budaya Dong Son, yang berkembang pada abad ke-5 hingga abad ke-2 SM di lembah Song Hong berdekatan dengan Teluk Tonkin, Vietnam. Hal ini mengingat bahwa populasi Toba didominasi oleh budaya Dong Son. Sedang</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">R-M124</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">berasal dari dari India, Asia Selatan yang datang sejak millenum pertama masehi di Sumatera.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Akhirnya,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">K-M526*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">muncul di</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><a href="http://forwhattheywereweare.blogspot.co.id/2014/06/y-dna-macro-haplogroup-k-m526.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sundaland</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">, sedang</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P201</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">, dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">R-M124</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">memiliki hubungan paternal dengan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">K-M526</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">* yang kesemuanya ada pada Y-DNA Toba. Keenam populasi ini datang dengan masing-masing rombongan ke Negeri Toba dan semuanya bercampur hingga membentuk populasi Toba seperti terlihat pada Y-DNA-nya di atas (Lihat: Edward Simanungkalit, “</span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/dari-sundaland-hingga-di-negeri-toba-sebuah-penelusuran-para-ahli-genetika_571a72b2e2afbd330d745fee" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt;">”, dalam Kompasiana, 23/03-2016).</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><u>Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula</u></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif;"><span style="line-height: 18.4px;"><b><u><br /></u></b></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; line-height: 18.2px; text-align: center;">
<b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGLd29_dBBMgeIzghsWCoyXe8rIK_5fHqPM3pfWOHUUCUQ95GdR0RYbXNMFYI0LUjul2gN6QiHtYqx3JtiK2KgA_TFrLtoGoi5i9RISZeO8aV_lISRdPf-Zp-acxvS7pmQ8g_iGSsiceI/s1600/pustaka+batak.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; color: #4d469c; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGLd29_dBBMgeIzghsWCoyXe8rIK_5fHqPM3pfWOHUUCUQ95GdR0RYbXNMFYI0LUjul2gN6QiHtYqx3JtiK2KgA_TFrLtoGoi5i9RISZeO8aV_lISRdPf-Zp-acxvS7pmQ8g_iGSsiceI/s200/pustaka+batak.jpg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="133" /></a></span></b></div>
<b style="line-height: 18.2px;"><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif;">Si Raja Batak, disebut-sebut oleh buku W.M. Hutagalung dan para penulis lainnya, sebagai nenek-moyang tunggal Bangso Batak yang memulai kampung awal di Sianjur Mulamula, kaki Pusuk Buhit, Samosir. Dalam bukunya “<b>PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak</b>” (1926), W.M. Hutagalung mengemukakan bahwa Si Raja Batak adalah nenek-moyang Bangso Batak, yang terdiri dari: Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Karo, Batak Simalungun, dan Batak Mandailing. Dalam buku tersebut, W.M. Hutagalung menulis tarombo Batak yang dimulai dari Si Raja Batak dengan keturunannya mulai dari marga-marga Toba. Dan, marga-marga Toba ini bersambung dengan marga-marga Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing, sehingga menempatkan Toba menjadi induknya, yaitu induk dari Bangso Batak. Jadi, marga-marga Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing adalah keturunan dari marga-marga Toba, sehingga terlihat bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing dibentuk oleh keturunan marga-marga Toba. Masa hidup Si Raja Batak sendiri disebutkan berdasarkan perhitungan dari Richard Sinaga, Batara Sangti Simanjuntak, Kondar Situmorang, Sarman P. Sagala, Ketut Wiradnyana, dan Prof. Dr. Uli Kozok berkisar dari 500 - 1.000 tahun lalu (Lihat: Edward Simanungkalit, </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-6-habis_569e70f7747a61b70bb1b002" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?</span></a><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">, dalam Kompasiana, 20/01-2016).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Balai Arkeologi Medan</span></b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">pada Juli 2013, telah melakukan penelitian “</span><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Jejak Peninggalan Tradisi Megalitik di Kabupaten Samosir</span></u><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">” dengan melakukan kegiatan survey arkeologi dan ekskavasi di sana.</span><span style="color: #252525; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Tinggalan megalitik yang dapat ditemukan di Samosir, yaitu: sarkofagus, tempayan batu, kubus batu, kubur pahat batu, tambak batu, batu dakon, menhir, patung-patung batu seperti patung pangulu balang, lesung batu, palungan batu, bottean, sakkal, gajah dari batu paha, parik (pagar batu), dan punden berundak. Tempayan batu seperti disebutkan tadi ada ditemukan di Sumatera Selatan yang berasal dari millenium kedua masehi. Rumah adat memiliki pola arsitektur rumah panggung melengkung yang merupakan ciri budaya Dong Son. Pola hias di rumah adat dalam bentuk berbagai macam binatang dan sulur-suluran yang dibuat dengan hiasan rumbai-rumbai seperti bulu-bulu yang panjang baik itu pada pahatan flora ataupun pahatan fauna mengingatkan akan hiasan model yang serupa pada benda-benda perunggu yang berasal dari Dong Son. Gambar cecak sebagai lambang kejujuran dan atau kebenaran bagi para pemimpin yang memimpin. Pada tradisi paleometalik Dong Son sangat umum dikenal motif-motif antara lain sulur-suluran, spiral atau pilin berganda, geometris berupa segi empat, bulatan, tumpal maupun belah ketupat dan motif-motif itu masih selalu hadir pada berbagai aspek tinggalan budaya Toba.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Disimpulkan bahwa kelompok pendukung budaya Dong Son telah datang dari China Selatan melalui jalur timur menuju ke Taiwan, dari Taiwan terus ke Filipina dan dilanjutkan lagi ke Sulawesi dan seterusnya ke Sumatera melalui pesisir Timur hingga mencapai Samosir</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">(Lihat: Wiradnyana & Setiawan,</span><a href="https://www.academia.edu/4525092/Jejak_Peninggalan_Tradisi_Megalitik_di_Kabupaten_Samosir" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Jejak Peninggalan Tradisi Megalitik di Kabupaten Samosi</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">r, 2013). Selain dari yang telah disebutkan tadi bahwa ulos juga memiliki corak dari budaya Dong Son.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Kebudayaan Dong Son adalah kebudayaan zaman perunggu yang berkembang di lembah Song Hong, Vietnam dan</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai hasil karya kelompok bahasa</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Austronesia</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">yang terutama menetap di pesisir</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Annam. Kebudayaan ini sendiri mengambil nama situs Dong Son di</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Tanh Hoa dan berkembang antara abad ke-5 hingga abad ke-2 SM. Masyarakat Dong Son adalah masyarakat petani dan peternak yang handal serta terampil memancing. Mereka menetap dalam rumah-rumah panggung besar dengan atap yang melengkung lebar dan menjulur menaungi emperannya. Masyarakat Dong Son juga dikenal sebagai masyarakat pelaut, yang melayari seluruh</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Laut China</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">hingga ke selatan dengan perahu panjang bercadik dua</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">(wikipedia).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Masyarakat Dong Son berasal dari ras Mongoloid. Kebudayaan Dong Son secara keseluruhan dapat dinyatakan sebagai hasil karya kelompok penutur <b>Austronesia</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /><u>Latar Belakang Kata “Batak</u>”</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Ensiklopedia Britannica</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">memberi keterangan tentang “Batak” sebagai berikut: “Batak, also spelled Battak or Batta, several closely related ethnic groups of north-central Sumatra, Indonesia. The term Batak is one of convenience, likely coined during precolonial times by indigenous outsiders (e.g., the Malay) and later adopted by Europeans. The groups embraced by the term — the Toba, the Karo, the Simalungun, the Pak Pak, the Mandailing, and the Angkola — have to a limited degree adopted it as a self-designation.” (</span><a href="http://www.britannica.com/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">www.britannica.com</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">). Istilah “Batak” itu kemungkinan diciptakan selama masa pra-kolonial oleh pihak luar, misalnya: Melayu, dan kemudian diadopsi oleh orang Eropa. Kelompok-kelompok yang termasuk ke dalamnya, yaitu: Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Lothar Schreiner</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, dalam bukunya “Adat dan Injil; Perjumpaan Adat dengan Iman Kristen di Tanah Batak” (1999:11) mengatakan: “Sebutan ‘Batak’ maupun ‘daerah Batak’ barulah muncul setelah pengkristenan.” Senada dengan itu,</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Lance Castle</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, dalam bukunya, “Kehidupan Politik Sebuah Keresidenan: Tapanuli 1915-1940”, Desertasi Ph.D (1972:138) mengemukakan bahwa sebutan “Batak” itu bermula dari ‘stereotipe’ orang-orang Melayu Muslim di Sumatra Timur terhadap orang “Batak”, sedangkan konotasi yang terkandung dalam sebutan “Batak” ialah: ‘jelek, kasar, jorok, dan bodoh’. Akibatnya banyak orang “Batak” tidak mau menyebutkan identitas mereka sebagai “Batak”, dan lebih senang menyatakan diri sebagai orang: Toba, Karo, Simalungun, Mandailing/Angkola, atau Pakpak/Dairi. Lothar Schreiner dan Lance Castle maupun Ensiklopedia Britannica sebelumnya memberikan informasi bahwa kata “BATAK” itu baru muncul sejak masuknya Kristen dan Kolonial ke daerah pedalaman Sumatera Utara.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Menurut</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Kamus Besar Bahasa Indonesia</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">bahwa arti kata “Batak” ialah petualang; pengembara. Kata kerja “mem-ba-tak” artinya:</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="background: rgb(198 , 228 , 199); font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">1</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> bertualang, melanglang; mengembara; <b><span style="background: rgb(198, 228, 199);">2</span></b> merampok; menyamun; merampas. Sedang kata sifat “pem-ba-tak” artinya: perampok; penyamun. Demikian pengertian yang berhubungan dengan kata “Batak” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 14.5pt; margin-bottom: 4.5pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Dr. Daniel Perret</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> melakukan penelitian </span><span lang="FI" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">mengenai ”Melayu” dan ”Batak” dalam strategi Kolonial Belanda.</span><span lang="FI" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Sejak 1990 sampai 1993, Perret menggelar penelitian lapangan dengan cakupan wilayah Indonesia timur laut – tempat manipulasi identitas “Batak dan Melayu” dibangun untuk kepentingan para kapitalis perkebunan. </span><span lang="FI" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Desertasinya telah dibukukan dengan judul ”</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; letter-spacing: 0.85pt;">KOLONIALISME DAN ETNISITAS: Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut” (2010).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> <span style="letter-spacing: 0.85pt;">Sejak abad ke-2 Masehi, lewat tulisan Claudius Ptolemaeus, dan selama satu milenium, Sumatra bagian Utara dianggap sebagai daerah berbahaya karena diduga dihuni oleh sejumlah masyarakat kanibal. Hal ini bahkan masih berlangsung hingga awal abad ke-20.</span></span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> Daerah tersebut diketahui kaya dengan kamper yang diekspor sejak abad ke-5 atau ke-6 M, melalui sebuah tempat yang bernama Barus. Pada awal abad ke-13 M, Zhao Rugua mencatat sebuah negeri bernama Pa-t’a, di bawah kuasa Sriwijaya. Kaitan antara Pa-t’a dan Bata sudah diterima umum.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 14.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Dari penelusurannya, Perret menemukan jejak pengaruh besar pemerintah kolonial Belanda terhadap pola hubungan dan akulturasi dua kelompok penyandang budaya tadi di awal. “Batak” di satu pihak dan “Melayu” di pihak lain, dengan ciri khas bahasa, pakaian, dan adat-istiadat masing-masing. <span style="letter-spacing: 0.85pt;"> Mengenai istilah “Batak” ini, Daniel Perret memandangnya sebagai ciptaan penjajah berdasarkan rujukan teks Belanda </span>dan melihat istilah “Batak” berkonotasi merendahkan sebagai sebutan orang luar bagi orang pedalaman yang beradat kasar. Seiring dengan semakin meluasnya proses Islamisasi di kalangan orang-orang pedalaman yang bermigrasi ke pesisir timur Sumatera Utara, mereka mengadopsi identitas Melayu dengan beragama Islam bahkan proses itu meluas ke pedalaman. Perkembangan Islam ini mencemaskan penjajah, sehingga menghalangi dakwah di daerah yang telah dikristenkan dan larangan mengangkat warga muslim sebagai pegawai pemerintah setempat.<span style="letter-spacing: 0.85pt;"> </span>Penyebaran Islam terus bergerak masuk wilayah pedalaman yang dinilai mengancam kolonialisasi, sehingga pemerintah kolonial merasa perlu mengintensifkan Kristenisasi di “Tanah Batak”.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 14.5pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Daniel Perret mengungkapkan, berdasarkan masukan dari J.T. Creemer, pengembangan Kristen di daerah “Batak” memiliki fungsi yang cukup strategis bagi kolonial Belanda., karena berpindah agama menjadi Kristen membuat orang “Batak” tidak akan menimbulkan masalah bagi penjajah kolonial. Sementara Islam mulai masuk ke “Tanah Batak” yang dirasakan sebagai sebuah potensi mencemaskan bagi kepentingan penjajah, maka upaya menghadirkan misi Kristen dilakukan. Berdasarkan kajian etnologi, Daniel Perret memperlihatkan bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah “keluarga besar Batak” baru terjadi pada era kolonialisme Belanda. Bahkan dalam disertasi J. Pardede (1975), sebagaimana disebutkan oleh Perret, dikemukakan bahwa istilah “Tanah Batak” dan “rakyat Batak” merupakan sebuah terminologi baru yang diciptakan oleh pihak asing. Perret juga menyebutkan bahwa perbedaan antara “Batak” dan “Melayu”, seperti telah menjadi sebuah kesepakatan para penulis, hanya terletak pada faktor kanibalisme. Nicolo de’ Conti yang pernah tinggal</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">di Scimuthera (Kerajaan Samudra) di pantai timur sumatera</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">pada tahun 1430, menjadi orang pertama yang menyebutkan nama tempat “Batech” yang dikaitkan dengan sebuah populasi yang bersifat kanibal dan gemar berperang.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Oleh karena itulah, awalnya sebutan “Batak” dianggap sebagai sebuah penghinaan bagi penduduk setempat dan kata “</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Batak” tidak dipakai oleh orang setempat ketika berbicara tentang diri mereka sendiri. Kata ini telah menjadi semacam evasive identity yang secara umum digunakan untuk menunjuk “orang lain” atau untuk memperlihatkan sebuah kategori yang meliputi pemakan babi dari manapun asalnya. Anehnya, Perret mengungkapkan fenomena sebutan “Batak” justru digunakan oleh penduduk dusun untuk mengidentifikasi para misionaris Belanda dan orang Tionghoa, karena mereka juga memakan</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">babi</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">. Sebutan “Batak” tampaknya juga tidak dapat ditemukan dalam karya sastra era pra-kolonial. Dalam perkembangan waktu selanjutnya istilah “Batak” ini kemudian diterima sebagai sebuah identitas etnis tertentu. Daniel Perret mengungkapkan, setelah keberadaan orang-orang “Batak” diterima oleh orang Barat, kemudian mulailah diciptakanlah batas-batas “Tanah Batak”. Jadi, istilah “Batak” adalah identitas yang sengaja diciptakan pada masa kolonialisme di Sumatera Utara.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Studi Daniel Perret menunjukkan adanya pola di mana istilah “Batak” sengaja dimunculkan, sebagai pembeda sebuah etnis di Sumatra Utara dengan bangsa “Melayu” yang identik memeluk Islam.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">O<span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">rang Melayu di pesisir Sumatera Timur menganggap dirinya berbudaya, sedang semua orang yang non-Melayu yang berada di pedalaman dan di lembah pegunungan Bukit Barisan dipandang sebagai orang yang tidak berpengetahuan, berperilaku kasar dan bahkan kanibal, diberi label ”Batak”.</span></span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> <span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">Melayu bukan label etnis, dia adalah label budaya. Siapa saja dapat menjadi Melayu,</span> <span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">asal dia beragama Islam, beradat-istiadat Melayu, berbahasa Melayu dan mengaku Melayu. Label Melayu dan ”Batak”, menurut Daniel Perret, muncul bersamaan pada abad 16. Label ”Batak” ini muncul sebagai pelengkap label Melayu. Istilah ”Batak” ini disebutkan dengan konotasi merendahkan (seakan memiliki stigma/cacat sosial). Khusus mengenai istilah ”Batak”, Daniel Perret menjelaskan bahwa istilah itu bukan berasal dari orang-orang Toba, Simalungun, Pakpak Bharat, Karo atau Mandailing/Sipirok. Label itu datang dari luar khasanah budaya mereka. Dalam beberapa dokumen bahwa sebutan ”Batak” tidak terdapat dalam sastra pra-kolonial. Bahkan dalam Hikayat Deli (1825) istilah ”Batak” hanya sekali digunakan, sedang dalam Syair Putri Hijau (1924) sama sekali tidak menyinggung ”Batak” atau Melayu. Baik dalam Pustaka Kembaren (1927) maupun Pustaka Ginting (1930) tidak dijumpai kata-kata ”Batak”.</span> </span><span lang="FI" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Selain itu, B.A. Simanjuntak mencacat bahwa kata-kata ”Batak” tidak dijumpai dalam Pustaha Toba.</span><span lang="FI" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Memang dalam stempel Singamangaraja, yang tertera hanya kalimat ”</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Ahu Raja Toba<span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">”, bukan ”</span>Ahu Raja Batak<span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">.”</span></span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Karena label ”Batak” dibawa dari luar, maka dia menjadi</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">sebuah label yang kabur dan menyesatkan</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> <i>(evasive identity)</i><span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">. Ketika seorang menganggap orang lain ”Batak”, maka dia merasa lebih tinggi dari orang lain itu.</span></span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">“</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Batak” dalam literatur baru dikenal dalam laporan Nicolo de Conti (1430) yang selama setahun tinggal di Scimuthera (Kerajaan Samudra) di pantai timur sumatera. Disebutkan nama tempat-tempat “Batech”, sebagai populasi yang bersifat kanibal dan gemar berperang. Selanjutnya, dalam laporan terkenal Tome Pires, Suma Oriental pada awal abad ke-16.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br />Adapun F. Mendes Pinto, orang Eropa pertama yang masuk ke pedalaman Sumatera Utara, yang merekamnya secara tertulis dalam Peregrination. Di antaranya catatan tentang adanya kunjungan duta raja orang “Batak” menemui kapten Melaka yang baru Pedro de Faria di tahun 1539. Mendes Pinto juga yang mencatat pertama adanya masyarakat Aru di pesisir timur laut Sumatera dan mengunjungi rajanya yang muslim. Sementara itu, dua puluh tahun sebelumnya, Duarte Barbosa sudah mencatat tentang kerajaan Aru yang ketika itu dikuasai oleh orang kanibal penganut paganisme. Tak sedikit, sejak istilah “Batech” muncul (Nicolo de Conti), diikuti juga dengan “Bata” (Tome Pires, Mendes Pinto), “Batang” (Sidi Ali Celibi, 1954), “Batas” (Joao de Barros, 1563). Kemudian dilanjutkan Beaulieu (1629-1621), laporan Tionghoa pada 01/03/1701, Hamilton (1727) dan Charles Miller (1772), sampai akhirnya William Marsden (1783) membuat pembedaan Carrow dan Batta, dilanjutkan John Anderson (1823) yang mendeskripsikan pembedaan Mandiling atau Kataran, Pakpak, Tubba, Karau-karau, Kappak dan Alas. Dalam buku ini diuraikan juga ruang geografi (peta “Batak”) versi ˜orang Eropa” berturut-turut versi Junghun (1841), Collet (1925), Kennedy (1945), Cunningham (1958), Reid (1979), dan Sibeth (1991). Fakta ini menunjukkan berbagai kepentingan yang melandasi kawasan stategis Sumatera Utara sejak jaman prasejarah hingga saat ini dan juga masa mendatang.</span><span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="color: #3c4032; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"> </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Di sekitar penghujung abad ke-19, bahwa posisi pihak non-Melayu semakin terjepit oleh perkembangan ekonomi dan agama yang dialami oleh pihak Melayu. Belanda memanfaatkan situasi ini, sehingga dalam kesempatan berhubungan langsung dengan elit pedalaman ini para kontrolir Belanda yang ditempatkan di dusun-dusun (Simalungun, Karo dan Toba) memperkuat keterpisahan mereka dengan Sultan-Sultan Melayu Pesisir, dan mendorong tumbuhnya perasaan komunitas dan kesadaran etnis sendiri, sebagai orang ”Batak”. Mulai tahun 1888, kontrolir-kontrolir yang ditempatkan di dusun-dusun ditugaskan untuk menangani urusan ”Batak”, yaitu membela kepentingan orang ”Batak” berhadapan dengan orang Melayu. Kemudian pemerintah kolonial menciptakan ruang hukum untuk Dusun dan Dataran sebagai ruang hukum ”Batak”, sedang untuk daerah pesisir dimasukkan dalam ruang hukum Melayu. Dengan keterpisahan ini Belanda dapat lebih mudah memancing konflik antara Melayu dan ”Batak” seperti pecahnya perang Sunggal (1872). Di satu sisi perkebunan asing/Belanda menerima konsesi tanah dari Sultan Melayu dengan sukacita, di sisi lain pemerintah kolonial merangsang timbulnya protes dari pemilik tanah penduduk asli setempat. Demikianlah pemerintah Belanda menggunakan label ”Batak” untuk mempersatukan seluruh suku-suku non-Melayu sebagai sebuah identitas etnik.</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> Van der Tuuk, ahli Bahasa yang bekerja untuk Nederlands Bijbelgenootschap (NBG), dalam suratnya tertanggal 15 November 1855, pernah mengusulkan kepada pengurus NBG agar istilah “Batak” dan “Melayu” tidak digunakan secara resmi. Sebagai gantinya van der Tuuk mengusulkan penyebutan seperti “Mandailing”, “Angkola”, dan lain sebagainya.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Pemerintah Belanda terus menerus memompakan label ”Batak” dengan penguatan sosio-geografis tertentu, nilai-nilai adat budaya dan kemudian agama Kristen. Sehingga keterpisahan kawasan ”Batak dengan Melayu” menjadi lebih nyata dan kontras, tidak dalam pengertian budaya</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">tetapi dalam pengertian kelompok etnik ”Melayu versus Batak”. Untuk mengukuhkan gerakan ini secara akademis, pemerintah Belanda di Universitas Leiden mendirikan</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Bataksch Institut</span></b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">. Beberapa cabangnya</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Bataksch Vereeniging</span></b><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">didirikan pada lokasi-lokasi tertentu seperti di Tapanuli dengan berbagai kegiatan termasuk melaksanakan pertemuan-pertemuan, mendirikan museum, opera Batak (</span><i><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Tilhang</span></i><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">) yang adopsi dari teater Bangsawan Melayu, menulis adat ”Batak” (yang disusun oleh seorang kontrolir, 1909). Sementara itu, di bagian Selatan Tapanuli telah berdiri kelompok (Bangsa) Mandailing yang berseberangan dengan kelompok ”Batak” di Utara. Sebagai migran di kota Medan, mereka saling berhadapan pula dalam berbagai polemik wacana mengenai ”Batak” bahkan konflik terbuka (peristiwa Sungai Mati 1920). Orang Mandailing tidak mau disebut ”Batak” karena mereka merasa sudah berbudaya tinggi, jadi bukan melulu karena masalah geneologis.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Akhirnya, Daniel Perret dalam desertasinya menyimpulkan bahwa baik istilah ”Batak” maupun ”Melayu” bukanlah label</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">etnik</span></b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">, tetapi label</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">budaya</span></b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">. Tetapi untuk kepentingan strategi kolonial, pemerintah Belanda telah mampu ”memaksakan” atau dengan istilah lain ”mengkonstruksi” orang-orang Simalungun, Karo, Pakpak dan Toba menerima label ”Batak” sebagai label kesatuan etnik dan mematahkan jalinan sosial-tradisional antara kawasan pesisir dan pegunungan (Melayu dan non-Melayu). Bahkan menyediakan fasilitas unsur-unsur pembentukan dan penegasan identitas etnis baru itu sebagai orang ”Batak”. Semua itu untuk kepentingan strategi</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> (divide et empera) <span style="border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">kolonial Belanda.</span></span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Namun bisa dicermati, bahwa saat ini etnis “Batak” seringkali diidentikkan pula sebagai “etnis Kristen”, meskipun terdapat kenyataan bahwa dari etnis ini juga terdapat kalangan pemeluk agama Islam.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">Dr. Ichwan Azhari</span></b><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;">, sejarawan dari Unimed, dalam tulisannya berjudul: ”</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Konstruksi Batak dan Tapanuli di Dalam Ruang Administratif di Sumatera Utara Sejak Abad 19” (2011).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span lang="SV" style="border: 1pt none; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; padding: 0in;"> mengemukakan bahwa</span><span lang="SV" style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">kata “Batak” awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke Sumatra dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama “bata”. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan.” Pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik dari abad ke-17 koleksi Leiden dan manuskrip Hikayat Hang Tuah, saat Malaka jatuh ke tangan Portugis (1511) ada ditemukan kata “Batak” di kalangan Melayu, Malaysia sebagai label penduduk rimba pedalaman dengan pandangan sangat hina dan direndahkan.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Di</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan label negatif sebagai “Batak”. Itu sebabnya</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Van der Tuuk</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> pernah risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama “Batak” untuk nama etnik, karena gambaran negatif yang terkandung pada kata “Batak” itu. Di Malaysia dan Filipina, penduduk yang diberi label “Batak” tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatra Utara label itu terus dipakai, karena peran <i>misionaris Jerman</i></span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">dan pemerintah</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">kolonial Belanda</span></i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">D<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">alam penelitiannya di arsip misionaris Jerman di Wuppertal sejak bulan September 2010, terlihat para misionaris sendiri awalnya mengalami keragu-raguan untuk menggunakan kata “Batak” sebagai nama etnik. Hal ini dikarenakan kata “Batak” itu tidak dikenal oleh orang “Batak” ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. Pada tahun 1878 lembaga kantor pusat missionaris Jerman di Barmen mengeluarkan peta resmi misionaris yang dicetak dan disebarluaskan berbentuk buku berjudul Mission Atlas (1878). Dalam buku ini terdapat delapan peta yang di antaranya berjudul Die Sudlichen Batta-lander auf Sumatra (Tanah Batak Selatan di Sumatra). Judul-judul peta Der Nordlichen Battalander Die Sudlichen Batta-lander ini merupakan titik awal konstruksi “Batak Utara” dan “Batak Selatan” yang dilakukan para misionaris Jerman yang dipakai pemerintah kolonial Belanda dan konstruksi itu berpengaruh sampai saat ini.</span></span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Konsep dari misionaris Jerman yang semula menggunakan kata “Batak” untuk kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan Tapanuli Utara saja, dipakai Belanda lebih lanjut untuk menguatkan cengkraman ideologi kolonial mereka. Perlahan-lahan konsep “Batak” itu mulai meluas dipakai Belanda termasuk sebagai pernyataan identitas oleh penduduk di luar daerah Toba. Peneliti Belanda juga kemudian merumuskan konsep “sub-suku batak” dalam antropologi kolonial yang membagi etnik “Batak” dalam beberapa “sub-suku” seperti sub-suku Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun serta Batak Pakpak (Joustra, 1910). Konstruksi Belanda tentang sub-etnik Batak ini sama sekali tidak diperkenalkan apa lagi dipakai para misionaris Jerman selama lebih 50 tahun keberadaan mereka di “tanah batak”.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Dalam antropologi di Indonesia moderen konsep “sub-suku Batak”</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">made in Belanda</span></i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">itu kemudian dicopy Payung Bangun dalam buku “Manusia dan Kebudayaan Indonesia” yang diedit Koentjaraningrat (1980). Konsep “sub-suku Batak” merupakan konstruksi konsep kolonial yang dalam perjalanan sejarah berikutnya terbukti tidak tepat dan ditolak sendiri oleh kelompok-kelompok etnik yang dikenakan label “Batak” tersebut. Kini orang Karo, Pak Pak, Simalungun serta Mandailing menolak disebut “Batak” yang dikonstruksi antropologi kolonial. Dengan demikian, dapat dikatakan “Batak” sebagai nama etnik (suku) tidak berasal dari orang “Batak” sendiri, tapi diciptakan atau dikonstruksi oleh para musafir barat dan kemudian dikukuhkan oleh misionaris Jerman yang datang ke “tanah Batak” sejak tahun 1860 an. Pemerintah kolonial Belanda kemudian mengadopsi kata “Batak” yang oleh jasa para misionaris Jerman itu maknanya sudah tidak lagi berkonotasi negatif. Dalam sumber-sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha (tulisan tangan asli Batak) tidak ditemukan kata “Batak” untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik “Batak”. Jadi dengan demikian nama “Batak” tidak asli berasal dari dalam kebudayaan “Batak” melainkan sesuatu yang diciptakan dan diberikan dari luar (Lihat: Ichwan Azhari, </span><a href="http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2012/06/konstruksi-batak-dan-tapanuli-di-dalam.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Konstruksi Batak di Dalam Ruang Administratif di Sumatera Utara Sejak Abad 19</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, 2011).</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Prof. Dr. Uli Kozok</span></b><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> menyebutkan bahwa “Batak” bukan bangsa dan juga bukan suku atau etnis melainkan sebuah istilah untuk pengelompokan agar memudahkan dalam pengkajiannya. Kata beliau juga, masalahnya istilah “Batak” sudah dicaplok oleh masyarakat Toba dan menjadikannya sebagai identitas mereka. Artinya, menurutnya, otomatis Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak bukanlah menjadi “Batak” (09 November 2014, fan page Prof. Dr. Uli Kozok). Dulu istilah “Batak” konotasinya teramat jelek dan hanya dipakai oleh orang luar (Malayu, Aceh, Minang) dan tidak pernah dipakai oleh orang “Batak” sendiri. Jerman dan Belanda yang mempopulerkan istilah “Batak” dan lama-kelamaan konotasi jelek pun hilang (Agustus 2015, fan page Prof. Dr. Uli Kozok). Uli Kozok juga sebelumnya telah mengungkapkan, dengan menggunakan data primer, bahwa </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Ludwig_Ingwer_Nommensen" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">misionaris Jerman</span></a><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> berperan atas </span><a href="http://beritasore.com/2009/06/27/nommensen-berperan-masuknya-belanda-ke-tanah-batak/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">masuknya Belanda</span></a><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> ke Negeri Toba dalam bukunya: “</span><a href="https://nommensen.wordpress.com/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Utusan Damai di Kemelut Perang</span></a><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">” (2009) yang dapat juga dibaca di </span><a href="https://nommensen.wordpress.com/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">https://nommensen.wordpress.com</span></a><span style="color: #141823; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Seluruh paparan di atas mengungkapkan bahwa istilah “Batak” itu bukan berasal dari dalam etnis/suku itu sendiri, tetapi berasal dari luar yang dikonstruksi oleh misionaris Jerman pada Orang Toba di awalnya dan dikonstruksi Belanda pada non-Melayu berikutnya. Kemudian rumusan antropologi kolonial yang kemudian hari dicopy Prof. Dr. Payung Bangun ke dalam antropologi nasional dengan membuat sub-etnik “Batak” seperti: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak mendapat penolakan dari pihak Mandailing, Karo, Simalungun, dan Pakpak, karena bukan berasal dari dalam. Mandailing telah menggugatnya ke pengadilan dalam peristiwa Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Sungai Mati, Medan pada tahun 1925 dan putusan pengadilan menyatakan bahwa </span><a href="http://www.mandailingonline.com/mandailing-bukan-batak/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Etnis Mandailing</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> terpisah dari Batak (</span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandahiling" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Wikipedia</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">). Dengan demikian, memaksakan Mandailing sebagai “Batak” merupakan ketidakpatuhan kepada putusan pengadilan tadi. Itulah sebabnya kemudian Belanda memunculkan istilah lain, yaitu: “Tapanuli”, untuk mempersatukan Utara dan Selatan. Kemudian Angkola memberi nama gerejanya dengan nama GKPA, Simalungun memberi nama gerejanya dengan nama GKPS, dan Pakpak member nama gerejanya dengan nama GKPPD, tanpa ada kata “Batak”. Tanah Pakpak, pemilik hak ulayatnya, adalah marga-marga Pakpak dan jelas terlihat dari Lembaga Adat Sulang Silima yang membuktikan bahwa Pakpak merupakan sebuah etnis tersendiri. Selain itu tarombo Pakpak berbeda sekali dengan tarombo Toba, seperti contohnya marga-marga dari Sicike-cike di Sidikalang dengan ibunya berru Padang dan berru Saraan bahwa mereka sudah 36 generasi, sedang marga-marga Toba rata-rata masih sekitar 20 generasi dan tidak lebih dari 25 generasi.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbowepJ9yHoHvWV7U3MMugJF8ekqqbhoJcHormcZpffePylFBb2sOdG81rATmBjG6lvAWxcy_QuAFvZQYs2Te41GwLf042S9Ksf2mSEKyvaXWr6tX81XxEmEHX7Cb49X372Im1aT1A7-Y/s1600/sejarah+simalungun.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; color: #4d469c; display: inline !important; float: right; line-height: 18.2px; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center; text-decoration: none;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbowepJ9yHoHvWV7U3MMugJF8ekqqbhoJcHormcZpffePylFBb2sOdG81rATmBjG6lvAWxcy_QuAFvZQYs2Te41GwLf042S9Ksf2mSEKyvaXWr6tX81XxEmEHX7Cb49X372Im1aT1A7-Y/s200/sejarah+simalungun.jpg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="130" /></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 18.2px;">Malah pihak Simalungun telah menyusun sebuah buku berjudul: “<b>SEJARAH ETNIS SIMALUNGUN</b>” (2012) </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;">hasil kerja dari sebuah tim yang mumpuni sebanyak 7 orang tanpa mengunakan kata “Batak” dan “sub-etnik”. Akan halnya dengan GKBP, sebenarnya namanya sejak awal GKP (Gereja Karo Protestan), tetapi oleh pengaruh Belanda dan pendeta Toba serta pendeta-pendeta lulusan Seminari Sipoholon mengakibatkan namanya dirubah menjadi GKBP (Gereja Batak Karo Protestan) pada tahun 1941. Pada waktu itu, </span><span style="font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; line-height: 13.65pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 13.65pt;">Ketua Moderamen GBKP, Pdt. J. van Muylwijk dan Sekretaris Moderamen adalah Guru Lucius Tambun ditetapkan untuk periode 1941-1943.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 13.65pt;"> Nama awalnya Gereja Karo Protestan (GKP) membuktikan bahwa mereka memang sejak awal bukan “Batak”. Selain itu, gabungan Katolik, gereja-gereja lain dan Muslim lebih banyak jumlahnya daripada keseluruhan warga GBKP, sehingga tidak merupakan suara mayoritas. Meskipun demikian, DNA Karo jauh lebih valid untuk membuktikan bahwa Karo bukanlah keturunan Toba dengan asal-usul yang berbeda (Lihat: Edward Simanungkalit, </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/dari-asia-daratan-hingga-di-tanah-karo-sebuah-penelusuran-para-ahli-genetika_57440670159373d806084351" style="color: #4d469c; line-height: 13.65pt; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">DARI ASIA DARATAN HINGGA DI TANAH KARO: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 13.65pt;">, dalam Kompasiana, 24/05-2016). Belakangan ada juga usaha untuk membatakkan Nias dengan menyebut Nias sebagai keturunan Raja Asi-asi, tetapi inipun juga secara arkeologi dan genetika berbeda antara Toba dengan Nias yang memiliki marka Y-DNA: O-M110 dan O-P203 (Lihat juga: <a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/karo-dan-nias-bukan-keturunan-si-raja-batak-ini-buktinya_56f37058cb23bdad10294dde" style="color: #4d469c; text-decoration: none;">KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA</a>, dalam Kompasiana, 24/03-2016). Jadi, pada dasarnya masing-masing etnis ini adalah etnis yang terbentuk sendiri-sendiri dan kemudian ada migran dari dalam ke luar dan dari luar ke dalam, tetapi bukan mengubah etnis aslinya.</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Si Raja Batak, Sang Tokoh Mitos</span></u></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">?</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Menarik, N. Siahaan, BA. dalam bukunya “Sejarah Kebudayaan Batak” (1964) mengemukakan dengan kritis dan jernih sebagai berikut:</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">“Berapa jumlah orang Batak dan kapan mereka tiba di sekitar gunung Pusuk Buhit tidak dapat dijawab (rasanya tidak mungkin hanya seorang, yakni Si Raja Batak dengan isterinya jadi nenek-moyang pertama). ... Mengenai riwayat Si Raja Batak, yakni leluhur bersama suku Batak, semata-mata masuk mitos. … Si Raja Batak sudah tokoh mitos, demikian juga Tatea Bulan dan Isumbaon. Tentang nama-nama yang lain kita terima saja mereka itu leluhur yang pernah hidup.” (1964:83,84,86).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Tepat sekali pertanyaan kritis dan pernyataan kritis N. Siahaan tadi, bahwa tidak mungkin hanya seorang bersama isterinya menjadi nenek-moyang bersama dan itu semata-mata merupakan mitos. sehingga Si Raja Batak adalah tokoh mitos!</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Di Humbang, mulai dari Silaban Rura hingga Siborong-borong telah ditemukan adanya aktivitas banyak manusia sekitar 6.500 tahun lalu. Dalam bukunya “Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia”, Peter Bellwood (2000:339) menulis: “Sebagai contoh, sebuah inti polen dari rawa Pea Simsim dekat Danau Toba di Sumatera bagian Utara menunjukkan bahwa pembukaan hutan kecil-kecilan mungkin sudah dimulai pada 4.500 Sebelum Masehi.”. Bellwood merujuk kepada hasil penelitian paleontologi oleh Bernard Kevin Maloney (1979) dari Universitas Hull, Inggris, di daerah Humbang, sebelah barat Danau Toba dan Bernard K. Maloney sendiri sudah menulis beberapa buku tentang hal ini. Penelitian paleontologi atas pembukaan hutan ini dilakukan pada 4 (empat) tempat, yaitu: di Pea Simsim, sebelah barat Nagasaribu, di Pea Bullock, dekat Silangit – Siborongborong, di Pea Sijajap, daerah Simamora Nabolak, dan di Tao Sipinggan, Silaban. Penelitian ini membuktikan bahwa telah ada aktivitas manusia sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang (www.anu.edu.au; www.manoa.hawaii.edu; </span><a href="http://www.lib.washington.edu/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">www.lib.washington.edu</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">). Fakta ini membuktikan bahwa lebih dulu ada banyak manusia di Humbang pada sekitar 6.500 tahun lalu dan Etnis Toba sekarang adalah keturunannya berdasarkan genetikanya. Dengan demikian, lebih tepat mengatakan bahwa Humbang sebagai kampung awal etnis Toba daripada Sianjur Mulamula, dan mereka inilah nenek-moyang Etnis Toba yang lebih awal, bukan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula dan sekaligus membuktikan bahwa Si Raja Batak tidak ada alias fiktif.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Selanjutnya, hasil penelitian para ahli genetika membuktikan juga bahwa populasi Toba memiliki Y-DNA Haplogroups:</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">K-M526*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">O-M95*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">O-M110</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">O-P201*</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">,</span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">O-P203</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, dan</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">R-M124</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">. Dengan demikian, keenam populasi tadi datang ke Negeri Toba dan bercampur membentuk sebuah populasi besar, yaitu populasi Toba. Kelima marka di awal datang pada masa pra-sejarah yang disusul</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">R-M124</span></b><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">pada tahun masehi, sehingga bukan sepasang suami-isteri seperti Si Raja Batak dengan isterinya. Jelas, bahwa Si Raja Batak hanyalah tokoh fiktif yang tidak pernah ada di dalam sejarah.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Ada kesan bahwa pihak pembuat mitos dan tarombo tersebut adalah orang-orang pembaca Alkitab, sehingga pihak tersebut berimajinasi tentang Adam dan Hawa di Taman Eden dan menulis tarombo seperti tarombo Adam. Sekaligus berat dugaan bahwa turian-turian dan tarombo Batak tersebut bukan warisan nenek-moyang yang dibuat beratus-ratus tahun yang lalu, tetapi diciptakan belakangan oleh orang modern. Walaupun mungkin saja sudah ada cerita (turiturian) sebelumnya, tetapi tidak sedetail itu seperti halnya banyak mitologi tentang asal-usul dari suku-suku di daerah lain, sehingga ada dugaan cerita (turiturian) tersebut sudah mengalami modifikasi sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan pihak yang merupakan tokoh intelektualnya.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Tarombo Bangso Batak Berpusat pada Si Raja Batak</span></u></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Dalam buku “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” (1926), W.M. Hutagalung menguraikan tarombo sebanyak 346 halaman. Tarombo yang berkaitan dengan Toba di dalam buku tersebut boleh dikatakan amburadul seperti tarombo penulis yaitu marga Simanungkalit. Kemudian berdasarkan tarombo Toba tersebut, maka W.M. Hutagalung menghubungkannya dengan marga-marga Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing dan dengan berbagai cara seperti “jurus padomuhon langit dohot tano” dijadikanlah marga-marga keempat etnis tersebut menjadi keturunan marga-marga Toba. Akibatnya, selain menjadikan keturunan Si Raja Batak, maka marga-marga keempat etnis tadi juga menjadi keturunan marga-marga Toba seakan-akan tanah Pakpak, tanah Karo, tanah Simalungun, dan tanah Mandailing itu tanah kosong ketika Si Raja Batak sampai di Sianjur Mulamula. Dan, kemudian, sebagai tanah kosong, maka datanglah keturunan Si Raja Batak dari marga-marga Toba membentuk masyarakat Pakpak, masyarakat Karo, masyarakat Simalungun, dan masyarakat Mandailing. Inilah kesalahan fatal yang dilakukan pegawai Belanda bernama W.M. Hutagalung dalam menulis buku tersebut atau mungkin juga merupakan kesalahan fatal yang disengaja untuk tujuan tertentu sesuai “pesanan”. Terlihat jelas bahwa W.M. Hutagalung, sang asisten demang tersebut, adalah memenuhi pesanan majikannya, penjajah Belanda, dan penjajah Belanda juga memfasilitasi upaya penulisan buku tersebut serta memerintahkan penerbitannya. </span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing bukanlah berasal dari Sianjur Mulamula dan ini sudah penulis kemukakan sebelumnya dalam tulisan berjudul “</span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-5_569bd0b91197736009c05cd9" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> ” (Kompasiana, 20/01-2016). Hal ini dikuatkan lagi dengan bukti-bukti arkeologis di masing-masing tanah tersebut, sehingga semakin tampak jelas betapa tidak masuk akalnya tarombo yang disusun oleh W.M. Hutagalung tersebut. Tarombo “Batak” ini diturunkan oleh tokoh mitos bernama Si Raja Batak dan dihubungkan dengan 4 (empat) etnis lain yang berbeda dengan Orang Toba, sehingga semakin sulit diterima pikiran sehat bahkan dapat menyesatkan. Untuk membangun Tarombo “Bangso Batak” seperti itu, maka dapat diduga banyak menggunakan turiturian dan legenda yang tidak valid, karena dasarnya sudah bertentangan dengan fakta. Untuk itu, Tarombo “Bangso Batak” tersebut harus diuji validitasnya dengan tes DNA/penelitian genetika apalagi dengan adanya lembaga terpercaya sekarang ini yang memberikan jasa tes DNA dengan mengenakan tarif sebesar $ 99 USD per-orang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br />Tarombo Bangso Batak sebagai Strategi Pembatakan</span></u></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Mulai dari tokoh tunggal yang menjadi puncak tarombo sudah
bermasalah ditambah dengan tarombo yang menghubungkan Si Raja Batak dengan Toba
dan dengan Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing membuat semakin bermasalah.
Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing dijadikan menjadi keturunan
marga-marga Toba yang pada akhirnya berpuncak kepada Si Raja Batak yang
menurunkan mereka semuanya. ‘Ypes mengatakan bahwa Dairi, Karo, Simalungun,
Angkola Mandailing berasal dari suku Toba, demikian juga dialeknya’ (Siahaan
& Pardede, 19..:15, 48). Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Karo,
Simalungun, Mandailing, dan Pakpak terbukti tidak berasal dari Sianjur
Mulamula, sehingga sama sekali bukan keturunan Si Raja Batak. Leluhur Karo,
Simalungun, Mandailing, dan Pakpak lebih tua dari Si Raja Batak. Tarombo
tersebut mempersatukan masyarakat non-Melayu tersebut menjadi sebuah etnis,
yaitu Etnis Batak dengan sub-etnik: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
Batak Mandailing, dan Batak Pakpak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Membuat perbandingan antara Si Raja Batak dengan suku lain
seperti Gayo akan memperlihatkan betapa terlalu cepatnya pertumbuhan keturunan
Si Raja Batak, sehingga patut dipertanyakan kebenaran tarombo tersebut.
Kemudian telah diperlihatkan betapa tidak masuk akalnya kalau hanya sepasang
manusia yang datang bermigrasi ke Sianjur Mulamula, karena tidak masuk akal
kalau hanya sepasang menjadi pendukung sebuah budaya seperti budaya Dong Son.
Selain itu, Karo, Simalungun, Mandailing, dan Pakpak memiliki ciri budaya yang
berbeda dengan Toba, apalagi Karo sudah dilakukan tes DNA di mana Y-DNA
Haplogroup dari Karo yaitu: <b>C-RPS4Y*</b>,<b> O-M95</b>,<b> O-M119</b>,<b> dan
R-M173</b>. Y-DNA dari Karo ini terbukti sama sekali bukan diturunkan oleh
marga-marga Toba seperti dibuat dalam tarombo Si Raja Batak tadi (Lihat: Edward
Simanungkalit, </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/karo-dan-nias-bukan-keturunan-si-raja-batak-ini-buktinya_56f37058cb23bdad10294dde"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">KARO DAN NIAS BUKAN
KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">, dalam Kompasiana,
24/03-2016)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Tarombo dengan nenek-moyang tunggal Si Raja Batak memiliki
keturunan Bangso Batak, yaitu: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak
Mandailing, dan Batak Pakpak. Ini merupakan usaha mempersatukan seluruh
masyarakat non-Melayu dalam satu nama “Batak” yang harus dibedakan dengan “Melayu”.
Jelas, pelabelan ini seperti yang dikemukakan oleh beberapa pakar sebelumnya,
yaitu: label Melayu dan label Batak. Pelabelan ini dikonstruksi oleh Belanda
dan secara khusus di Toba turut juga dikonstruksi oleh misionaris Jerman. Si
Raja Batak, yang tarombonya dibuat oleh Belanda melalui tangan W.M. Hutagalung
sebagai pesanan Belanda, tampak sekarang merupakan upaya konstruksi nama
“Batak” terhadap masyarakat non-Melayu. Tokoh mitos Si Raja Batak dibuat
namanya dengan memakai kata “Batak”, jelas adalah buatan Belanda untuk
keperluan konstruksi tersebut. Jadi, Si Raja Batak sebenarnya tidak ada dan itu
hanya tokoh ciptaan Belanda dalam mengkonstruksi atau dalam rangka pembatakan
masyarakat non-Melayu tersebut. Setelah misionaris Jerman dan kolonial Belanda
berhasil mengkonstruksi Toba menjadi “Batak” yang dimulai sejak mereka
berkiprah di Negeri Toba tahun 1862 dan kolonial Belanda ingin
memperkokoh pembatakan tersebut dengan memerintahkan penerbitan buku W.M.
Hutagalung (1926) dan buku K.W.H. Ypes (1932).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Sejak awal abad ke-20, sebelum buku W.M. Hutagalung diterbitkan
pada tahun 1926, Belanda mulai menggerakkan orang-orang Toba dari Negeri Toba
bermigrasi ke Tanah Simalungun. Migrasi ini sepenuhnya diback-up dan diarahkan
oleh Belanda dan misionaris Jerman/RMG dengan diadakannya sebuah pos yang
mengurusi migrasi ini di bawah pimpinan Andreas Simangunsong. Hingga terjadilah
migrasi besar-besaran dari Negeri Toba ke hampir seluruh Tanah Simalungun.
Hingga pada tahun 1920 saja di daerah ‘Ondeafdeling Simalungun’ sudah ada 21.832
jiwa orang Toba, dan 69.852 orang Simalungun. Antara tahun 1950-1956 hampir
250.000 orang Toba telah bermigrasi meninggalkan kampung halamannya. Demikian
juga orang-orang Toba bermigrasi dari Negeri Toba ke Tanah Pakpak dan sebagian
diteruskan hingga ke Tanah Alas. </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">Menurut sensus tahun 1930 terdapat 1.789 orang Toba
di Tanah Alas, sedang pada tahun 1934 sudah mencapai 3.500 orang Toba di Tanah Alas.
Tahun 1954 orang Toba di Tanah Alas mencapai 14.790 jiwa.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">Tahun 1974 jumlah penduduk Tanah Alas sebanyak 91.303
jiwa terdiri dari orang Alas (45%), Toba (35%), sedang suku lain-lain berkisar
20%</span></span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> (O.H.S. Purba dan Elvis F. Purba, 1998:6-27).
Migrasi yang berlangsung dari Negeri Toba ke Tanah Pakpak dan Tanah Simalungun
ini tentulah juga menimbulkan banyak permasalahan bagi orang Pakpak dan orang
Simalungun sebagai penduduk asli. Untuk masalah-masalah di Tanah Pakpak ini,
Budi Agustono telah menulis desertasi berjudul: “Rekonstruksi Identitas Etnik:
Sejarah Sosial Politik Orang Pakpak di Sumatera Utara 1958-2003” (2010). Sedang
Pdt. Dr. Martin Lukito Sinaga juga banyak membahas tentang migrasi Orang Toba
ke Tanah Simalungun di dalam bukunya: “Identitas Pos Kolonial ‘Gereja Suku’
dalam Masyarakat Sipil” (2004). Semua migrasi Toba ini diikuti oleh misionaris
Jerman/RMG yang diikuti dengan mendirikan gereja-gereja bagi para migran ini.
Di Dairi, penjajah Belanda menetapkan persyaratan bagi yang mau dilantik untuk
menempati suatu jabatan haruslah dibaptis dulu sebelumnya dan mau menerima
tarombo Bangso Batak, sehingga mulailah terjadi proses Tobanisasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Penciptaan sub-etnik yang dilakukan oleh antropolog kolonial
Belanda yang dicopy Payung Bangun yaitu: Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak tetap merupakan sisa-sisa ciptaan
kolonial sekarang ini. Pembuatan sub-etnik tersebut justru mendukung tarombo
yang disusun oleh Belanda melalui W.M. Hutagalung maupun Ypes. Meskipun yang
dilakukan oleh para antropolog ini hanya berdasarkan budaya, tetapi akan
melebur sub-etnik tersebut dan mempermudah proses pembatakan melalui tarombo
tadi. Pembatakan dengan tarombo terbukti telah merusak marga-marga etnis di
luar Toba tadi, karena disebut-sebut menjadi keturunan marga-marga Toba
sementara Si Raja Bataknya hanyalah mitos, bahkan tidak pernah ada seperti yang
diceritakan oleh W.M. Hutagalung. Akhirnya terjadilah pembatakan untuk
menjadikan sebuah etnik “Batak” melalui proses <i>Tobanisasi</i> dengan
meminjam istilah di dalam buku “Sejarah Etnis Simalungun”. Oleh karena itu,
penulis menyatakan tetap lebih baik dengan hanya menyebut: Toba, Karo,
Simalungun, Mandailing, Angkola, dan Pakpak seperti yang pernah disarankan oleh
Van der Tuuk sebelumnya (Bandingkan juga: Edward Simanungkalit, </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/halak-toba-orang-toba_56783131729773f615f0c2fe"><span style="color: #4d469c; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; text-decoration: none;">HALAK TOBA – ORANG TOBA</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">, dalam Kompasiana, 22/12-2016).<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;">Populasi Toba adalah Etnis Toba</span></u></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></u></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa yang pertama melakukan konstruksi terhadap Toba ialah misionaris Jerman, sehingga Toba yang pada awalnya dijadikan ”Batak”. Tetapi, kemudian hari Belanda melakukan konstruksi lebih luas lagi hingga seluruh masyarakat non-Melayu di daratan Sumatera Utara dibatakkan atau dijadikan “Batak”. Kemudian istilah “Batak” tadi kemudian ditambah, sehingga menjadi “Batak Toba” yang dapat dilihat pada judul buku-buku yang ditulis oleh Johannes Warneck pada awal abad ke-20. Kata “Batak” merupakan hasil konstruksi misionaris Jerman ini dan mereka memberikan arti baru di dalam kata tersebut seperti dikatakan oleh Dr. Johannes Warneck, yaitu: “Penunggang kuda yang lincah.” Penulis merasa arti ini berlebihan, karena Toba tidak memiliki sejarah yang menonjol dengan kuda bila dibandingkan dengan Simalungun yang pernah memiliki pasukan berkuda yang hebat. Tuan Rondahaim, Raja Raya, memiliki pasukan berkuda yang sangat kuat di penghujung abad ke-19, sehingga tidak pernah dapat dikalahkan oleh Belanda sampai akhir hayatnya.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Si Raja Batak adalah tokoh mitos ciptaan Belanda yang tidak pernah ada secara fisik. Oleh karena tidak tepat menggunakan nama “Si Raja Batak”, maka lebih baik menyebutnya sebagai penghuni awal Sianjur Mulamula yang jumlahnya banyak. Penghuni awal Sianjur Mulamula ini juga bukanlah satu-satunya nenek-moyang Populasi Toba, karena penghuni awal Humbang sudah lebih dulu berdiam di sana sejak 6.500 tahun lalu. Selanjutnya, perlu kembali kepada masyarakat Toba masa lalu di dalam</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">huta-horja-bius</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">di mana Raja Singamangaraja sebagai primus interpares yang dibubarkan oleh Belanda pada tahun 1915. Huta dan horja dibangun oleh satu marga dan kemudian bergabung dengan horja lainnya membentuk bius. Di sinilah ada tarombo yang dimiliki oleh masing-masing marga di dalam huta dan horja tadi. Huta-horja-bius ini dibangun oleh beberapa marga dan marga-marga tersebut bekerja sama di dalam bius, sehingga tidak pernah ditemukan tarombo seperti yang disusun oleh Belanda melalui tangan W.M. Hutagalung (1926) maupun W.K.H. Ypes (1932), meskipun perbedaan tarombo yang ditulis kedua orang ini sangat mendasar perbedaannya. Kalaupun ada tarombo, maka tarombo itu adalah tarombo marga-marga/rumpun marga. Dengan demikian, maka istilah “Batak”, “Tano Batak”, “Si Raja Batak”, “Bangso Batak”, dan “Tarombo Bangso Batak” hanyalah ciptaan dan konstruksi misionaris Jerman dan Belanda. Sedang, buku: “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak” yang ditulis oleh W.M. Hutagalung (1926) hanyalah menjadi duri dalam daging sekarang ini. Akhirnya, sejarah harus ditulis ulang kembali!</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">***</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">_____________________________________</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: justify;">
<b><u><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Catatan kaki</span></u></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">:</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">K-M526*</span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, yang muncul di Sundaland, adalah yang menurunkan O-M175 dan diperkirakan ke Yunan, Tiongkok Selatan. O-M175 memiliki sub-clade atau menurunkan: O-M95, O-M122, dan O-M119. O-M95 diasosiakan dengan Austroasiatik. Sedang turunan O-M122 antara lain O-P201. Turunan O-M119 adalah O-M110 dan O-P203. O-M110 diasosiakan Tai Kadai tetapi yang di Taiwan berbahasa Austronesia dan O-P203 diasosiakan Austronesia. O-M119 yang berada di sekitar Yunan diasosiakan Austronesia dan O-P201 yang berada di antara Yunan dengan Teluk Tonkin ditemukan berbahasa Austronesia. Selain O-M95 berbahasa Austroasiatik, yang berada di sekitar Yunan ada berbahasa Austronesia dan inilah kemungkinan proto-Austronesia, sedang yang di Taiwan berbahasa Austronesia. Jadi, pre-Austronesia atau proto-Austronesia berasal dari Asia Daratan, sedang dari Taiwan berasal Austronesia. Adapun R-M124 adalah sub-clade dari R dan R sendiri adalah keturunan dari K-M526*. R ditemukan di Asia Tengah, sedang R-M124 berasal dari India, di Asia Selatan. Dengan demikian, semuanya merupakan turunan dari Sundaland, sehingga penghuni awal Sianjur Mulamula yang berbahasa Austronesia dengan berbudaya Dongson itu bukan dari </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/etnis-toba-gagal-menjadi-israel-yang-hilang_56f57ad22f7a61bb21e0bfc8" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Israel</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> di </span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/sungguh-orang-toba-bukan-israel-yang-hilang_56df08c64f97738e22a91daf" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Timur</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"></span><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/maaf-etnis-toba-memang-bukan-israel-yang-hilang_56f0a80c8223bda40456158e" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Tengah</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> maupun dari Manchuria. Jurnal mengenai DNA di atas merupakan hasil penelitian dari 20-an orang professor doctor dari berbagai Negara yang melakukan penelitian di Asia Timur dan Asia Tenggara.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Di dekat Teluk Tonkin, Vietnam pernah berkembang dua buah kebudayaan, yaitu: kebudayaan Hoabinh atau Hoabinhian (18.000-3.000 tahun lalu, menurut Belwood, 2000:238-241) dan kebudayaan Dongson (</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">5.000-2.000 SM,</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kebudayaan_Dongson" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Wikipedia</span></a><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">). Hoabinhian ini ditemukan berbahasa Austroasiatik, sedang</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Dongson berbahasa Austronesia. Itu sebabnya diperkirakan bahwa Hoabinhian itu O-M95*. Orang Asli atau suku Semang di Malaysia sekarang berasal dari Hoabinhian yang berbahasa Austroasiatik. Kalau dilihat dari fisik, bahwa Orang Asli ini berkulit hitam. Sedang fosil Hoabinhian yang ditemukan di gua Loyang Mandale dekat Takengon, Gayo, berusia 7.400 tahun (belakangan ditemukan berusia 8.430 tahun) sebagaimana dilaporkan pimpinan tim arkeologi Balarmed di Gayo, Aceh Tengah, Ketut Wiradnyana di dalam bukunya, GAYO MERANGKAI IDENTITAS</span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">(2011). Fosil Hoabinhian dari gua Loyang Mendale ini telah dilakukan tes DNA oleh Eijkman Institute dan dihubungan dengan</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><a href="http://www.lintasgayo.com/15540/nenek-moyang-kita-dari-afrika.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">DNA dari 300 lebih siswa/i</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">di Takengon pada tahun 2011, sehingga terbukti bahwa orang Gayo adalah keturunan dari fosil Hobinhian tersebut (Lihat juga: Ketut Wiradnyana, </span><a href="https://www.academia.edu/2982411/hoabinh_dan_austronesia" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Indikasi Pembauran Budaya Hoabinh dan Austronesia di Pulau Sumatera Bagian Utara</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">, 2011). Akitivitas pembukaan hutan kecil-kecilan 6.500 tahun lalu di Humbang, dari Silaban Rura hingga Silangit, Siborong-borong, yang ditemukan oleh Bernard K. Maloney (1979) besar kemungkinan dilakukan oleh Hoabinhian yang datang dari Gayo, Aceh Tengah ini. Itu sebabnya, sejak awal di tahun 2015 lalu, penulis berkesimpulan bahwa Hoabinhian dari Loyang Mandale inilah yang datang ke Humbang pada 6.500 tahun lalu, karena cocok dari segi waktu dan ciri-ciri lainnya.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Kebudayaan Dongson lebih maju daripada kebudayaan Hoanbinh (Hoabinhian), karena Dongson sudah merupakan budaya perunggu, sedang Hoabinhian masih merupakan budaya zaman batu akhir. Sementara situs-situs arkeologi yang ditemukan di Kabupaten Samosir merupakan hasil dari budaya Dongson dan kebudayaan Toba didominasi oleh budaya Dongson dengan berbahasa Austronesia. O-P201 yang berbahasa Austronesia berasal dari sekitar Dong Son di dekat Teluk Tonkin, Vietnam di mana daerah Dong Son ini berada di antara Yunan dengan Teluk Tonkin, Vietnam Utara. Jelas, bahwa penghuni awal Sianjur Mulamula bukan berasal dari Gayo, karena yang di Gayo adalah Hoabinhian. Memang ada juga ditemukan fosil Austronesia di Gayo, tetapi berasal dari masa yang lebih muda sebagaima dijelaskan oleh arkeolog Ketut Wiradnya dalam tulisannya yang disebutkan di atas. Walaupun Gayo dan Toba sama-sama berbahasa Austronesia, tetapi Gayo tidak berbudaya Dongson, sedang Toba berbudaya Dongson. Itu sebabnya, arkeolog Ketut Wiradnyana, yang memimpin Tim Balai Arkeologi Medan di Gayo, mengemukakan:</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">“Sampai saat sekarang ini saya belum menemukan adanya budaya Dongson (Tanah Batak) di bumi Gayo. Kita akan melakukan kajian lebih mendalam lagi tentang ini. … Sementara di Tanah Batak didominasi oleh budaya Dongson (salah satu budaya berasal dari Vietnam Utara) yang perkembangannya sekitar 2500 tahun yang lalu. Budaya Dongson ini ditandai dengan adanya logam dan pola hias yang ditemukan di rumah Batak Toba, yang menggambarkan binatang atau manusia dengan hiasan bulu-bulu panjang.” (</span><a href="http://www.lintasgayo.com/17577/orang-batak-berasal-dari-gayo.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Lintas Gayo, 14/01-2012</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">).</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/lipQD07tXV8/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/lipQD07tXV8?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: start;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">(<b>*</b>)</span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;">Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></b><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></b></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr55pvZV5S9qYdgu_xCy0RKD3Rc5ZGaAvuuRu-IGklKo0CPzGfMhj2wftiMCceWT7QRSlyN9y7-3IJ8nugXx6zzP6d5TeTpXEM3POGeJRKKGxpxWGaxsnm7Bjq-zygRSkJetLuXXIAQ-Y/s1600/Uncle+Ed.png" imageanchor="1" style="clear: right; color: #4d469c; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr55pvZV5S9qYdgu_xCy0RKD3Rc5ZGaAvuuRu-IGklKo0CPzGfMhj2wftiMCceWT7QRSlyN9y7-3IJ8nugXx6zzP6d5TeTpXEM3POGeJRKKGxpxWGaxsnm7Bjq-zygRSkJetLuXXIAQ-Y/s200/Uncle+Ed.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="175" /></a></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt;"><br /></span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0in;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhE-YmotJLKeIer1V8noQzCNcQgCyO7SjjPxzA9tl0n1HiBtN6648bBZ7fbfnQCvl_eaMeYcVRDyBR43qR3yAlKLhS3i9PJxKRnGD9rWWrdePt3QkZalOpJE6a0ep4xknVsAA4xUuRUIZk/s1600/Uncle+Ed.png" style="color: #4d469c; text-decoration: none;"><span style="color: #3778cd; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"></span></a><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><b style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: start;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 15.3333px;"><br /></span></b></span>
</div>
</div>
</div>
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com31tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-52750516718379378892016-06-06T03:25:00.000+07:002016-06-10T01:16:40.225+07:00DARI ASIA DARATAN HINGGA DI TANAH KARO: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 18.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 18.0pt; line-height: 115%;">DARI ASIA DARATAN HINGGA DI TANAH KARO<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%;">Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Oleh: Edward Simanungkalit<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCqAL4S2BK9ZKu19Cp6VV6WDYi-Hc9A0vTBXip9C0vLMOv2A8_w5pzChOpTecl6D943RopFLwoFjl2UCwB1miPxXHAj5E_lMRFWH5y9z2zPrxlcg-FeLQEphq7th1n-EzpGJjjtIFFPWg/s1600/13120864_120300000001276704_482194192_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCqAL4S2BK9ZKu19Cp6VV6WDYi-Hc9A0vTBXip9C0vLMOv2A8_w5pzChOpTecl6D943RopFLwoFjl2UCwB1miPxXHAj5E_lMRFWH5y9z2zPrxlcg-FeLQEphq7th1n-EzpGJjjtIFFPWg/s640/13120864_120300000001276704_482194192_o.png" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">Sumber: www.forgottenmotherland.com</span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<!--[if gte vml 1]><v:shapetype
id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t"
path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f">
<v:stroke joinstyle="miter"/>
<v:formulas>
<v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"/>
<v:f eqn="sum @0 1 0"/>
<v:f eqn="sum 0 0 @1"/>
<v:f eqn="prod @2 1 2"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @0 0 1"/>
<v:f eqn="prod @6 1 2"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"/>
<v:f eqn="sum @8 21600 0"/>
<v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"/>
<v:f eqn="sum @10 21600 0"/>
</v:formulas>
<v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"/>
<o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"/>
</v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_1" o:spid="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75"
style='width:468.75pt;height:312pt;visibility:visible;mso-wrap-style:square'>
<v:imagedata src="file:///C:\Users\smart\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg"
o:title="13120864_120300000001276704_482194192_o"/>
</v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><!--[endif]--></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Setelah
sekian lama menunggu tulisan tentang Karo berdasarkan genetika dan belum
muncul-muncul juga, maka akhirnya penulis memutuskan untuk menulis artikel ini.
Berdasarkan Y-DNA Haplogroups dari populasi Karo, maka dapatlah ditelusuri
mengenai asal-usulnya. Karo Y-DNA Haplogroups terdiri dari: <b>C-RPS4Y*=</b> 19,05%, <b>R-M173</b>= 19,05%, <b>O-M95*</b> =
19:05%, dan <b>O-M119</b>= 42,85%. Seperti
itulah Y-DNA Haplogroups dari populasi Karo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <b>C-RPS4Y*</b> merupakan subclade dari Y-DNA C,
tetapi masih masih memakai tanda (*) yang artinya masih memerlukan penelitian
untuk memperjelasnya lebih jauh. Paragroup C ditemukan dalam populasi kuno di
setiap benua kecuali Afrika dan dominan Y-DNA Haplogroup di antara banyak laki-laki
milik masyarakat asli di Asia Tengah/Siberia,
Amerika Utara dan Oseania. Paragroup C ini tidak langsung lagi berasal dari Afrika,
tetapi muncul di luar Afrika setelah bermutasi pada sekitar 60.000 tahun lalu. Kemudian <b>C-RPS4Y*</b> banyak ditemui di Nusa
Tenggara Timur, Maluku, dan suku Aborigin Australia, tetapi Karafet et al.
(2010) mengemukakan bahwa <b>C-RPS4Y*</b> ditemukan
juga di Indonesia (termasuk bagian Barat) dan Asia Tenggara. Dengan demikian, kemungkinannya
<b>C-RPS4Y*</b> bermigrasi ke Tanah Karo
adalah dari Asia Daratan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">O-M95*</span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> diasosiakan sebagai penutur
Austroasiatik. Jean A. Trejaut et al. (2014) mengemukakan bahwa <b>O-M95*</b> bermigrasi dari Indochina ke
Indonesia Barat. <b>O-M95*</b> bermigrasi
melalui Semenanjung Malaka terus ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. <b>O-M95* </b>ditemukan juga pada Karo Y-DNA
Haplogroups. <b>O-M95*</b> ini diperkirakan
lebih dulu bermigrasi sebelum ekspansi Austronesia di sekitar 4.000 – 6.000
tahun lalu. <b>O-M95*</b> bermigrasi masuk melalui pantai timur Sumatera. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Melihat pada
beberapa ekskavasi arkeologi atas bukit-bukit kerang yang dilakukan di
sepanjang pesisir Timur mulai dari sekitar Medan hingga Lhokseumawe, maka
terbukti jelas bahwa para pendukung budaya Hoabinh sudah datang ke sana. Berdasarkan
fosil berusia 7.400 tahun lalu (belakangan ditemukan lagi fosil berusia 8.430
tahun lalu) yang dicocokkan DNAnya dengan orang-orang Gayo oleh Eijkman
Institute, maka terbukti bahwa Gayo adalah keturunan dari pendukung budaya
Hoabinh tersebut, sedang Gayo dengan Karo berkerabat sangat dekat secara
genetik. Para pendukung budaya Hoabinh ini datang dari Teluk Tonkin, Vietnam
dan kalau melihat kepada daerah asal Hoabinhian ini, maka ada sementara pihak
yang menghubungkannya dengan bahasa Austroasiatik dan mereka menduga ada
kaitannya dengan <b>O-M95*</b>. Meskipun
demikian, terhadap dugaan ini tetap harus dilakukan pembuktian. Hoabinhian
adalah kebudayaan yang berkembang di Vietnam Utara, dekat Teluk Tonkin pada
sekitar 10.000 – 2.000 SM. Di dekat daerah itu juga berkembang kebudayaan
Dongson pada sekitar 5.000 – 2.000 SM (Wikipedia).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <b>O-M119</b> sering ditemukan pada populasi
berbahasa Austronesia yang kemudian mendominasi bahasa Karo menjadi termasuk ke
dalam rumpun bahasa Austronesia. Karafet et al. (2010) dalam papernya
mengemukakan bahwa ekspansi Austronesia telah berlangsung pada periode sekitar
4.000 – 6.000 tahun lalu. “<span style="background: white;">Akan
tetapi”, seperti disampaikan oleh Gludhug A. Purnomo dari Eijkman Institute
(02/03-2016), “terdapat hipotesis bahwa beberapa sub clades dari Haplogroup O (<b>O-M119</b> dan O-M122) diduga berasosiasi
dengan Ekspansi Austronesia pada masa Plestocene.” </span> Populasi <b>O-M119</b>
yang berbahasa Austronesia ini datang dari Asia Daratan dan masuk dari pantai timur
Sumatera.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <b>R-M173</b> paling kuat berasal dari Asia
Selatan, menurut Soares (2010). Dari sejarahnya, bahwa penutur Dravida dari
India, Asia Selatan memang banyak datang ke Tanah Karo terutama pada millennium
kedua masehi. Mereka ini masuk melalui pantai timur Sumatera.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirtbZaLaqGC3rAf2g7ia_Rnra1Z0P78ZBbScbxEMjZ92Quj-PWgVlfk4AZiMa49y5QyX8ema0O84NBBGlZ9kuOLXSQoxyFH3E6ZBnv7UIwBhmeBKEFS8_HBmhWj4nEonnG6DwaRLkmqBY/s1600/Deng+et+al.+2015.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="395" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirtbZaLaqGC3rAf2g7ia_Rnra1Z0P78ZBbScbxEMjZ92Quj-PWgVlfk4AZiMa49y5QyX8ema0O84NBBGlZ9kuOLXSQoxyFH3E6ZBnv7UIwBhmeBKEFS8_HBmhWj4nEonnG6DwaRLkmqBY/s640/Deng+et+al.+2015.JPG" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><span style="font-size: x-small;"> Lian Deng et al. (2015)/ Sumber: www.nature.com</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <b>Akhirnya</b>, populasi <b>C-RPS4Y*,</b> populasi <b>O-M95*, </b>populasi
<b>O-M119</b>, dan populasi <b>R-M173</b> datang ke Tanah Karo dari pantai
timur Sumatera dengan masing-masing rombongan dalam waktu berbeda-beda yang
didahului <b>C-RPS4Y*</b>. Di Tanah Karo,
keempat populasi ini kemudian bercampur membentuk sebuah populasi besar dengan KARO
Y-DNA Haplogroups seperti yang dikemukakan di awal dan mereka inilah yang
sekarang menjadi populasi Karo. Jadi, pada dasarnya Etnis Karo itu terbentuk
sendiri. (<b>*</b>)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM3RbgV1tnMXbHHp9GrvpYw1BHR7O6AzxI_WWitcehJko5tP0dtD_Qihv_mgxxc63BM6bBZJ-K22aoZgMHoG12nfbNmShpBqaoTNyhmUNli88bpboAaW4fDKW1RfjUjOX_fbHnteg1U1Y/s1600/Map+DNA-1-httpblogs.discovermagazine.comgnxp201107to-the-antipode-of-asia%2523.VsSWBbR97IU.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM3RbgV1tnMXbHHp9GrvpYw1BHR7O6AzxI_WWitcehJko5tP0dtD_Qihv_mgxxc63BM6bBZJ-K22aoZgMHoG12nfbNmShpBqaoTNyhmUNli88bpboAaW4fDKW1RfjUjOX_fbHnteg1U1Y/s1600/Map+DNA-1-httpblogs.discovermagazine.comgnxp201107to-the-antipode-of-asia%2523.VsSWBbR97IU.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><span style="font-size: x-small;">Sumber: httpblogs.discovermagazine.com</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">REFERENSI
& L I N K:<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Tatiana
M. Karafet et al. (2010) – klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<a href="http://massey.genomicus.com/publications/Karafet_2010_MolBiolEvol_v27_p1833.pdf"><span style="font-family: "advpsb31c" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: AdvPSB31C;">http://massey.genomicus.com/publications/Karafet_2010_MolBiolEvol_v27_p1833.pdf</span></a><span style="font-family: "advpsb31c" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: AdvPSB31C;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Tatiana M. Karafet et al. (2014) - klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://www.nature.com/ejhg/journal/v23/n3/full/ejhg2014106a.html">http://www.nature.com/ejhg/journal/v23/n3/full/ejhg2014106a.html</a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Jean
A. Trejaut et al. (2014) - klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="http://bmcgenet.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2156-15-77"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">http://bmcgenet.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2156-15-77</span></a><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Haplogroup
C (Y-DNA) – klik - klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="http://familypedia.wikia.com/wiki/Haplogroup_C_(Y-DNA)"><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">http://familypedia.wikia.com/wiki/Haplogroup_C_(Y-DNA)</span></a><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Haplogroup
C (Y-DNA) - Distribution<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://www.liquisearch.com/haplogroup_c_y-dna/distribution">http://www.liquisearch.com/haplogroup_c_y-dna/distribution</a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Haplogroup
R (Y-DNA)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Haplogroup_R_(Y-DNA)"><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">https://en.wikipedia.org/wiki/Haplogroup_R_(Y-DNA)</span></a><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Haplogroup R1<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt;">
<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Haplogroup_R1"><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">https://en.wikipedia.org/wiki/Haplogroup_R1</span></a><span style="color: #333333; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">HAPLOGROUP
R-M173<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m173">http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m173</a></span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "trebuchet ms" , sans-serif;">(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: right;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB-hB1wHCWSqaMXSLBVeQ5I2LnIXuLMb01wNZNJfe0G6VjL8MXrLkInWHbyZvfHpJx7aOpW2Nno1WddClKlw3P6OiNcwzaA6uOrJVRSNA6n0Cgo229jcV81vHAYG4agmJX0QuZ_yvKWmo/s1600/Uncle+Ed.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjB-hB1wHCWSqaMXSLBVeQ5I2LnIXuLMb01wNZNJfe0G6VjL8MXrLkInWHbyZvfHpJx7aOpW2Nno1WddClKlw3P6OiNcwzaA6uOrJVRSNA6n0Cgo229jcV81vHAYG4agmJX0QuZ_yvKWmo/s200/Uncle+Ed.png" width="175" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-42884271722166006112016-05-31T15:36:00.004+07:002016-06-10T01:16:59.093+07:00DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 20.0pt; line-height: 115%;">DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA</span></b><b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "helvetica" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span></b><b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%;">Sebuah
Penelusuran Para Ahli Genetika</span></b><b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "helvetica" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b><br />
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; line-height: 115%;">Oleh: Edward Simanungkalit *</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIsEijMFZm1GK0bbaMhVCBh-6waAwCiS-AyGjUMZcrm2hbWBAVnz7KKqVxWFWxdZMx1Zohoqs2Ccywo3fF2lM_D1VKlrjctsYu184Upu_bJjihhmzm0sIxwrlH3avOvKVNnKOIdJKGyic/s1600/50000-years-ago.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="401" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIsEijMFZm1GK0bbaMhVCBh-6waAwCiS-AyGjUMZcrm2hbWBAVnz7KKqVxWFWxdZMx1Zohoqs2Ccywo3fF2lM_D1VKlrjctsYu184Upu_bJjihhmzm0sIxwrlH3avOvKVNnKOIdJKGyic/s640/50000-years-ago.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "helvetica" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber:
forgottenmotherland.com <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "helvetica" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sundaland dalam Ilmu Pengetahuan Modern <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Setelah Gunung Toba meletus 74.000 tahun lalu
yang memusnahkan hampir semua manusia dan kalderanya menjadi Danau Toba, maka
terjadi kembali migrasi manusia dari Afrika ke Sundaland di sekitar 70.000
tahun lalu. Mereka bermigrasi menyusuri pesisir pantai melalui India Selatan
sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Stephen Oppenheimer dari Oxford University,
Inggris, yang dikenal menulis buku: “Eden in The East: The Drowned Continent of
Southeast Asia” (1999). Dia menulis buku ini setelah memimpin proyek besar yang
dipercayakan HUGO (Human Genome Organizatioan) melakukan pemetaan DNA manusia
sedunia (Kompas, 20/10-2011). Kemudian 90 orang lebih ilmuwan Asia dari
konsorsium Pan-Asian SNP di bawah naungan Human Genome Organization (HUGO)
memetakan jalur migrasi manusia ini sebagai satu-satunya jalur migrasi ke
Sundaland secara lebih tegas. Para ilmuwan ini telah melakukan studi terhadap
73 populasi Asia Tenggara dan Asia Timur, yang selain berhasil memetakan jalur
migrasi tadi, mereka menyimpulkan bahwa akar genetik manusia berhubungan sangat
erat antara kelompok etnik dan kelompok bahasa (Detik, 11/12-2009; Kompas,
14/12-2009 & 12/12-2011). Migrasi dari Afrika yang tejadi ini sebagian
melewati Sundaland hingga sampai ke Papua dan Australia, yang sekarang disebut Aborigin
di Australia. Migrasi dari Afrika ini sesuai dengan teori “Out of Africa” yang
terkenal itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sejak 20.000 tahun lalu, menjelang tenggelamnya
Sundaland, terjadi banyak letusan gunung berapi, gempa bumi, dan banjir,
sehingga membuat para penghuni Sundaland berhamburan ke Asia Daratan, yang
disebut sebagai peristiwa “Out of Sundaland”. Dengan demikian, selama 50.000
tahun sudah banyak manusia mendiami Sundaland, sehingga Stephen Oppenheimer
tiba pada kesimpulan bahwa Sundaland merupakan induk peradaban dunia (Kompas,
27/10-2010). Di sisi lain, Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D. dalam bukunya:
“Atlantis The Lost Continent Finally Found” (2005), malah menguraikan sebuah
teori yang menempatkan secara definitif bahwa Atlantis berada di wilayah
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Brunei (Wikipedia). Kemudian terkait dengan
keterlibatannya dalam penelitian atas situs megalitik Gunung Padang di Cianjur,
geolog Dr. Danny Hilman (2013), menulis dan meluncurkan bukunya dalam acara
seminar: “PLATO TIDAK BOHONG: Atlantis Ada di Indonesia”. Lebih jauh lagi,
Dhani Irwanto, dalam bukunya: “Atlantis: The Lost City is in Java Sea” (2015),
menyampaikan sebuah hipotesis baru bahwa Atlantis ada di Laut Jawa, dekat Pulau
Bawean, yaitu di antara pulau Bawean dengan daratan Kalimantan. Semuanya ini
menyebabkan Indonesia menjadi perhatian para ilmuwan dunia sekarang ini dengan
sebuah pertanyaan: “Apakah yang mereka kerjakan selama 50.000 tahun di
Sundaland?”. Stephen Oppenheimer dan Arysio Nunes dos Santos telah berjasa
mempromosikan Indonesia ke seluruh dunia melalui buku yang mereka tulis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sundaland akhinya tenggelam sekitar 8.000 tahun
lalu di mana air laut naik permukaannya hingga memasuki daratan rendah
Sundaland tersebut. Sehingga, tinggallah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya, yang merupakan daratan tertinggi dari Sundaland tersebut
dan menjadi terpisah dari Semenanjung Malaka. Demikianlah bekas kawasan
Sundaland yang sekarang dikenal dengan Semanjung Malaka, Sumatera, Jawa,
Kalimantan, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Y-DNA Haplogroups dari Populasi Toba <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sebagaimana dikemukakan oleh Tatiana M. Karafet
(Karafet et al. 2010), dari Universitas Arizona – Amerika Serikat, bahwa TOBA
Y-DNA Haplogroup terdiri dari: <b>K-M526*=</b>
13,51%, <b>O-M95*=</b> 13.51%, <b>O-M201*=</b> 56,76%, <b>O-M110</b>= 10,81%, <b>O-P203</b>=
2,7%, dan <b>R-M214</b>= 2,7%
(http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion
Thread/page49). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Kemudian lebih lengkap lagi mengenai Y-DNA Toba
ini digambarkan seperti di bawah ini: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtAxWr0JPIwhzavHrnUBHUhPv6iS8bRskZLpPwksrXzBObrYQtcBcM5BGxIKTJH6FyxsDxkR3U7Pegn3K861SomTOWZNe9PERe5gz28ZRhQ_S-0dKcIRsTRl2nW4Qr5XvwlqbJZ3518Mw/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtAxWr0JPIwhzavHrnUBHUhPv6iS8bRskZLpPwksrXzBObrYQtcBcM5BGxIKTJH6FyxsDxkR3U7Pegn3K861SomTOWZNe9PERe5gz28ZRhQ_S-0dKcIRsTRl2nW4Qr5XvwlqbJZ3518Mw/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber: forgottenmotherland.com</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Populasi Sundaland Tatiana M. Karafet et al.
(2010) menjelaskan sebelumnya bahwa <b>K-M526*</b>
ditemukan di Sumatera dan Sulawesi.<b>
K-M526* </b>ditemukan pada Toba dan Mandar. Karena ada ditemukan pada populasi
etnis Toba, sehingga perlu juga hal ini dibicarakan secara khusus. Phylogeny
tree yang disusun berdasarkan penelitian Tatiana M. Karafet et al. (2014),
dalam papernya: “Improved phylogenetic resolution and rapid diversification of
Y-chromosome haplogroup <b>K-M526</b> in
Southeast Asia”, membantu memberikan penjelasan tentang <b>K-M526*</b> yang berawal dari K2. Terkait dengan Toba Y-DNA Haplogroups
di atas, maka lebih jauh perlu juga melihat Phylogenetic Tree berdasarkan
Karafet et al., (2014) sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_L_exY2h1m2KMcUu5bij5gmHm5RE7ZDBwVjeUVMhDXs3wP-N4LciAK8jidHOwbBZQzKjuLJ-euXqnwzwW1V7UwpPc0vDsUyy-nWkhsW71wKojUxNNE7-4vSTRdVfm-H3rlxzf687c8_0/s1600/K2+phylotree.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_L_exY2h1m2KMcUu5bij5gmHm5RE7ZDBwVjeUVMhDXs3wP-N4LciAK8jidHOwbBZQzKjuLJ-euXqnwzwW1V7UwpPc0vDsUyy-nWkhsW71wKojUxNNE7-4vSTRdVfm-H3rlxzf687c8_0/s640/K2+phylotree.jpg" width="498" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber: forgottenmotherland.com</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Karafet et al. (2014) menjelaskan bahwa
struktur filogenetik dari haplogroup <b>K-M526*</b>
sekarang dibagi dalam 4 subclade utama (K2a-d). Adapun yang terbesar ialah K2b,
yang dibagi menjadi dua kelompok: K2b1 dan K2b2. K2b1 menggabungkan haplogroup
sebelumnya yang dikenal sebagai haplogroup M, S, K-P60 dan K-P79. Sedang K2b2
terdiri dari haplogroup P dan sub-haplogroup Q dan R, yang mayoritas membentuk
garis keturunan ayah/pria (paternal) di Eropa, Eurasia dan Amerika. Dan, merupakan
satu-satunya subclade K2b yang berada di luar geografi Sundaland dan Oseania.
Itu sebabnya, disimpulkan bahwa haplogroup P, yang merupakan leluhur bangsa
Eropa, bermigrasi dari Sundaland seperti dikemukakan sebelumnya oleh Stephen
Oppenheimer. Sementara itu<b>, K2-M526*</b>
ditemukan pada populasi Sumatra & Sulawesi, dan jika perpisahan ini terjadi
50.000 tahun yang lalu, maka lokasi paling ideal adalah di antara keduanya,
yaitu Sundaland. Berdasarkan mtDNA populasi Etnis Toba dengan macrohaplogroup M
yang sebanding dengan frekuensi <b>K-M526*</b>,<b> </b>maka diperkirakan <b>K-M526*</b> berasal dari populasi Sundaland. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEdL24YlYBrZwps4QFDgizE-qVBMKVdFmyG0F_OtlleNy9dNIiVJP0GNZ2H4oKGON0qlG-2vsZQRhuxtSLRD9tEqFXrzUdjrKq_8W9BOzhUh0mEDVJIVTxEdEoBSUS1SKNTEPMHRsqwFc/s1600/Y-DNA-K-Sundaland.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEdL24YlYBrZwps4QFDgizE-qVBMKVdFmyG0F_OtlleNy9dNIiVJP0GNZ2H4oKGON0qlG-2vsZQRhuxtSLRD9tEqFXrzUdjrKq_8W9BOzhUh0mEDVJIVTxEdEoBSUS1SKNTEPMHRsqwFc/s400/Y-DNA-K-Sundaland.png" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqVeDmbY3Mr1ayPhvWrGfzcF0iYVGqv9LWR3ydPK-yr-zsrumeixtpI1ood1f2XBOtmYtBoOYK3cXcGoOfJMZs74f2nKgWC32Jkzpob0jc7UV9ky3dyAtQK4I2ekoaA6re2wo2nmPfpro/s1600/Y-DNA-K-Sundaland-arrows.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="350" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqVeDmbY3Mr1ayPhvWrGfzcF0iYVGqv9LWR3ydPK-yr-zsrumeixtpI1ood1f2XBOtmYtBoOYK3cXcGoOfJMZs74f2nKgWC32Jkzpob0jc7UV9ky3dyAtQK4I2ekoaA6re2wo2nmPfpro/s400/Y-DNA-K-Sundaland-arrows.png" width="400" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sumber: geneticdisorders.info</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Y-DNA dari Populasi Toba<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Pada Phylogenetic Tree tadi jelas bahwa <b>K-M526*</b> muncul di Sundaland sekitar
50.000 tahun lalu. Haplogroup K menurunkan K1 dan K2, sedang K2 ini juga
dikenal sebagai <b>K-M526</b>*. Adapun <b>K-M526*</b> ini merupakan salah satu Toba
Y-DNA Haplogroups seperti telah dikemukakan di atas. K2 memiliki subclade
utama: K2a, K2b, K2c, dan K2d. Sedang K2a menurunkan NO dan kemudian NO
menurunkan O-M175. Adapun O-M175 menurunkan O-M122, O-M119, dan <b>O-M95*</b>, yang menurut Karafet et al.
(2010) berasal dari Asia Daratan pada masa Pleistosen. O-M122 menurunkan <b>O-P201*</b> dan O-M119 menurunkan <b>O-M110</b> dan <b>O-P203</b>. Selanjutnya, K2b2 menurunkan R2 (termasuk <b>R-M124</b>) dan R1 (R1a dan R1b). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">K-M526*</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> ada pada sebagian populasi di Indonesia. Di
Indonesia Timur dan Tengah, frekwensi <b>K-M526*</b>
ini lebih besar persentasenya. Di Sumatera, frekwensi <b>K-M526*</b> relatif lebih kecil persentasenya seperti yang ditemukan
pada populasi Aceh, Toba, dan Riau. <b>K-M526*</b>
ini diperkirakan lebih awal masuk ke Negeri Toba, tetapi belum ada penelitian
lebih mendalam lagi soal <b>K-M526*</b>
yang ada pada populasi Toba, sehingga masih diberikan tanda (<b>*</b>). <b>K-M526</b>* di Indonesia Barat ini belum dapat dipastikan darimana
datangnya. Bisa saja mereka datang dari daerah Timur di seberang garis Wallace,
karena situasi dan kondisi yang dinamis menjelang tenggelamnya Sundaland tidak
terlalu berpengaruh di daerah tersebut (lihat gambar di atas). Yang jelas,
bahwa <b>K-M526*</b> muncul dan berasal
dari Sundaland dan <b>K-M526*</b> ini
ditemukan dalam Y-DNA Toba di Negeri Toba, yang merupakan kawasan bekas
Sundaland dulu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Pada gambar Toba Y-DNA Haplogroups di atas
tampak bahwa <b>O-P201*</b>, <b>O-P203</b>, <b>O-M95*</b>, dan <b>O-M110</b>,
kesemuanya sebesar 83,79%. <b>O-P203</b>
diasosiasikan Austronesia, sedang <b>O-M95</b>
diasosiasikan Austroasiatik, dan <b>O-M110</b>
diasosiasikan Tai Kadai. Khusus <b>O-P201* </b>sering
diasosiasikan dengan populasi Sino-Tibetan, Hmong-Mien, atau Han Chinese.
Adapun <b>K-M526*</b>: 13,51% ini muncul di
Sundaland. <b>R-M124</b>: 2,7% diasosiakan
Dravida dari India, Asia Selatan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Jean A. Trejaut et al. (2014) mengemukakan
bahwa <b>O-M95*</b> bermigrasi dari
Indochina ke Indonesia Barat. <b>O-M95*</b>
bermigrasi melalui Semenanjung Malaka terus ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. <b>O-M95*</b> ditemukan juga pada Toba Y-DNA
Haplogroups. <b>O-M95* </b>ini diperkirakan
lebih dulu bermigrasi sebelum ekspansi Austronesia di sekitar 4.000 - 6.000
tahun lalu, tetapi jarak waktunya tidak jauh antara <b>O-M95*</b> dengan ekspansi Austronesia. Mungkin <b>O-M95*</b> inilah yang ditemukan jejak aktivitasnya berupa pembukaan
hutan kecil-kecilan pada sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang, dari Silaban Rura
hingga Siborong-borong, berdasarkan penelitian paleontologi yang dilakukan
Bernard K. Maloney (1979). Permasalahan dari penggunaan data-data fisik seperti
ini bisa saja terjadi bahwa mungkin ada di tempat lain seperti di Toba Holbung,
Samosir, dan Silindung, tetapi belum ditemukan atau sudah hilang akibat proses
alam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Ekspansi Austronesia, menurut Karafet et al.
(2010), antara lain terdiri dari: <b>O-P203</b>,
<b>O-M110</b>, dan <b>O-P201*</b>. Karafet et al. (2010) menyebutkan bahwa <b>O-P201*</b> ditemukan berbahasa Austronesia
pada populasi Toba dan <b>O-M110</b> juga
berbahasa Austronesia pada populasi Toba. <b>O-M110</b>
ini ada juga pada populasi Nias dan Mentawai yang mana mereka berbahasa
Austronesia. Kelihatannya <b>O-M110</b>
bermigrasi dari Asia Daratan ke Taiwan dan kemudian dari Taiwan kembali
bermigrasi ke Indonesia Barat dalam ekspansi Austronesia termasuk ke Nias dan
Mentawai. Mengenai <b>O-P203</b>, Karafet
et al. (2010) menjelaskan, bahwa <b>O-P203</b>
ini ditemukan pada mayoritas suku Taiwan Asli yang tentunya berbahasa
Austronesia. Jadi, ketiganya termasuk dalam ekspansi Austronesia ke Indonesia
Barat, yang mana <b>O-P201*</b> dari Asia
Daratan sementara <b>O-P203</b> dan <b>O-M110</b> keluar dari Taiwan dalam
ekspansi Austronesia tersebut. Ekspansi Austronesia ke Indonesia Barat ini
berlangsung pada periode 4.000-6.000 tahun lalu (Karafet et al. 2010). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Sebagaimana telah dikemukakan tadi bahwa <b>O-P201*</b> masuk ke dalam ekspansi
Austronesia keluar dari Asia Daratan, maka penelitian Jean A. Trejaut et al.
(2014) menguatkan bahwa <b>O-P201*</b>
memang keluar dari Asia Daratan. <b>O-P201*</b>
berasal dari sekitar Yunnan dan Teluk Tonkin. Dengan demikian, teori Out of
Taiwan tidak sepenuhnya diterima secara genetik, karena ekspansi Austronesia
tidak semuanya keluar dari Taiwan, tetapi ada juga dari Asia Tenggara Daratan
(MSEA) ke Indonesia melalui semenanjung Indocina. Dengan melihat asal dari <b>O-P201*</b> ini, maka terlihat bahwa <b>O-P201*</b> ada kemungkinan bersinggungan
dengan budaya Dong Son, yang berkembang pada abad ke-5 hingga abad ke-2 SM
(Sebelum Masehi) di lembah Song Hong berdekatan dengan Teluk Tonkin, Vietnam.
Hal ini mengingat bahwa populasi Toba didominasi budaya Dong Son. Sedang <b>R-M124</b>
berasal dari dari India, Asia Selatan yang datang sejak millenum pertama
masehi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;">Akhirnya, <b>K-M526*</b>
muncul di Sundaland setelah berevolusi. Kemudian keturunannya bermigrasi ke
luar Sundaland (lihat gambar di atas) yang menurunkan O-M175, R, dan
lain-lainnya. O-M175 menurunkan <b>O-M95*</b>,
<b>O-M110</b>, <b>O-P201</b>, <b>O-P203</b>, dan
lain-lain. R menurunkan<b> R-M124</b>, dan
lain-lain. Dengan demikian, maka <b>O-M95*,</b>
<b>O-M110</b>, <b>O-P201</b>, <b>O-P203</b>, dan <b>R-M124</b> memiliki hubungan paternal
dengan <b>K-M526*</b> yang kesemuanya ada
pada Y-DNA Toba. Keenam populasi ini datang dengan masing-masing rombongan ke
Negeri Toba dan semuanya bercampur hingga membentuk populasi Toba seperti
sekarang ini sesuai dengan apa yang diperlihatkan pada Y-DNA-nya. (<b>*</b>)<o:p></o:p></span><br />
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfS-SpBMU1zWDtNMDKxq7hbQa9k2eJYb135eEsGHxOAXFX5UVVAhNnNWwBooZSSk3yY12GCI2MH8UWkJwMSSZhU_SgoBPOwqLKHRXELd8zvw2dacP-IJCT3m7eJCgMF6Ud6MqtggloIP0/s1600/Rumah-Batak-Dihiasi-gorga-1024x682.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfS-SpBMU1zWDtNMDKxq7hbQa9k2eJYb135eEsGHxOAXFX5UVVAhNnNWwBooZSSk3yY12GCI2MH8UWkJwMSSZhU_SgoBPOwqLKHRXELd8zvw2dacP-IJCT3m7eJCgMF6Ud6MqtggloIP0/s640/Rumah-Batak-Dihiasi-gorga-1024x682.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> <span style="font-size: x-small;">Sumber: www,panatapan.com</span></span><br />
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Tatiana
M. Karafet et al. (2010) – klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<a href="http://massey.genomicus.com/publications/Karafet_2010_MolBiolEvol_v27_p1833.pdf"><span style="font-family: "advpsb31c" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: AdvPSB31C;">http://massey.genomicus.com/publications/Karafet_2010_MolBiolEvol_v27_p1833.pdf</span></a><span style="font-family: "advpsb31c" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: AdvPSB31C;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Tatiana M. Karafet et al. (2014) - klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://www.nature.com/ejhg/journal/v23/n3/full/ejhg2014106a.html">http://www.nature.com/ejhg/journal/v23/n3/full/ejhg2014106a.html</a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Jean
A. Trejaut et al. (2014) - klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="http://bmcgenet.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2156-15-77"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">http://bmcgenet.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2156-15-77</span></a><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Y-DNA Macro-haplogroup K-M526 originated in Indonesia (2014)
- klik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<a href="http://forwhattheywereweare.blogspot.co.id/2014/06/y-dna-macro-haplogroup-k-m526.html"><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">http://forwhattheywereweare.blogspot.co.id/2014/06/y-dna-macro-haplogroup-k-m526.html</span></a><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dr. Danny Hilman (2013) - klik </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Dhani Irwanto (2015) - klik </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Haplogroup R (Y-DNA) - klik </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Haplogroup R-M124 - klik</span><br />
<br style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-family: 'open sans', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px; text-align: start;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">* Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpuZTe52AArFqrM12ijt6d1P51oyDqufUeGAFI9hm3wgwdlM4aG5V6IC7D8izwiw1dmyE25NXWEXeYcqHWHu0jCz_dps4TV38l8_QWrNSBNIcQmcufz2S4okglzDtH3uVIccHIxZ4TPyM/s1600/Uncle+Ed.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpuZTe52AArFqrM12ijt6d1P51oyDqufUeGAFI9hm3wgwdlM4aG5V6IC7D8izwiw1dmyE25NXWEXeYcqHWHu0jCz_dps4TV38l8_QWrNSBNIcQmcufz2S4okglzDtH3uVIccHIxZ4TPyM/s200/Uncle+Ed.png" width="175" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-47312511337441478792016-04-26T16:09:00.000+07:002016-06-07T12:10:29.629+07:00MENELISIK POPULASI ETNIS TOBA DENGAN GENETIKA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
</div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; line-height: 20px;"><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: large;"><b>MENELISIK POPULASI ETNIS TOBA DENGAN GENETIKA</b></span></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; line-height: 20px;"><b>Oleh: Edward Simanungkalit </b>*</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Etnis
Toba merupakan etnis tersendiri yang berbeda dengan tetangga di sekitarnya
seperti Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing, yang berada di sekitar Danau
Toba. Para pakar biologi molekuler telah banyak melakukan studi sehubungan
dengan populasi etnis Toba ini. Beberapa jurnal dapat ditemukan di berbagai
website universitas dan lembaga sains di dunia ini, sehingga etnis Toba
bukanlah populasi yang tersembunyi dan asing. Itulah sebabnya penulis membuat
tulisan berhubungan dengan masalah genetika ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">The
HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009)</span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> Dimulai
dari hasil penelitian DNA yang dipetakan dalam Mapping Human Genetic
Diversity in Asia, The HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009) berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU5HWrkHb-k4MUcPoOhCxhYAqy7-qFhooZek6h1SH80GfeiScwSsK59b7-uruSWbOlmDCZm3avg8DYY2apEY8JhrH6Yik8eD9ckBCOJdFp87E3E7vzddy7IM7wUQH-eQ0mWcAI9FuYAofF/s1600/Map+DNA-1-httpblogs.discovermagazine.comgnxp201107to-the-antipode-of-asia%2523.VsSWBbR97IU.jpg" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "helvetica" , "sans-serif"; font-size: 7.5pt;">The HUGO Pan-Asian Consortium, 2009
(Sumber: www.lahistoriaconmapas.com)</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">HUGO adalah singkatan dari Human Genome Organization dan
merupakan organisasi genom sedunia. Y-DNA Toba terlihat jelas didominasi oleh
unsur Austronesia pada urutan pertama dan unsur Austroasiatik pada urutan
kedua. Kedua unsur ini saja sudah mencapai sekitar 80%, kemudian selebihnya
disusul oleh Dravidian, Indo-European, Papuan, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien.
Penutur Austronesia, Austroasiatik, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien merupakan ras
Mongoloid semuanya.</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tatiana
M. Karafet dan kawan-kawan (2010)</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">
Disebutkan, bahwa menurut Tatiana M. Karafet (Karafet et al. 2010), dari
Universitas Arizona – Amerika Serikat, dikemukakan mengenai populasi etnis Toba
sbb.: K2*-M526 13,2%, O3a2-P201, O1a*-M110, O1a1-P203, O2a1*-M95 (O-M175
84,2%), R2a-M124 2,6%</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 9pt;">(</span><a href="http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 9pt;">http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 9pt;"> Thread/page49).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kemudian lebih lengkap lagi mengenai Y-DNA Toba
ini digambarkan seperti di bawah ini:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2qolDNKDNmhY5oS0yGuKseEeCs2O6_8Hzrr-ghDm8IP3-_hY3S4ypsD82nIuLIE_lWejUl3qE_7FElJm4Fa26is62IYTBTum28yXz72pVYRAsXfa6GnXQDXNiMHheCBisPdqaofyStYU/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2qolDNKDNmhY5oS0yGuKseEeCs2O6_8Hzrr-ghDm8IP3-_hY3S4ypsD82nIuLIE_lWejUl3qE_7FElJm4Fa26is62IYTBTum28yXz72pVYRAsXfa6GnXQDXNiMHheCBisPdqaofyStYU/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" width="640" /></a></div>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 8.0pt;">Sumber: www.forgottenmotherland.com</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada gambar tampak bahwa O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110
yang kesemuanya sebesar 83,79%. Oleh karena jumlahnya dominan, maka dapat
disimpulkan bahwa Y-DNA Orang Toba termasuk Haplogroup O yang merupakan ras
Mongoloid. O-P203 adalah Austronesia, sedang O-M95 adalah Austroasiatik, dan
O-M110 adalah Tai Kadai. Khusus O-P201* sering diasosiasikan dengan populasi
Sino-Tibetan, Hmong-Mien, atau Han Chinese. Adapun K-M526*: 13,52% ini
merupakan Y-DNA Negrito. <b>R-M124</b>: 2,7% berasal dari India
Selatan. Tatiana M. Karafet (et al. 2010)
dalam papernya: <i>“<span style="letter-spacing: .5pt;">Taiwan Y-chromosomal
DNA variation and its relationship with Island Southeast Asia</span></i><span style="letter-spacing: .5pt;">” </span>menyampaikan: “<span style="background: #FAFAFA;">Judging from the presence of Y-DNA haplogroup
R2a-M124, this population probably has experienced some South Asian influence.”
Karafet et al., 2010 jelas menyatakan adanya pengaruh Asia Selatan pada etnis
Toba meskipun hanya dalam frekwensi yang relative kecil.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: #fafafa; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Mark Lipson dan kawan-kawan (2014)</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Senada dengan penelitian Tatiana M. Karafet (et al. 2010)
tadi, maka Mark Lipson et al. (2014), dari MIT – </span><a href="https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjc1O_V7o3LAhWECI4KHXOsBSUQFggmMAE&url=https%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FMassachusetts_Institute_of_Technology&usg=AFQjCNEaTgW-Ag6QJIKtAITYIuufg_hQgg&bvm=bv.114733917,d.c2E"><span style="color: windowtext; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Massachusetts Institute of
Technology</span></a><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">, Amerika Serikat,<b> </b>dalam jurnalnya: "<i>New
statistical genetic methods for”<b>,</b></i> melakukan analisa
terhadap Y-DNA Toba dan lain-lain untuk menelusuri asal-usulnya sebagai
berikut:</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<img src="http://www.nature.com/ncomms/2014/140819/ncomms5689/images/ncomms5689-f2.jpg" height="576" width="640" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 8.0pt;">Mark Lipson
et al. (2014):
http://www.nature.com/ncomms/2014/140819/ncomms5689/fig_tab/ncomms5689_F2.html</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Mark Lipson et al. (2014), yang pengelompokannya berdasarkan
rumpun bahasa, menjelaskan bahwa garis besar komposisi Y-DNA Toba:
Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito. Mereka bermigrasi dan memasuki pulau
Sumatera dari pantai Timur. Penutur Austroasiatik yang sampai ke Sumatera
adalah keturunan suku H’Tin dari Thailand kemudian bercampur dengan penutur
Austronesia di Asia Daratan. Baru campurannya bermigrasi ke Asia Tenggara
bagian Barat dan mereka berbahasa Austronesia (Lipson, 2014:85-86).</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Lian Deng dan kawan-kawan (2015)</span></b><b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-font-kerning: 18.0pt;">Lian Deng et
al. (2015), dalam papernya<i>: “<span style="letter-spacing: .15pt;">Dissecting
the genetic structure and admixture of four geographical Malay</span></i><i><span style="letter-spacing: .15pt;">
populations”</span></i><span style="letter-spacing: .15pt;"> </span>melakukan
analisa DNA lagi dengan menggunakan teknologi yang lebih maju seperti Mark
Lipson et al. (2014) di atas. Adapun hasil penelitian mereka yang dilakukan
tahun 2015 lalu dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-font-kerning: 18.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 8.0pt;"> </span><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8BG3FvYVfwzINujW9-RIOqK-48u5X0ZQVVHXPRcMXOxc8KSGGqR3w7pnD_PyvIiOLfS2c0OEpbtolhuxZvxRbXHw13siVniUdNvzI4wiqpz8s3XTEU68Ndv1uS26nUJKaiLMQaE-AHyPM/s640/Deng+et+al.+2015.JPG" style="background-color: transparent; text-align: left;" /><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 15.6pt;">Lian Deng et al. (2015):
http://www.nature.com/articles/srep14375/figures/3</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Berdasarkan hasil penelitian Lian Deng et al. (2015) di atas
tampak lebih jelas gambaran Y-DNA Toba dengan kode ID-TB yang terdiri dari:
Oceanian, East Asian, Southeast Asian 1, Southeast Asian 2, Negrito, South
Asian, Central Asian, European, dan African. Di sini Lian Deng et al. (2015)
terlihat membagi DNA tersebut berdasarkan wilayah geografis. Dari gambar di
atas terlihat bahwa Y-DNA Toba dominan dari Asia terutama ras Mongoloid.</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Menyingkap
DNA Toba Lebih Jauh</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Y-DNA
Toba dapat dibagi ke dalam 3 macam ras sesuai dengan periode migrasi yang
terjadi ke Negeri Toba/Toba Na Sae, yaitu: (1) K-M526*; (2) O-P201*, O-P203,
O-M95*, dan O-M110; (3) R-M124.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">(1)</span></b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 7.0pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">K-M526*</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 10.5pt; line-height: 115%;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tatiana
M. Karafet et al. (2010) menjelaskan sebelumnya bahwa K-M526* ditemukan di
Sumatera dan Sulawesi. K-M526* ditemukan pada Etnis Toba dan Suku Mandar. Tatiana
M. Karafet et al. (2014) menjelaskan bahwa struktur filogenetik dari haplogroup
K-M526* sekarang dibagi dalam 4 subclade utama (K2a-d). Adapun yang terbesar
ialah K2b, yang dibagi menjadi dua kelompok: K2b1 dan K2b2. K2b1 menggabungkan
haplogroup sebelumnya yang dikenal sebagai haplogroup M, S, K-P60 dan K-P79,
sedang K2b2 terdiri dari haplogroup P dan sub-haplogroup yang Q dan
R, yang mayoritas membentuk garis keturunan ayah/pria (paternal) di
Eropa, Eurasia dan Amerika, dan merupakan satu-satunya subclade K2b yang berada
di luar geografi Asia Tenggara/Sundaland dan Oseania. Itu sebabnya, disimpulkan
bahwa haplogroup P, yang merupakan leluhur bangsa Eropa, bermigrasi dari
Sundaland sebagaimana pernah dikemukakan sebelumnya oleh Stephen Oppenheimer
dalam bukunya “Eden in The East”. Sementara itu <b>K2-M526*</b> ditemukan
pada populasi Sumatra & Sulawesi, dan jika perpisahan ini terjadi 50.000
tahun yang lalu, maka lokasi paling ideal adalah di antara keduanya, yaitu
Sundaland. Berdasarkan mtDNA populasi etnis Toba dengan macrohaplogroup M
yang sebanding dengan fekwensi K-M526*, maka diperkirakan K-M526* berasal dari
populasi Sundaland.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">(2)
O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110, kesemuanya merupakan
ras Mongoloid. O-P203 adalah Austronesia. O-M95* adalah Austroasiatik dan
O-M110 adalah Tai-Kadai. Khusus O-P201* berasal dari Yunnan dan di Toba
berbahasa Austronesia. Melalui Phylogeny tree berdasarkan Karafet et al.
(2014) di atas tadi dapat terlihat O-P203, O-M95*, dan O-M110 yang berasal dari
turunan K2a. K2a menurunkan NO dan NO menurunkan O-M175. Kemudian O-M175 adalah
yang menurunkan Austronesia, Austroasiatik, Tai-Kadai, Sino Tibetan, dan
Hmong-Mien, yang kesemuanya adalah ras Mongoloid, sehingga ras Mongoloid ini
berasal dari Sundaland juga. O-M95* </span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">masuk</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">nya</span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> ke
Indonesia bagian barat</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> lebih awal berupa gelombang
pra-Austronesia dari Asia Tenggara (Karafet et al. 2010 merujuk kepada Kumar et
al. 2007)</span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">. </span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Hasil
perhitungan jarak genetik menggunakan STR yang berasosiasi dengan P-201
menunjukan bahwa hubungann genetik yang sangat dekat antara aborigin Taiwan dan
Filipina; Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Oceania dibandingkan dengan Asia
Tenggara. Hasil ini memberikan indikasi haplogroup ini diasosiasikan dengan
Ekspansi Austronesia bersama dengan Haplogroup O-M110 dan O-P203 yang menyebar
dari arah utara menuju ke barat dan timur Garis Wallacea.” (Karafet et al,
2010, dalam papernya:<i> “Major East–West Division Underlies Y Chromosome
Stratification across Indonesia”</i>).</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">(3)
R-M124</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">R-M124</span></b><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;"> ini, atau lengkapnya <b>R2a-M124</b>, dijelaskan
sebagai berikut: “Menurut Project Genographic yang dilakukan oleh National
Geographic Society, sebuah organisasi yang didanai oleh keluarga Rothschild,
Haplogroup R-M124 muncul sekitar 25.000 tahun yang lalu di Asia Tengah dan
anggotanya bermigrasi ke selatan sebagai bagian dari gelombang besar kedua
migrasi manusia ke India.” Sengupta et al. (2006) menemukan bahwa R2a-M124
tersebut pada penutur Dravidian dan India lainnya (</span><a href="http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m124"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m124</span></a><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">).<span class="apple-converted-space"> </span></span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 15.6pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Etnis
Toba di Negeri Toba/Toba Na Sae dan Si Raja Batak</span></b><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> </span></b><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada
awalnya, sebagai populasi yang jauh lebih tua dari Sundaland, maka Negeri
Toba/Toba Na Sae (Tapanuli Utara Lama) sudah lebih dulu berdiam <b>K-M526</b>*.
Seperti dikemukakan di atas bahwa Y-DNA Toba sebagian besar terdiri dari: <b>O-P201</b>*, <b>O-P203</b>, <b>O-M95</b>*,
dan <b>O-M110</b> sebesar 83,79% yang merupakan ras Mongoloid. Dari
pantai Timur, mereka sebagian masuk ke Negeri Toba/Toba Na Sae dan bertemu dengan <b>K-M526</b>* di
sana, sehingga terjadilah percampuran. Menurut hasil penelitian </span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Jean A </span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Trejaut et al.
(2014) dalam laporannya <i>“</i></span><i><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Taiwan
Y-chromosomal DNA variation and its relationship with Island Southeast Asia”</span></i><i><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">,</span></i><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> bahwa penutur
Austronesia ada yang datang dari Taiwan dan ada juga dari Asia Daratan, sehingga
mereka datang secara bergelombang dari waktu yang berbeda-beda. Mereka
ini kemudian menggunakan bahasa Toba setelah bahasa Toba terbentuk, yang
termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Belakangan datang lagi <b>R-M124</b> dan
terjadilah percampuran, sehingga seperti yang dikemukakan oleh Tatiana M.
Karafet et al. (2010), maka keseluruhannya Y-DNA Haplogroups Etnis Toba terdiri
dari: <b>K-M526*, O-P201, O-P203, O-M95*, O-M110, </b>dan<b> R-M124
</b>seperti yang terlihat pada gambar.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"> Masing-masing
marka atau Y-DNA Haplogroup yang membentuk etnis Toba ini adalah merupakan
populasi, sehingga bukan hanya satu orang manusia saja. <b>K-M526*</b> merupakan populasi Negrito sudah lebih awal berdiam di
Negeri Toba/Toba Na Sae. <b>O-M110</b>
merupakan populasi dari penutur bahasa Austronesia. <b>O-M203</b> merupakan populasi dari penutur bahasa Austronesia juga. <b>O-M95*</b> merupakan populasi dari penutur
bahasa Austroasiatik. <b>O-M201*</b>
merupakan populasi dari penutur bahasa Austronesia juga. Sedang <b>R-M124</b> merupakan populasi dari penutur bahasa Dravida. Kelima populasi
tadi adalah populasi pembentuk populasi etnis Toba, yang jumlahnya tentu banyak
atau tidak satu orang. Melihat kepada keenam populasi tadi yang terdiri dari
banyak orang dari tiap-tiap populasi tersebut, maka jelas bahwa sesunggungnya banyak
orang yang datang berombongan-berombongan ke Toba Na Sae. Mereka terdiri dari 3
(tiga) macam ras, yaitu: Negrito, Mongoloid, dan India Selatan dan mereka
datang dari masing-masing daerah dengan 4 (empat) macam bahasa dan pada
akhirnya didominasi bahasa Toba, yang termasuk rumpun bahasa Austronesia. <b>***</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: right;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtnHxhfIkPbLfMtB5U3wvQa9zavEJDoOJJBxMlvvAJuPTJ7GGBVitCpQBsfErbARC7hdykC1pam4g299x_M9yn8eaAsCTOzeEqb4OBueWHih3OIq9mryW1KvKS9GUgVUTmccbnHcQVAEw/s200/Uncle+Ed.png" /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-62728279096029650162016-03-28T08:50:00.002+07:002016-06-10T01:17:10.031+07:00ETNIS TOBA GAGAL MENJADI ISRAEL YANG HILANG<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt; line-height: 24.5333px;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt; line-height: 24.5333px;">ETNIS TOBA GAGAL MENJADI ISRAEL YANG HILANG<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Oleh: Edward Simanungkalit<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam tulisan berjudul “MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!” bahwa TOBA Y-DNA Haplogroup terdiri dari: K-M526*= 13,51%, O-M95*= 13.51%, O-M201*= 56,76%, O-M110= 10,81%, O-P203= 2,7%, dan R-M124<b> </b>= 2,7%. Khusus <b>R-M124*</b>disebutkan oleh pihak tertentu sebagai Y-DNA dari keturunan Israel yang hilang, sehingga mereka menyebut etnis Toba sebagai Israel yang hilang. Entah bagaimana jalannya, sehingga ada orang Toba yang mengaku-ngaku dirinya kepada orang Israel sebagai Bani Manasseh.<o:p></o:p></span></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzR1Or6JZ4gd2vrTCMOMISMQtSgPKchDwvnJ3dqXNeAajYgCh3sefluUdRaOTFdTW6NVqfg-Pe79eCEGyZ6kZjzFwuGi8hmWlmL3om88wC2sf96czf3SL4r2juziwCGsN9vroGOqlfsN8/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzR1Or6JZ4gd2vrTCMOMISMQtSgPKchDwvnJ3dqXNeAajYgCh3sefluUdRaOTFdTW6NVqfg-Pe79eCEGyZ6kZjzFwuGi8hmWlmL3om88wC2sf96czf3SL4r2juziwCGsN9vroGOqlfsN8/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" width="640" /></a></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 12.2667px;">Sumber: www.forgottenmotherland.com</span><br />
<span style="background-color: white; color: #444444; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 12.2667px;"><br /></span><span style="background-color: white; color: #444444; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;"></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: white; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 15.75pt; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Mengikuti Toba Y-DNA Haplogroup tadi, maka lebih jauh perlu juga melihat </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">Phylogenetic Tree berdasarkan Karafet et al., 2014 sebagai berikut:</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6hEMKZGVTz1hzme0GdBwFGL9GkqU_2zd7_2cpuYgZOoCLIVFJwKKG7kclm7jzuFV8a7NT37npJ_-jYNQoZ7-b7dT_6h6FU0lr13bY1ttsewRkELGEAFEthZmde9bUw5G_HRQ7VS7zR-Rg/s1600/k2tree+-+K-M526.png" imageanchor="1" style="clear: left; color: #ff2b3c; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6hEMKZGVTz1hzme0GdBwFGL9GkqU_2zd7_2cpuYgZOoCLIVFJwKKG7kclm7jzuFV8a7NT37npJ_-jYNQoZ7-b7dT_6h6FU0lr13bY1ttsewRkELGEAFEthZmde9bUw5G_HRQ7VS7zR-Rg/s640/k2tree+-+K-M526.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="498" /></a></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: transparent; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 15.6pt;">Sumber:</span><span style="background-color: transparent; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 15.6pt;"> </span><span style="background-color: transparent; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 15.6pt;">https://motherlanders.wordpress.com</span></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Pada Phylogenetic Tree di atas jelas bahwa <b>K-M526*</b>,<b> </b>yang muncul di Sundaland sekitar 50.000 tahun lalu,<b> </b> merupakan turunan dari Haplogroup K. Adapun K-M526* ini merupakan salah satu Toba Y-DNA Haplogroups, yang memiliki subclade utama: K2a, K2b, K2c, dan K2d. Sedang K2a menurunkan NO dan kemudian NO menurunkan O-M175. Adapun O-M175 inilah yang menurunkan seluruhnya ras Mongoloid seperti:<b>O-P201*</b>, <b>O-M95*</b>, <b>O-M110</b>, dan <b>O-P203</b>, yang kesemuanya ada pada Toba Y-DNA Haplogroups. Selanjutnya, K2b2 menurunkan R2 (termasuk <b>R-M124</b>) dan R1 (R1a dan R1b), yang mana R1a dan R1b ini ada ditemukan pada Y-DNA dari Jews Ashkenazi.</span></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd_FrWAihyzgg-30s59NNLoMF4a3v3urcPnbsdPCbU2pmpFydP9cY0IyX8S0F5wb3h8oJn6w2JGFF-kEX39cDOYDpBoEa0fkGH9nw_hqPfJw0iIS1SFCgAhOx-PjhGk8be-n2ajfqZ_uE/s1600/second_stage.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; color: #4d469c; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="407" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd_FrWAihyzgg-30s59NNLoMF4a3v3urcPnbsdPCbU2pmpFydP9cY0IyX8S0F5wb3h8oJn6w2JGFF-kEX39cDOYDpBoEa0fkGH9nw_hqPfJw0iIS1SFCgAhOx-PjhGk8be-n2ajfqZ_uE/s640/second_stage.jpg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="640" /></a></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<br />
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 15.6pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">Sumber:</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 8pt;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">https://motherlanders.wordpress.com</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Setelah memcermati Phylogenetic Tree berdasarkan Tatiana M. Karafet et al. (2014) tadi, maka jelas sekarang <b>K-M526*</b>, yang ada pada Y-DNA dari Toba, terlihat juga<b> </b>menurunkan <b>O-P201*</b>,<b> O-M95*</b>,<b> O-M110</b>,<b>O-P203,</b> dan termasuk <b>R-M124</b>. Kemudian <b>R1a</b> dan <b>R1b</b> (yang ditemukan pada Y-DNA dari Jews Ashkenazi) juga termasuk keturunan dari <b>K-M526*</b>. Perlu dicatat bahwa <b>R-M124</b>, lengkapnya <b>R2-M124</b>, <b>berbeda</b>dengan <b>R1a</b> dan <b>R1b</b>. Kalau R1a dan R1b adalah keturunan R-M526*, apakah tidak lebih baik menyebut Israel yang hilang tersebut merupakan keturunan dari etnis Toba? Perlu diketahui bahwa ketika bangsa Israel berada di pembuangan, maka mereka banyak bercampur dengan berbagai bangsa lain. Termasuk ketika mereka sampai ke Asia Tengah yang menyebabkan bercampur dengan R1a dan R1b, sehingga terbawa dan ditemukan di dalam Y-DNA dari Jews Ashkenazi. Jadi, jelaslah bahwa etnis Toba gagal menjadi keturunan suku Israel yang hilang. <b>(*)</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div align="right" class="MsoListParagraph" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: right;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><b>(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</b><o:p></o:p></span></div>
<br style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;" />
<div style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: right;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtnHxhfIkPbLfMtB5U3wvQa9zavEJDoOJJBxMlvvAJuPTJ7GGBVitCpQBsfErbARC7hdykC1pam4g299x_M9yn8eaAsCTOzeEqb4OBueWHih3OIq9mryW1KvKS9GUgVUTmccbnHcQVAEw/s200/Uncle+Ed.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px;" /></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-66649514403912311592016-03-26T07:18:00.003+07:002016-06-10T01:17:23.132+07:00KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK; INI BUKTINYA!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt; line-height: 24.5333px;">KARO DAN NIAS BUKAN KETURUNAN SI RAJA BATAK<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt; line-height: 24.5333px;">INI BUKTINYA!<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 16pt; line-height: 24.5333px;"><br /></span></b></div>
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Oleh: Edward Simanungkalit<o:p></o:p></span></b></div>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">_______________________</span></b><br />
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><br /></span></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzO0v_1LuEMXpJH5HmXpIDg5RoZdHCuAtCrWuMaz_6B06B-iRpLdMETjMRWic1tfxy1Czj30w1rhlPFcprs96ivS-HNdUFLaiGk9sk0T4v49XaXm8MbP068TaUaypddCfS3NiX1yCfKuQ/s1600/13120864_120300000001276704_482194192_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzO0v_1LuEMXpJH5HmXpIDg5RoZdHCuAtCrWuMaz_6B06B-iRpLdMETjMRWic1tfxy1Czj30w1rhlPFcprs96ivS-HNdUFLaiGk9sk0T4v49XaXm8MbP068TaUaypddCfS3NiX1yCfKuQ/s640/13120864_120300000001276704_482194192_o.png" width="640" /></a></div>
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><br /></span></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;"><br /></span></b></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; text-align: center;">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;">
<div class="separator" style="clear: both;">
Sumber gambar: www.forgottenmotherland.com</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXoSgpjIkXQVcT62m8AESTC-YFjYN1AgXJDcfKoXGK0vxkiEFVH1-FneAO3QAWhU961zl7gw_i9fJTLIz50LUAQ7blYaNuhtwxe45sunDGD9t4RADvSR49I7Kxmgp5XtcgKwuS-W-FTes/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXoSgpjIkXQVcT62m8AESTC-YFjYN1AgXJDcfKoXGK0vxkiEFVH1-FneAO3QAWhU961zl7gw_i9fJTLIz50LUAQ7blYaNuhtwxe45sunDGD9t4RADvSR49I7Kxmgp5XtcgKwuS-W-FTes/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
Sumber gambar: www.forgottenmotherland.com</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOYAfqQU9yALJs08Bx_gYX-gq-p8B4htfmmb1R9fT6H81H4crswc7j30tcKHrVa_AN2ZlzSl1Q5jmMp0gn06jkRbVa_9hQZCuUux-qilqiNmh9e708YAZt3F3jpURef4OP2OpmQv17HAo/s1600/Nias-Y-DNA-Haplogroup.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; color: #4d469c; display: inline; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOYAfqQU9yALJs08Bx_gYX-gq-p8B4htfmmb1R9fT6H81H4crswc7j30tcKHrVa_AN2ZlzSl1Q5jmMp0gn06jkRbVa_9hQZCuUux-qilqiNmh9e708YAZt3F3jpURef4OP2OpmQv17HAo/s320/Nias-Y-DNA-Haplogroup.jpeg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="320" /></a></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Gambar Y-DNA Haplogroup dari Toba, Karo, dan Nias di atas akan menarik bila dihubungkan dengan </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span><b style="font-family: Tahoma, sans-serif;">Mitologi Toba</b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> (biasa disebut mitologi Batak) yang mengatakan bahwa Si Raja Batak merupakan nenek-moyang dari Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing. Ditambah dengan Nias yang disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi maupun Raja Jau, sedang Gayo disebut-sebut sebagai keturunan Raja Aceh menurut tarombo Si Raja Batak tersebut.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Terlihat sekilas lintas saja bahwa ketiganya berbeda apalagi Nias semakin jauh lagi perbedaannya dengan Toba. Y-DNA Haplogroup Toba terdiri dari: K-M526* 13,51%, O-P201* 56,76%, O-P203 2,7%, O-M110 10,81%, O-M95* 13,51%, dan R-M124 2,7%. Sementara Y-DNA Haplogroup Karo tediri dari: C-RPS4Y 19,05%, O-M95* 19,05%, O-M119 42,85%, dan R-M173 19,05%, serta Nias terdiri dari: O-M110 13,33% dan O-P203 86,67%. Lebih jauh penulis telah membahas masalah Y-DNA Haplogroup dari Toba dalam tulisan sebelumnya berjudul: “<a href="http://gunungtoba2014.blogspot.co.id/2016/03/maaf-etnis-toba-memang-bukan-israel.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;">MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG</a>” (2016).</span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Saat ini baru ketiga gambar di atas yang dapat ditampilkan, karena baru ketiganya yang sudah dilakukan tes DNA, sedang hasil tes DNA Gayo sepertinya belum dipublis seluruhnya. Sementara Pakpak, Simalungun, Angkola-Mandailing belum dilakukan tes DNA sampai saat sekarang. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah dapat dilakukan tes DNA-nya, karena sampai sekarang Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sudah melakukan tes DNA sekitar 60% atas seluruh etnis Indonesia. Ditambah lagi dengan bertambahnya staf-staf yang sudah berhasil dalam jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga semakin banyak tenaga yang mereka miliki untuk melakukan tes DNA. Bila sudah selesai nanti, maka DNA Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing akan jelas dan dengan mudah dapat melihat kebenaran sebuah mitologi dan tarombo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Kesamaan antara Toba dengan Karo hanya pada Haplogroup <b>O-M95*</b> saja, sedang yang lainnya berbeda. Maka, kalau hendak dikatakan bahwa Karo adalah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula tentulah dengan mudah menolaknya. Karena adanya perbedaan tadi dan perbedaannya lebih banyak daripada persamaannya. Oleh karena itu, secara genetik, maka Toba berbeda dengan Karo dan Karo bukan keturunan Toba dan Si Raja Batak. Toba dan Karo adalah dua etnis yang berbeda dan terbentuk masing-masing, bukan seperti yang diceritakan di dalam buku W.M. Hutagalung berjudul “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”. Termasuk beberapa buku tarombo lainnya dan tarombo-tarombo yang dapat didownload di internet pada dasarnya juga sama prinsipnya dengan buku W.M. Hutagalung tadi. Tentang tarombo Si Raja Batak ini juga sudah ada beberapa dibuat lagunya yang dinyanyikan dalam video dan diupload di youtube. Kalau Orang Karo mengatakan bukan Batak atau bukan keturunan Si Raja Batak, maka pernyataan itu sangat beralasan yang didasari pikiran sehat dan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ilmu pengetahuan modern.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Adapun mengenai Y-DNA Haplogroup Nias, walaupun kedua Haplogroup O-M110 dan O-P203 ada di dalam Y-DNA Haplogroup Toba, tetapi sebagian besar berbeda, maka pastilah Nias bukan berasal dari Toba atau bukan keturunan Toba atau Si Raja Batak seperti banyak disebut-sebut sebagai keturunan Raja Asi-asi atau Raja Jau. </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Masyarakat Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia dan nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10 tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11 desa di Pulau Nias (Wikipedia). DNA Nias tersebut nyaris 100 persen sama dengan DNA dari Taiwan, karena Nias nyaris tidak bercampur.</span><span style="font-family: "arial" , sans-serif;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">DNA Nias ini sudah diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca: Toba). ”Untuk membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias berbeda dengan DNA Toba maupun Karo. Maka, Nias bukan berasal dari Toba seperti menurut tarombo itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Akan halnya dengan Gayo, </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">temuan fosil manusia di Loyang Mandale, Aceh Tengah yang berusia 7.400 tahun (temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300 lebih siswa/i di Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyampaikan bahwa orang Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang merupakan ras Australomelanesoid, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik, Gayo ini berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas Gayo, 08/03-2012).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Dulu etnis Gayo pernah diundang juga menghadiri acara Kesatuan Bangso Batak se-Dunia (The Globe Journal, 14/10-2010), tetapi Gayo ini telah dilakukan penelitian arkeologi dan tes DNA, sehingga mereka tidak dapat dibatakkan atau dijadikan Batak lagi sekarang ini, karena dipastikan bukan keturunan Si Raja Batak. </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Di dalam mitologi Toba dan tarombo Si Raja Batak, yang disebut “Batak” sebagaimana ditulis oleh W.M. Hutagalung dan berbagai buku tarombo lain maupun tarombo yang dapat didownload dari internet, bahwa semua marga Karo adalah keturunan dari marga-marga Toba atau keturunan Si Raja Batak. Nias juga disebut keturunan dari Raja Asi-asi maupun Raja Jau dan Gayo disebut keturunan Raja Aceh, yang pada akhirnya disebut sebagai keturunan Si Raja Batak. Tapi, ternyata telah terbukti, bahwa Karo, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak seperti yang disebutkan tarombo tersebut. Sementara Pakpak, Simalungun, dan Mandailing belum dilakukan tes DNA, tetapi sudah 50% tarombo Si Raja Batak tersebut terbukti tidak sesuai dengan fakta. Selanjutnya, bila mengamati sisi budaya dan ciri-ciri fisik orang Pakpak, Simalungun, dan Mandailing, maka terlihat mereka juga bukan keturunan Si Raja Batak. Apalagi penulis telah memaparkan bukti-bukti arkeologis melalui tulisan berjudul “<a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit/benarkah-si-raja-batak-nenek-moyang-bangso-batak-dan-toba-induk-bangso-batak-6-habis_569e70f7747a61b70bb1b002" style="color: #4d469c; text-decoration: none;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK?</a>”, yang menyimpulkan bahwa Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Nias, dan Gayo bukanlah keturunan Si Raja Batak dari Sianjur Mula-mula. Jelas sekarang, bahwa tarombo tersebut patut diuji-ulang melalui tes DNA yang tentunya jauh lebih valid dan terpercaya. Dengan USD $ 99 per-orang merupakan tarif tes DNA di </span><a href="http://www.23andme.com/" style="color: #4d469c; text-decoration: none;">www.23andme.com</a><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">, sebuah lembaga terpercaya di Amerika Serikat, maka asal leluhur akan tersingkap </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; line-height: 13.65pt; text-indent: 0.5in;">dengan jelas. Lebih jelas dan lebih valid hasilnya.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; line-height: 13.65pt; text-indent: 0.5in;"> </span><b style="font-family: tahoma, sans-serif; line-height: 13.65pt; text-indent: 0.5in;">(*)</b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibGOmcdotwEGBHAv_y_uafBSp1InH3CY7VaprbtqdgLH274qNWW7jDyxGUX6sdyC1kE5Q97LTqx-rksExghPeKwaRiFIBCs7wPH81oAkf2jvHbdtyMkL00qBwk0cFqnOBKEIVZAKnhnLQ/s1600/Sianjur+Mula+Mula.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="476" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibGOmcdotwEGBHAv_y_uafBSp1InH3CY7VaprbtqdgLH274qNWW7jDyxGUX6sdyC1kE5Q97LTqx-rksExghPeKwaRiFIBCs7wPH81oAkf2jvHbdtyMkL00qBwk0cFqnOBKEIVZAKnhnLQ/s640/Sianjur+Mula+Mula.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: xx-small; line-height: 13.65pt; text-align: left; text-indent: 0.5in;">Tebing di Sianjur Mulamula (sumber: solutourandtravel.blogspot.co.id)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 13.65pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<b style="text-align: right; text-indent: 0.5in;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> (*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban</span></b> </div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: right; text-indent: 0.5in;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtnHxhfIkPbLfMtB5U3wvQa9zavEJDoOJJBxMlvvAJuPTJ7GGBVitCpQBsfErbARC7hdykC1pam4g299x_M9yn8eaAsCTOzeEqb4OBueWHih3OIq9mryW1KvKS9GUgVUTmccbnHcQVAEw/s200/Uncle+Ed.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px;" /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: right; text-indent: 0.5in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="background-color: white; color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0in; text-align: right; text-indent: 0.5in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></b></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-34009789988028625022016-03-23T08:33:00.001+07:002016-06-07T12:14:15.247+07:00MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14pt; line-height: 21.4667px;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14pt; line-height: 21.4667px;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14pt; line-height: 21.4667px;">MAAF, ETNIS TOBA MEMANG BUKAN ISRAEL YANG HILANG!</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 18.4px;">Oleh: Edward Simanungkalit *<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Tahun 2015 lalu, penulis sudah pernah menulis tanggapan mengenai upaya “meyakinkan” bahwa Etnis Toba adalah keturunan dari suku Israel yang hilang dengan judul: “<a href="http://sopopanisioan.blogspot.co.id/2015/08/sungguh-orang-toba-bukan-israel-yang.html" style="color: #4d469c; text-decoration: none;">Sungguh, Orang Toba Bukan Israel Yang Hilang</a>” (2015). Belakangan ini ada lagi upaya untuk meyakinkan dengan mengutip-ngutip kata Ibrani, karena mungkin mereka menganggap di sorga itu berbahasa Ibrani, dan menyebut DNA Etnis Toba termasuk dalam Haplogroup R1 dan seterusnya. Ada kelompok yang bernyanyi lagu berbahasa Ibrani di Pusuk Buhit dengan berpakaian ala Jahudi yang diposting di youtube. Ada rasa malu melihat ada Orang Toba yang mengaku-ngaku sebagai “Bani Manasseh” kepada bangsa Israel di website mereka: </span><a href="http://www.israelnationalnews.com/" style="color: #ca6060; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">www.israelnationalnews.com</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">. Hebatnya, Orang Toba tersebut dicuekin! Itu makanya, penulis merasa perlu kembali menulis sehubungan dengan upaya kelompok tertentu untuk mengembangkan issu tersebut demi kepentingan tertentu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">The HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Kali ini dimulai dari hasil penelitian DNA yang dipetakan dalam <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">Mapping Human Genetic Diversity in Asia, The HUGO Pan-Asian SNP Consortium (2009) berikut:<span class="apple-converted-space"> </span></span><o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU5HWrkHb-k4MUcPoOhCxhYAqy7-qFhooZek6h1SH80GfeiScwSsK59b7-uruSWbOlmDCZm3avg8DYY2apEY8JhrH6Yik8eD9ckBCOJdFp87E3E7vzddy7IM7wUQH-eQ0mWcAI9FuYAofF/s1600/Map+DNA-1-httpblogs.discovermagazine.comgnxp201107to-the-antipode-of-asia%2523.VsSWBbR97IU.jpg" imageanchor="1" style="color: #ca6060; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU5HWrkHb-k4MUcPoOhCxhYAqy7-qFhooZek6h1SH80GfeiScwSsK59b7-uruSWbOlmDCZm3avg8DYY2apEY8JhrH6Yik8eD9ckBCOJdFp87E3E7vzddy7IM7wUQH-eQ0mWcAI9FuYAofF/s1600/Map+DNA-1-httpblogs.discovermagazine.comgnxp201107to-the-antipode-of-asia%2523.VsSWBbR97IU.jpg" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" /></a></div>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; line-height: 20.79px; text-align: left;">
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; line-height: 20px;"><span style="font-size: xx-small;"><b>The HUGO Pan-Asian Consortium, 2009 (Sumber: www.lahistoriaconmapas.com)</b></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">HUGO adalah singkatan dari Human Genome Organization dan merupakan organisasi genom sedunia. DNA Toba terlihat jelas didominasi oleh unsur Austronesia pada urutan pertama dan unsur Austroasiatik pada urutan kedua. Kedua unsur ini saja sudah mencapai sekitar 80%, kemudian selebihnya disusul oleh Dravidian, Indo-European, Papuan, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien. Penutur Austronesia, Austroasiatik, Sino-Tibetan, dan Hmong-Mien merupakan ras Mongoloid semuanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Tatiana M. Karafet dan kawan-kawan (2010)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><span style="background-color: white;"> Disebutkan, bahwa menurut Tatiana M. Karafet (Karafet et al. 2010), dari Universitas Arizona – Amerika Serikat, ditampilkan seperti berikut:</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in;">
<span style="background-color: white;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">It looks like 5/38 = 13.2% K2*-M526 in their "Sumatra" sample and 1/177 = 0.6% K2*-M526 in their "Sulawesi" sample.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">The "Sumatra" sample of the present study has the same sample size (<i>n</i>=38) as the sample of Batak Toba from Sumatra that previously has been analyzed by Karafet<span class="apple-converted-space"> </span><i>et al.</i><span class="apple-converted-space"> </span>(2010). In their 2010 paper, they have indicated that this sample contains the following haplogroups:</span><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">5/38 = 13.2% K2*-M526</span><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">21/38 O3a2-P201 (xO3a2b-M7, O3a2c1-M134)</span><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">4/38 O1a*-M119 (xO1a1-P203, O1a2-M110)</span><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">1/38 O1a1-P203</span><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">6/38 O2a1*-M95 (xO2a1a-M111)</span><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">32/38 = 84.2% O-M175 total</span><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">1/38 = 2.6% R2a-M124</span><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">These figures are entirely consistent with the figures of the present study: 5/38 = 13.16% K-M526*, 32/38 = 84.2% NO-M214, 1/38 = 2.6% R-M207.</span><br /><br /><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">Therefore, I conclude that the present study's "Sumatra" sample, in which 5/6 of the K2*-M526 Y-chromosomes have been found, is specifically a sample of Batak Toba, an ethnic group that lives in (who's afraid of living on an island caused by volcanic uplift?) and around Lake Toba in northern Sumatra. Judging from the presence of Y-DNA haplogroup R2a-M124, this population probably has experienced some South Asian influence.<o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in;">
<span style="background-color: white; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: x-small; line-height: 20.79px;">(http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion-Thre</span><span style="background-color: white; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: x-small; line-height: 20.79px;">ad/page49</span><span style="background-color: white; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: x-small; line-height: 20.79px;">)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in;">
<span style="background-color: white; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14.85px;"><br /><span style="background: rgb(250, 250, 250);"><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Kemudian lebih lengkap lagi mengenai Y-DNA Toba ini digambarkan seperti di bawah ini:<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXoSgpjIkXQVcT62m8AESTC-YFjYN1AgXJDcfKoXGK0vxkiEFVH1-FneAO3QAWhU961zl7gw_i9fJTLIz50LUAQ7blYaNuhtwxe45sunDGD9t4RADvSR49I7Kxmgp5XtcgKwuS-W-FTes/s1600/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXoSgpjIkXQVcT62m8AESTC-YFjYN1AgXJDcfKoXGK0vxkiEFVH1-FneAO3QAWhU961zl7gw_i9fJTLIz50LUAQ7blYaNuhtwxe45sunDGD9t4RADvSR49I7Kxmgp5XtcgKwuS-W-FTes/s640/13120701_120300000001256249_1928019929_o.png" width="640" /></a></div>
<span style="font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 12.2667px;"><br /></span></span>
<span style="font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt; line-height: 12.2667px;">Sumber: www.forgottenmotherland.com</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Pada gambar tampak bahwa O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110 yang kesemuanya sebesar 83,79%. Oleh karena jumlahnya dominan, maka dapat disimpulkan bahwa DNA Orang Toba termasuk Haplogroup O yang pada dasarnya adalah ras Mongoloid. O-P203 adalah Austronesia, sedang O-M95 adalah Austroasiatik, dan O-M110 adalah Tai Kadai. Khusus O-P201* sering diasosiasikan dengan populasi Sino-Tibetan, Hmong-Mien, atau Han Chinese. Adapun K-M526*: 13,52% ini merupakan DNA Negrito. <b>R-M124</b>: 2,7% berasal dari India Selatan.<o:p></o:p></span></div>
<h1 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in 0in 9pt; position: relative; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-font-kerning: 18.0pt;">Tatiana M. Karafet (et
al. 2010) dalam papernya: <i>“</i></span><i><span lang="EN" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">Taiwan Y-chromosomal DNA variation and its relationship with Island
Southeast Asia</span></i><span lang="EN" style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; letter-spacing: 0.5pt;">” </span><span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-font-kerning: 18.0pt;">menyampaikan: “<span style="background: #FAFAFA;">Judging from the presence of Y-DNA haplogroup R2a-M124, this
population probably has experienced some South Asian influence.” Pengaruh Asia
Selatan atau India ini patut dicacat, sehingga tidak begitu saja mengklaim
bahwa Batak Toba (baca: Toba) yang DNAnya memiliki R-M124 sebesar 2,7%
adalah Israel yang hilang. Ini disebabkan adanya anggapan bahwa R-M124 adalah
DNA Israel.</span></span></span></span><b><span style="color: #444444; font-family: "arial" , "sans-serif"; font-size: 24.0pt;"><o:p></o:p></span></b></div>
</h1>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="background: rgb(250 , 250 , 250); font-family: "tahoma" , sans-serif;">Mark Lipson dan kawan-kawan (2014)</span></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Senada dengan penelitian Tatiana M. Karafet (et al. 2010) tadi, maka Mark Lipson et al. (2014), dari MIT – <a href="https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjc1O_V7o3LAhWECI4KHXOsBSUQFggmMAE&url=https%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FMassachusetts_Institute_of_Technology&usg=AFQjCNEaTgW-Ag6QJIKtAITYIuufg_hQgg&bvm=bv.114733917,d.c2E" style="color: #ca6060; text-decoration: none;"><b>Massachusetts Institute of Technology</b></a>, <span style="color: #222222;">Amerika Serikat,<b> </b>dalam jurnalnya: "</span><i>New statistical genetic methods for elucidating the history and evolution of human populations”<b>,</b></i><span style="color: #222222;"></span><span style="color: #222222;"> </span>melakukan analisa terhadap DNA Toba dan lain-lain untuk menelusuri asal-usulnya sebagai berikut:</span></div>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span></h3>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal;"><o:p></o:p></span></h3>
<div class="separator" style="background-color: white; clear: both; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
</div>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;"><img src="http://www.nature.com/ncomms/2014/140819/ncomms5689/images/ncomms5689-f2.jpg" height="576" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px;" width="640" /></span></h3>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">Lipson et al. (2014): http://www.nature.com/ncomms/2014/140819/ncomms5689/fig_tab/ncomms5689_F2.html<o:p></o:p></span></h3>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span></h3>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; line-height: 15.6pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Mark Lipson et al. (2014), yang pengelompokannya berdasarkan
rumpun bahasa, menjelaskan bahwa garis besar komposisi Y-DNA Toba:
Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito. Mereka bermigrasi dan memasuki pulau
Sumatera dari pantai Timur. Penutur Austroasiatik yang sampai ke Sumatera
adalah keturunan suku H’Tin dari Thailand kemudian bercampur dengan penutur Austronesia
di Asia Daratan. Baru campurannya bermigrasi ke Asia Tenggara bagian Barat dan
mereka berbahasa Austronesia (Lipson, 2014:85-86).</span><span style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></div>
</div>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal;"> </span></h3>
<h3 style="background: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; margin: 0in; position: relative; text-align: justify;">
<span style="color: #222222; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt;">Lian Deng dan kawan-kawan (2015)<o:p></o:p></span></h3>
<h1 style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="color: #444444; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; font-weight: normal;">Lian Deng et al. (2015), dalam papernya<i>: “<span style="letter-spacing: .15pt;">Dissecting the genetic structure and admixture of
four geographical Malay”</span></i><span style="letter-spacing: .15pt;">,
populations</span>melakukan analisa DNA lagi dengan menggunakan teknologi yang
lebih maju seperti Mark Lipson (2014) di atas. Adapun hasil penelitian mereka
yang dilakukan tahun 2015 lalu dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:</span></h1>
<h1 style="background: white; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;">
<o:p style="font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; text-indent: 0.5in;"> </o:p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8BG3FvYVfwzINujW9-RIOqK-48u5X0ZQVVHXPRcMXOxc8KSGGqR3w7pnD_PyvIiOLfS2c0OEpbtolhuxZvxRbXHw13siVniUdNvzI4wiqpz8s3XTEU68Ndv1uS26nUJKaiLMQaE-AHyPM/s1600/Deng+et+al.+2015.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; color: #ca6060; display: inline !important; font-family: arial, tahoma, helvetica, freesans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center; text-decoration: none; text-indent: 0.5in;"><img border="0" height="397" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8BG3FvYVfwzINujW9-RIOqK-48u5X0ZQVVHXPRcMXOxc8KSGGqR3w7pnD_PyvIiOLfS2c0OEpbtolhuxZvxRbXHw13siVniUdNvzI4wiqpz8s3XTEU68Ndv1uS26nUJKaiLMQaE-AHyPM/s640/Deng+et+al.+2015.JPG" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="640" /></a></h1>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">Deng et al. (2015): http://www.nature.com/articles/srep14375/figures/3</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Berdasarkan hasil penelitian Lian Deng et al. (2015) di atas tampak lebih jelas gambaran DNA Toba dengan kode ID-TB yang terdiri dari: Oceanian, East Asian, Southeast Asian 1, Southeast Asian 2, Negrito, South Asian, Central Asian, European, dan African. Di sini Lian Deng et al. (2015) terlihat membagi DNA tersebut berdasarkan wilayah geografis. Dari gambar tersebut terlihat bahwa DNA Toba dominan dari Asia terutama ras Mongoloid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Menyingkap DNA Toba Lebih Jauh<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Y-DNA Toba dapat dibagi ke dalam 3 macam ras sesuai dengan periode migrasi yang terjadi ke Negeri Toba/Toba Na Sae, yaitu: (1) K-M526*; (2) O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110; (3) R-M124.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="MsoListParagraph" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: normal; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.5in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">(1)<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-weight: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">K-M526*<o:p></o:p></span></b></div>
<h2 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border-bottom-color: transparent; border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; color: #444444; font-size: 14px; font-stretch: normal; line-height: normal; margin: 0px -15px; padding: 0.6em 15px 0.5em; position: relative;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-weight: normal;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal; line-height: 16.8667px;">Tatiana M. Karafet et al. (2010) menjelaskan sebelumnya bahwa K-M526* ditemukan di Sumatera dan Sulawesi . K-M526* ditemukan pada Etnis Toba dan Suku Mandar. Karena ada ditemukan pada etnis Toba, sehingga perlu juga hal ini dibicarakan secara khusus. Phylogeny tree yang disusun berdasarkan penelitian Tatiana M. Karafet et al. (2014), dalam papernya: <i>“</i></span><i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal; line-height: 16.8667px;">Improved phylogenetic resolution and rapid diversification of Y-chromosome haplogroup K-M526 in Southeast Asia”,</span></i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal; line-height: 16.8667px;"> </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal; line-height: 16.8667px;">membantu memberikan penjelasan tentang K-M526* yang berawal dari K2.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; font-weight: normal; line-height: 16.8667px;"><o:p></o:p></span></h2>
<div class="MsoNormal" style="background: rgb(245, 245, 229); border-top-color: rgb(238, 238, 238); border-top-style: solid; border-top-width: 1px; color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 15.75pt; margin: 12pt 0in 21pt; padding-top: 8px; vertical-align: baseline;">
<span style="background-color: white; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 15.75pt;">Phylogenetic tree berdasarkan Karafet et al., 2014:</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6hEMKZGVTz1hzme0GdBwFGL9GkqU_2zd7_2cpuYgZOoCLIVFJwKKG7kclm7jzuFV8a7NT37npJ_-jYNQoZ7-b7dT_6h6FU0lr13bY1ttsewRkELGEAFEthZmde9bUw5G_HRQ7VS7zR-Rg/s1600/k2tree+-+K-M526.png" imageanchor="1" style="clear: left; color: #ff2b3c; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-decoration: none;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6hEMKZGVTz1hzme0GdBwFGL9GkqU_2zd7_2cpuYgZOoCLIVFJwKKG7kclm7jzuFV8a7NT37npJ_-jYNQoZ7-b7dT_6h6FU0lr13bY1ttsewRkELGEAFEthZmde9bUw5G_HRQ7VS7zR-Rg/s640/k2tree+-+K-M526.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="498" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">Sumber:</span></b><span style="font-size: 8pt;"> </span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">https://motherlanders.wordpress.com</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Karafet et al. (2014) menjelaskan bahwa struktur filogenetik dari haplogroup K-M526* sekarang dibagi dalam 4 subclade utama (K2a-d). Adapun yang terbesar ialah K2b, yang dibagi menjadi dua kelompok: K2b1 dan K2b2. K2b1 menggabungkan haplogroup sebelumnya yang dikenal sebagai haplogroup M, S, K-P60 dan K-P79, sedang K2b2 terdiri dari haplogroup P dan sub-haplogroup yang Q dan R, <span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">yang mayoritas membentuk garis keturunan ayah/pria (paternal) di Eropa, Eurasia dan Amerika, dan merupakan satu-satunya subclade K2b yang berada di luar geografi Asia Tenggara (Sundaland) dan Oseania. Itu sebabnya, disimpulkan bahwa haplogroup P, yang merupakan leluhur bangsa Eropa, bermigrasi dari Sundaland sebagaimana pernah dikemukakan sebelumnya oleh Stephen Oppenheimer.</span> Sementara itu <strong><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 1pt none windowtext; padding: 0in;">K2-M526*</span></strong><span class="apple-converted-space"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;"> </span></span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">ditemukan pada populasi Sumatra & Sulawesi, dan jika perpisahan ini terjadi 50.000 tahun yang lalu, maka lokasi paling ideal adalah di antara keduanya, yaitu Sundaland. </span></span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Berdasarkan mtDNA populasi Etnis Toba dengan macrohaplogroup M yang sebanding dengan frekuensi K-M526, maka diperkirakan K-M526 berasal dari populasi Sundaland. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<div style="font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;">
<img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtmHiB9gj8Tl_7E2LEGp6RRBXho04ndId-807Vx1V4uz7falMX0zUU5ZiFA1vrYcPBZGLHFVbZ1tRATYuv1xU6Ni-norQd3P0vMlWSyoBiWXxuG2Oku7i88zaFr-zDlfiO8SmW8h8jqhE/s1600/Y-DNA-K-Sundaland.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; padding: 8px;" /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjczNX6TGx1-PSbGCVRjyHKcf4uh-eYfcfWTaP8EbfmhB3pAKQDjGjioRUcbc2oMBT1WlGuKdRppmmNV8upEd1DJwodCPTJuMDCyRvoss7vFXfOmZWPsLFKOytmQInLQO8MpIFPkLJ1ctg/s1600/Y-DNA-K-Sundaland-arrows.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: 1px solid transparent; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px;" /></div>
<b style="font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 8pt;">Sumber: </span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-size: 10.6667px; line-height: 20.79px;"><b>www.geneticdisorders.info</b></span></span><br />
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"><span style="font-size: 10.6667px; line-height: 20.79px;"><b><br /></b></span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-indent: -0.5in;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">(2)<span style="font-family: "times new roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-weight: normal;"> </span></span></b><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110, kesemuanya merupakan ras Mongoloid. O-P203 adalah Austronesia. O-M95* adalah Austroasiatik dan O-M110 adalah Tai-Kadai. Khusus O-P201* berasal dari Yunnan dan di Toba berbahasa Austronesia. Melalui </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Phylogeny tree berdasarkan Karafet et al. (2014) di atas tadi dapat terlihat O-P203, O-M95*, dan O-M110 yang berasal dari turunan K2a. K2a menurunkan NO dan NO menurunkan O-M175. Kemudian O-M175 adalah yang menurunkan Austronesia, Austroasiatik, Tai-Kadai, Sino Tibetan, dan Hmong-Mien, yang kesemuanya adalah ras Mongoloid, sehingga ras Mongoloid ini berasal dari Sundaland juga. O-M95* </span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">masuk</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">nya</span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> ke Indonesia bagian barat</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> lebih awal berupa gelombang pra-Austronesia dari Asia Tenggara (Karafet et al. 2010 merujuk kepada Kumar et al. 2007)</span><span lang="IN" style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">. </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">“</span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">Hasil perhitungan jarak genetik menggunakan STR yang berasosiasi dengan P-201 menunjukan bahwa hubungann genetik yang sangat dekat antara aborigin Taiwan dan Filipina; Indonesia Barat, Indonesia Timur dan Oceania dibandingkan dengan Asia Tenggara. Hasil ini memberikan indikasi haplogroup ini diasosiasikan dengan Ekspansi Austronesia bersama dengan Haplogroup O-M110 dan O-P203 yang menyebar dari arah utara menuju ke barat dan timur Garis Wallacea.” (Karafet et al, 2010, dalam papernya:<i> “</i></span><i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Major East–West Division Underlies Y Chromosome Stratification across Indonesia”</span></i><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">).</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> (3) R-M124<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Sesuai dengan </span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Phylogenetic tree berdasarkan Karafet et al., 2014 di atas tadi tampak juga R2a-M214 atau R-M124 yang merupakan turunan dari K2b2 hingga sampai kepada R-M214. R-M124 ini ditemukan di India, Srilanka, dan suku terasing di Pakistan Utara.</span><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Etnis Toba di Negeri Toba/Toba Na Sae dengan DNA-nya<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> </span></b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Pada awalnya, sebagai populasi yang jauh lebih tua dari Sundaland, maka Negeri Toba/Toba Na Sae sudah lebih dulu berdiam <b>K-M526</b>*. Seperti dikemukakan di atas bahwa Y-DNA Toba sebagian besar terdiri dari: <b>O-P201</b>*, <b>O-P203</b>, <b>O-M95</b>*, dan <b>O-M110</b> sebesar 83,79% yang merupakan ras Mongoloid. Dari pantai Timur, mereka sebagian masuk ke Negeri Toba/Toba Na Sae (Tapanuli Utara Lama) dan bertemu dengan <b>K-M526</b>* di sana, sehingga terjadilah percampuran. Menurut hasil penelitian Trejaut et al. (2014), mereka ada yang datang dari Taiwan dan ada juga dari Asia Daratan, sehingga mereka datang secara bergelombang dari waktu berbeda-beda. Mereka ini kemudian menggunakan bahasa Toba, yang termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Belakangan datang lagi <b>R-M124</b> dan terjadilah percampuran, sehingga seperti yang dikemukakan oleh Tatiana M. Karafet et al. (2010), maka keseluruhannya Y-DNA Haplogroups Etnis Toba terdiri dari: <b>K-M526*, O-P201, O-P203, O-M95*, O-M110, </b>dan<b> R-M124</b>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Benarkah Etnis Toba itu Israel yang Hilang?<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> Tatiana M. Karafet et al. (2010) mengemukakan di atas bahwa pupolasi Toba sudah mengalami pengaruh dari India Selatan. Sejarah memang mencatat bahwa penutur Dravida dari India Selatan sudah masuk ke Sumatera Utara sejak abad ke-3. Prasasti Lobu Tua, Barus dari abad ke-11 menceritakan tentang keberadaan 500 perusahaan dagang Tamil dari India Selatan yang beroperasi di kawasan Barus. Sementara hubungan masyarakat Toba dengan Barus sudah sejak lama, sehingga pengaruh Hindu juga sudah terjadi berabad-abad sebelumnya. Turiturian dan sejarah di Toba memang tidak pernah mengungkapkan kedatangan penutur Dravida ini, tetapi jejaknya ada ditemukan seperti dalam mitologi penciptaan yang mirip dengan Hindu Sivaisme (Harry Parkin, 1978). Pengaruh India terhadap masyarakat Toba dikemukakan oleh Robin Hanbury dan Tenison (1975:28) sebagai berikut: “Sejak awal abad ke-16, Batak Toba telah mengalami kemajuan dalam bidang pertanian. Terutama atas keberhasilan mereka mengadopsi teknik pertanian yang diperkenalkan oleh orang-orang India, yakni pengolahan sawah dengan menggunakan sistim irigasi. Sehingga pada masa itu masyarakat Batak Toba secara relatif pernah mengalami kehidupan yang makmur.” Dapat dibayangkan bahwa Orang Toba telah mengalami percampuran dengan penutur Dravida dari India Selatan, sehingga membawa haplogroup R-M124 ke dalam Y-DNA Toba.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;"> <b>R-M124</b> ini, atau lengkapnya <b>R2a-M124</b>, dijelaskan sebagai berikut: “Menurut Project Genographic yang dilakukan oleh National Geographic Society, sebuah organisasi yang didanai oleh keluarga Rothschild, Haplogroup R-M124 muncul sekitar 25.000 tahun yang lalu di Asia Tengah dan anggotanya bermigrasi ke selatan sebagai bagian dari gelombang besar kedua migrasi manusia ke India.” Sengupta et al. (2006) menemukan bahwa R2a-M124 tersebut pada penutur Dravidian dan India lainnya (</span><a href="http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m124" style="color: #ca6060; text-decoration: none;"><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">http://www.gutenberg.us/articles/haplogroup_r-m124</span></a><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">). Sementara dalam <span class="mw-headline">Y-DNA of Ashkenazi Jews<b> </b>ada haplogroup R-M17 (R1a) dan R-P25 (R1b) dalam frekwensi kecil sbb.: “</span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;">Because haplogroups R-M17 (R1a) and R-P25 (R1b) are present in non-Ashkenazi Jewish populations (e.g., at 4% and 10%, respectively) and in non-Jewish Near Eastern populations (e.g., at 7% and 11%, respectively; Hammer et al. 2000; Nebel et al. 2001), it is likely that they were also present at low frequency in the AJ (Ashkenazi Jewish) founding population. …” (</span></span><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Genetic_studies_of_Jewish_origins" style="color: #ca6060; text-decoration: none;"><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">https://en.wikipedia.org/wiki/Genetic_studies_of_Jewish_origins</span></a><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; font-family: "tahoma" , sans-serif;">). Jelas, bahwa Y-DNA Ashkenazi Jews adalah R1a dan R1b. Dengan demikian, maka <b>R1a</b> dan <b>R1b</b> yang dimiliki oleh Jahudi Ashkenazi <b>BERBEDA</b> dengan <b>R2a</b> yang dimiliki oleh Etnis Toba dan penutur Dravidian dari India Selatan.<b> </b>Apalagi mengaku Bani Manasseh, oleh karena keduabelas suku Israel memiliki garis paternal dengan Y-DNA Haplogroup <b>J1</b>, sehingga terlalu jauh hubungannya <b>R2a</b> dan juga dengan Etnis Toba.<b> </b></span><b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">Maaf, ternyata Etnis Toba memang bukan keturunan suku Israel yang hilang!<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<br style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: start;" />
<div align="right" class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<b><span style="font-family: "tahoma" , sans-serif;">(*) Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="color: #444444; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: right;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtnHxhfIkPbLfMtB5U3wvQa9zavEJDoOJJBxMlvvAJuPTJ7GGBVitCpQBsfErbARC7hdykC1pam4g299x_M9yn8eaAsCTOzeEqb4OBueWHih3OIq9mryW1KvKS9GUgVUTmccbnHcQVAEw/s1600/Uncle+Ed.png" imageanchor="1" style="clear: right; color: #ca6060; display: inline !important; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: center; text-decoration: none;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQtnHxhfIkPbLfMtB5U3wvQa9zavEJDoOJJBxMlvvAJuPTJ7GGBVitCpQBsfErbARC7hdykC1pam4g299x_M9yn8eaAsCTOzeEqb4OBueWHih3OIq9mryW1KvKS9GUgVUTmccbnHcQVAEw/s200/Uncle+Ed.png" style="background: transparent; border-radius: 0px; border: none; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 0px; padding: 8px; position: relative;" width="175" /></a></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-3581190927486527392016-02-03T06:56:00.001+07:002016-02-03T06:56:26.567+07:00Nyanyian Gadis Batak Berjaya di Peringkat Lagu Malaysia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 itemprop="name" style="background-color: #f1f1f1; color: #3d3d3d; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 30px; font-weight: normal; line-height: 33px; margin: 0px; padding: 0px 0px 6px;">
Nyanyian Gadis Batak Berjaya di Peringkat Lagu Malaysia</h1>
<div class="author" style="background-color: #f1f1f1; color: #777777; float: left; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 15.6px; padding-bottom: 3px;">
<strong itemprop="author">Vega Probo</strong>, <span itemprop="sourceOrganization">CNN Indonesia</span></div>
<div class="date" itemprop="datePublished" style="background-color: #f1f1f1; border-left-color: rgb(153, 153, 153); border-left-style: solid; border-left-width: 1px; color: #777777; float: left; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 15.6px; margin: 0px 0px 3px 10px; padding-left: 10px;">
Selasa, 09/06/2015 08:19 WIB</div>
<div class="clearfik" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 15.6px;">
</div>
<div class="share_top" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 15.6px; padding: 10px 0px;">
<iframe frameborder="0" id="iframe_reactions" scrolling="no" src="http://www.cnnindonesia.com/share?u=http://cnnindonesia.com/hiburan/20150609073617-227-58644/nyanyian-gadis-batak-berjaya-di-peringkat-lagu-malaysia/&t=Nyanyian%20Gadis%20Batak%20Berjaya%20di%20Peringkat%20Lagu%20Malaysia&r=cnnindonesia" style="border-style: none; border-width: initial; height: 36px; overflow: hidden; width: 620px;"></iframe><div class="clearfik">
</div>
</div>
<div class="clearfik mb10" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 15.6px; margin-bottom: 10px;">
</div>
<div class="checkOrientation pic_artikel" style="background-color: #f1f1f1; color: #666666; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 15.6px; margin: 0px 0px 10px; padding: 0px 0px 5px; width: 620px;">
<img alt="Nyanyian Gadis Batak Berjaya di Peringkat Lagu Malaysia" itemprop="image" src="http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/06/08/767a453b-c5f9-43a8-88ee-eb9c38554647_169.jpg?w=650" style="border: none; display: block; padding-bottom: 4px; width: 620px;" />Deasy Nataliana go regional bersama single Aduh Aduh Sayang yang dinyanyikan secara duet dengan duo penyanyi rap Malaysia, Lawa Nie Geng. (CNNIndonesia Rights Free/Dok. Deasy Nataliana)</div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1;">
<div style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; text-align: justify;">
<strong><span itemprop="contentLocation">Jakarta</span>, <span itemprop="creator">CNN Indonesia</span> </strong>-- Makin banyak penyanyi Indonesia yang <em>go-regional</em>, meluaskan karier musikal hingga ke Negeri Jiran Malaysia. Salah satunya, Deasy Natalina, yang saat ini berkibar dengan lagu anyar <em>Aduh Aduh Sayang.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><br /></span></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Lagu yang dinyanyikan bersama duo penyanyi rap asal Malaysia, Lawa Nie Geng, dan diluncurkan pada April lalu, ini masuk lima besar di peringkat lagu Malaysia, juga diputar di 50 radio di Indonesia.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
“Saya sangat bersyukur sekarang mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan artis Malaysia,” kata gadis Batak bermarga Sitorus ini. “Saya sangat optimis sekali <em>single</em> ini bisa diterima oleh masyarakat.”</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Lagu yang dinyanyikan dara kelahiran 12 Desember ini memang <em>easy listening</em>. “Ringan, enak didengar dan mudah didendangkan,” kata Deasy seraya berpromosi saat jumpa pers di kawasan Sudirman, kemarin (8/6). </div>
</span><table class="linksisip" style="border-collapse: collapse; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; width: 620px;"><tbody>
<tr><td><div class="lihatjg" style="font-size: 14px; margin: 15px 0px;">
<h5 style="color: #333333; float: left; font-size: 15px; margin: 0px 10px 0px 0px; padding: 0px;">
Lihat juga:</h5>
<a href="http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150423113529-227-48699/kolaborasi-dengan-musisi-asing-j-rocks-gunakan-bahasa-musik/" style="color: #ce0000; font-size: 15px; font-weight: bold; line-height: 19.5px; text-decoration: none;">Kolaborasi dengan Musisi Asing, J-Rocks Gunakan Bahasa Musik</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
“Lagu ini hanya tiga minggu diperdengarkan di radio-radio Malaysia dan langsung masuk <em>chart</em>,” kata General Manager Life Records Osman Ariffin dari Malaysia. “Ini merupakan prestasi luar biasa.”</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Selayaknya Deasy mengukir prestasi. Ia mencintai dunia seni suara sejak kecil. Sejak 2000, ia aktif mengikuti berbagai kompetisi nyanyi di Medan dan Jakarta, antara lain Indonesian Idol dan Dream Girls. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Pada 2005, Deasy meniti karier sebagai penyanyi profesional. Setelah merilis lagu debut <em>First Love </em>dan <em>Tiga Kata</em>, ia kerap mengisi acara di instansi pemerintah, juga mengikuti pertukaran budaya di luar negeri.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Deasy antara lain pernah tampil acara kebudayaan di Malaysia, Australia, Thailand, Bulgaria, Rusia. Ia juga melebarkan sayapnya sebagai bintang iklan produk boga dan pemain sinetron <em>Anak Siampudan</em> di TVRI.</div>
</span><table class="linksisip" style="border-collapse: collapse; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; width: 620px;"><tbody>
<tr><td><div class="lihatjg" style="font-size: 14px; margin: 15px 0px;">
<h5 style="color: #333333; float: left; font-size: 15px; margin: 0px 10px 0px 0px; padding: 0px;">
Lihat juga:</h5>
<a href="http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150415073001-241-46704/buku-indonesia-dilirik-penerbit-di-inggris/" style="color: #ce0000; font-size: 15px; font-weight: bold; line-height: 19.5px; text-decoration: none;">Buku Indonesia Dilirik Penerbit di Inggris</a></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Tahun lalu, pengagum Celine Dion dan Krisdayanti ini merilis album perdana <em>My Music Diary</em> yang penggarapannya dibantu Ryan D’Masiv dan Ade Govinda. Dua video musiknya digarap di Australia dan America Serikat.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;"><div style="text-align: justify;">
Setelah melepas <em>single</em> anyar <em>Aduh Aduh Sayang</em>, berduet dengan duo Muariffah dan Al-Abbas yang tergabung dalam Lawa Nie Geng, berikutnya penyuka busana <em>casual chic</em> ini siap merilis lagu berirama Melayu, pada Agustus mendatang. <b>(vga/vga)</b></div>
</span></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
<b><br /></b></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
<b><br /></b></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
Sumber:</div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1;">
<span style="color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif;"><span style="font-size: 14px; line-height: 21px;">http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20150609073617-227-58644/nyanyian-gadis-batak-berjaya-di-peringkat-lagu-malaysia/</span></span></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
<b><br /></b></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
<b><br /></b></div>
<div class="text_detail" id="detail" itemprop="description" style="background-color: #f1f1f1; color: #262626; font-family: Helveticaff, Helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 21px;">
<b><br /></b></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-45916727569083402802016-02-02T18:05:00.002+07:002016-02-02T22:27:07.509+07:00Pemeriksaan atas Seorang Pedagang Cina mengenai Orang Batak yang berada di Sumatera Utara, 1 Maret 1701<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 id="pageTitle" style="clear: both; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; letter-spacing: 3px; line-height: 1em; margin-bottom: 0.5em; padding-bottom: 5px; text-align: center;">
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: large;"><span style="background-color: white;">Pemeriksaan atas Seorang Pedagang Cina mengenai Orang Batak yang berada di Sumatera Utara, </span><span style="background-color: white; line-height: 1em;">1 Maret 1701</span></span></span></h1>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><b><br /></b></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><b>Kata Pengantar oleh</b> Daniel Perret</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: right;">
<a href="https://sejarah-nusantara.anri.go.id/media/dasadefined/HartaKarunArticles/HK009/Doc_9_Ind.pdf" style="background-color: white; color: blue;">Download the full article in PDF</a></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
</div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Berita mengenai wilayah Provinsi Sumatra Utara sekarang, yang disampaikan oleh seorang Tionghoa kepada VOC di Batavia pada tahun 1701, merupakan salah satu laporan terawal oleh seorang yang jelas pernah tinggal di pedalaman wilayah tersebut.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sejak abad ke-2 M, lewat tulisan Ptolemaeus, dan selama satu milenium, Sumatra bagian utara dianggap sebagai daerah berbahaya karena diduga dihuni oleh sejumlah masyarakat kanibal. Yang diketahui juga adalah bahwa wilayah itu kaya dengan kamper, khususnya yang diekspor sejak abad ke-5 atau ke-6 M, melalui sebuah tempat yang bernama Barus. Pada awal abad ke 13 M, Zhao Rugua mencatat sebuah negeri bernama Pa-t’a, di bawah kuasa Sriwijaya. Kaitan antara Pa-t’a dan Bata sudah diterima umum. Selain itu, Sejarah resmi dinasti Yuan (<em>Yuanshi</em>) mencatat kedatangan utusan dari Ma-da di istana maharaja Tiongkok pada tahun 1285. </span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sebenarnya suku kata <em>ma</em> diucapkan <em>ba</em> dalam dialek yang digunakan di bagian selatan Fujian, sehingga nama tempat ini mungkin dapat dikaitkan dengan Bata. Tetapi kedua sumber Tionghoa ini tidak mengaitkan nama negeri Bata dengan sebuah masyarakat kanibal.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Gambaran tentang populasi semakin jelas dengan persinggahan Marco Polo di bagian utara Sumatra tahun 1291. Ia adalah orang pertama yang mencatat kehadiran Islam dan juga pertentangan antara kaum minoritas Islam yang bermukim di kota-kota pesisir dan masyarakat mayoritaspenganut paganisme, yang biadab dan sebagian kanibal, yang tinggal di pegunungan dan belum dikenal dunia luar.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pada abad berikutnya, terdapat semakin banyak catatan dari orang Barat atau Tionghoa. Data mengenai penduduk masih tetap sama, dengan tambahan informasi di sejumlah sumber mengenai adanya orang-orang bertato.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Nicolo de’ Conti tinggal selama setahun di kota Sciamuthera (Samudra) tahun 1430 dan menjadi orang pertama yang menyebut nama tempat “Batech” yang dikaitkan dengan sebuah populasi yang bersifat kanibal dan gemar berperang. Nama tempat ini ditemukan kembali pada awal abad ke-16 melalui Tomé Pires yang menyebut “seorang raja dari Bata” dalam laporannya <em>Suma Oriental</em> (1512-1515) yang terkenal. Anehnya, sumber-sumber Tionghoa zaman itu tidak menyebutkan adanya populasi kanibal dan hanya membedakan antara masyarakat beradat yang sama dengan masyarakat di Jawa dan di Melaka, dan populasi kasar yang tidak selalu orang gunung. Pires mencatat tiga tempat yang menjadi pusat aktivitas dengan pedagang asing di Pesisir Timur Laut, yaitu Bata (di selatan Pasai) dengan barang perdagangan utama rotan, Aru yang memiliki cukup banyak kamper dan banyak kemenyan, serta Arcat.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Nama suku “Bata” muncul berkat Fernão Mendes Pinto, (1509-1583) mungkin orang Eropa pertama yang pernah pergi ke pedalaman utara Sumatra dan meninggalkan jejak tertulis. Dalam karyanya berjudul <em>Peregrinação</em>, penjelajah Portugis ini di antaranya mencatat kunjungan duta “raja orang Bata” ke kapten Melaka yang baru, Pedro de Faria, tahun 1539. Mendes Pinto antara lain melaporkan bahwa raja ini penganut paganisme dan ibu kotanya bernama Panaju, tetapi sebagian dari tulisannya mengenai wilayah utara Sumatra kurang masuk akal. Mendes Pinto juga yang pertama mencatat adanya masyarakat “Aaru” di Pesisir Timur Laut Sumatra dan mengunjungi rajanya yang Muslim. Sekitar dua puluh tahun sebelumnya, Duarte Barbosa (1480-1521) sudah mencatat tentang kerajaan Aru yang ketika itu dikuasai oleh orang-orang kanibal penganut paganisme. Nama suku “Batang” muncul dalam sumber-sumber Arab lima belas tahun sesudah kisah Pinto. Penyair dan sastrawan Turki Sidi ‘Ali Celebi tahun 1554 menyebut tentang pemakan manusia yang bermukim di bagian barat Pulau Sumatra.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahun 1563, Joao de Barros menggunakan kembali nama suku “Batas” dan menyebutkan bahwa masyarakat kanibal “yang paling liar dan paling gemar berperang sedunia” ini menghuni bagian pulau yang berhadapan dengan Melaka. Namun, sudut pandangnya mengenai geografi suku-suku hanya mengulang pandangan yang sudah berumur hampir tiga abad, yang menghadapkan kaum “Moros” (orang Islam), yakni orang asing yang datang untuk berdagang dan bermukim di daerah pantai, dengan kaum “Gentios” (penganut paganisme), penduduk asli pulaunya yang berlindung di daerah pedalaman.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Di antara peristiwa-peristiwa penting di daerah tersebut yang dapat kita yakini, dapat dikemukakan direbutnya pusat perdagangan Deli oleh Aceh tahun 1612 dan kemudian Aru tahun berikutnya. Deli, yang disebut Dillij, dalam dokumen yang dipresentasikan di sini, tidak lain daripada tempat yang akan menjadi pusat kesultanan Deli di Sumatra Timur Laut. Nama tempat ini masih digunakan sampai sekarang di wilayah Medan dengan Deli Tua dan Labuhan Deli.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Baru setelah direbutnya Melaka oleh Belanda tahun 1641, kita mendapatkan kembali informasi tentang hubungan perdagangan pantai timur Sumatra Utara dengan dunia luar dan khususnya hubungan erat tersebut khususnya terkait dengan sejumlah pelabuhan di pesisir barat Semenanjung Melayu, terutama Melaka.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Maka sumber <em>daghregister</em> menyebutkan bahwa bulan Juni 1642, Arent Pater pergi ke Deli dan kembali dengan membawa delapan budak dan 270 gantang beras. Saat itu, Deli dianggap kawasan berbahaya karena sungai-sungainya sempit dan karena yang dihuni “orang-orang Batak” perampas (<em>roofgierige Battaers</em>). Selain itu, diketahui juga bahwa tahun 1644 sejumlah perahu berangkat dari Aceh menuju Perak dan singgah di Deli dengan muatan kain atau pakaian (<em>cleden</em>). Seseorang bernama Jooris Vermeeren yang singgah di Deli bulan Mei 1644 melaporkan bahwa tempat itu subur dan setiap tahunnya dapat memasok 300 sampai 400 <em>last</em> beras, delapan sampai sepuluh bahar lilin lebah, budak, kuda, serta sebahar kayu gaharu (<em>agerhouwt</em>). Ia juga membenarkan bahwa sebagian besar kain-kain berasal dari Aceh. Pada akhir tahun 1645, hubungan antara Deli dan Melaka tampak berjalan baik terbukti dengan panglima Deli mengirimkan seekor kuda sebagai hadiah kepada gubernur. Tahun 1648, sumber-sumber Belanda melaporkan bahwa sejumlah perahu meninggalkan Batavia menuju Deli dengan muatan kain atau pakaian dan garam. Tahun 1653, sumber Belanda juga mencatat kedatangan sebuah perahu bermuatan 40 <em>lasten</em> beras dari Deli. Tahun 1660-an, Schouten menyebut kota Dely Aru memiliki peran yang tidak begitu penting dalam perdagangan. Meskipun demikian, kain atau pakaian terus datang dari Aceh dan Batavia. Tahun 1670-an, Deli mengirim ke Batavia ikan (atau telur ikan) asin (<em>gesoute vischkuyten</em>), lilin lebah dan kacang, sebaliknya Batavia mengirim garam dan keramik. Tahun 1682, sebuah perahu berangkat dari Batavia menuju Deli melalui Melaka, dengan muatan antara lain besi bekas (<em>oud ijser</em>), tembaga, keramik, benang emas Tiongkok (<em>Chinees goutdraat</em>) dan tembakau (?) (<em>tubacq</em>) Tiongkok. Jadi nama Deli tidak asing bagi pihak VOC ketika menerima laporan daripada orang Tionghoa itu pada tahun 1701.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Dia juga menyebut sebuah tempat yang bernama Pande (atau Panda) di sekitar Deli. Bagi kami, Pande berbunyi seperti Panai yang merupakan nama muara Sungai Barumun dan Sungai Bilah sampai sekarang, sekitar 200 kilometer di tenggara Medan, di Selat Melaka. Jelas bahwa dalam laporan ini, Pande terletak di pantai timur atau di tepi sungai besar yang bermuara di pantai timur. Pada waktu itu, Pande mungkin merupakan pelabuhan utama Aru, karena pada sebuah peta tahun 1686, Aru digambarkan terletak di muara Sungai Barumun dan kelihatan seperti tempat yang lebih penting dibandingkan dengan Deli. Selain itu, lokasi ini masuk akal karena diceritakan juga bahwa orang Tionghoa tersebut mondar mandir di antara Pande dan kawasan pegunungan Angkola (<em>Ancools gebergte</em>). Sebenarnya daerah Angkola ini terletak di hulu Sungai Bilah dan Barumun yang disebut tadi. Tambahan lagi, juga disebut bahwa tempat tinggal orang Tionghoa itu di Angkola, terletak sejauh sekitar 10 hari dari Barus di pantai barat. Informasi ini juga cocok dengan satu tempat tinggal di pegunungan Angkola. </span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Walaupun ringkas, gambaran orang Tionghoa mengenai keadaan ekonomi, budaya, termasuk kanibalisme, di pedalaman juga sangat menarik, karena merupakan gambaran sedemikian yang paling awal. Perlu dicatat juga bahwa, menurut laporan ini, tampaknya di pantai barat pada waktu itu, belum ada orang Tionghoa yang tinggal di Barus, sedangkan sudah ada komunitas Tionghoa di Padang.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Baru 70 tahun sesudah laporan orang Tionghoa itu, terdapat satu lagi kisah perjalanan di pedalaman, yaitu masuknya Charles Miller ke pedalaman Tapanuli tahun 1772. Miller terkesan oleh keberagaman bahasa penduduk di pedalaman yang meskipun demikian memiliki abjad yang sama, dan mencatat tentang sebuah masyarakat kanibal bernama “Battas” yang berbeda dari semua penduduk lain di Sumatra dari segi bahasa, kebiasaan dan adat. Sepuluh tahun kemudian diterbitkan sintesis-sintesis pertama tentang Sumatra, yaitu sebuah artikel oleh Radermacher (1781) dan karya William Marsden yang terkenal, <em>History of Sumatra</em> (1783).</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<br /></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;">Referensi:</span></div>
<ul style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px; list-style: square; margin: 0px 0px 0.8em 0.7em; padding: 0px 0px 0px 0.7em;">
<li><span style="background-color: white;">Guillot, Claude (ed.), <em>Lobu Tua. Sejarah Awal Barus</em>. Daniel Perret (penerjemah), Naniek H. Wibisono dan Ade Pristie Wahyo (peny. terj.). Jakarta: EFEO/Association Archipel/Pusat Penelitian Arkeologi/Yayasan Obor Indonesia, 2002.</span></li>
<li><span style="background-color: white;">Guillot, Claude; Perret D., Surachman H. <em>et al.</em>, <em>Histoire de Barus. Le site de Lobu Tua. II: Etude archéologique et Documents</em>. Paris: Archipel, Cahier d'Archipel 30, 2003. Edisi dalam bahasa Indonesia: <em>Barus Seribu Tahun Yang Lalu</em>. Jakarta, EFEO/Forum Jakarta-Paris/KPG/Puslitbang Arkenas, 2008.</span></li>
<li><span style="background-color: white;">Perret, Daniel,<em> La formation d</em><em>’un paysage ethnique. </em><em>Batak et Malais de Sumatra nord-est</em>. Paris: EFEO, Monographies, no 179, 1995. Edisi baru dalam bahasa Indonesia: <em>Kolonialisme dan Etnisitas. Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut.</em> Saraswati Wardhany, penerjemah. Jakarta, EFEO/KPG/Forum Jakarta-Paris/Puslitbang Arkenas, 2010.</span></li>
<li><span style="background-color: white;">Perret, Daniel dan Surachman, Heddy (eds.), <em>Histoire de Barus-Sumatra. III: Regards sur une place marchande de l'océan Indien (XIIe-milieu du XVIIe s.)</em>. Paris: EFEO/Archipel (cahier d’Archipel 38).</span></li>
<li><span style="background-color: white;">Perret, Daniel, Heddy Surachman, Lucas P. Koestoro, Sukawati Susetyo, “Le programme archéologique franco-indonésien sur Padang Lawas (Sumatra Nord). Réflexions préliminaires”, <em>Archipel</em>, 74, 2007: 45-82.</span></li>
</ul>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
</div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
</div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;">Daniel Perret, “Pemeriksaan atas Seorang Pedagang Cina mengenai Orang Batak yang berada di Sumatera Utara, 1 Maret 1701”. Dalam: <em>Harta Karun. Khazanah Sejarah Indonesia dan Asia-Eropa dari Arsip VOC di Jakarta</em>, dokumen 9. Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, 2013.</span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;">Sumber:</span></div>
<span style="background-color: white; font-size: 13px; line-height: 19.5px;"><span style="color: #243559; font-family: "trebuchet ms" , "arial" , "helvetica" , sans-serif , "verdana" , "geneva";">https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/hartakarun/item/09/</span></span><br />
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<br class="clear" style="background-color: #aaaaaa; clear: both; color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; line-height: 19.5px;" />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #aaaaaa; color: #243559; font-family: 'Trebuchet MS', Arial, Helvetica, sans-serif, Verdana, Geneva; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.5px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-56530926673066205272016-02-02T14:11:00.002+07:002016-02-05T15:02:39.045+07:00BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (6 - Habis)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 14.0pt;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 14.0pt;">DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (6 - Habis)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: center;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Oleh:
Edward Simanungkalit *<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sumatera Utara merupakan sebuah wilayah yang didiami oleh
berbagai etnis yang populasi etnis tersebut cukup banyak. Di sebelahnya
Provinsi Aceh, Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Utara
sendiri terdiri dari 8 etnis, yaitu: Melayu, Pakpak, Karo, Simalungun, Angkola,
Mandailing, “Batak” Toba, dan Nias. Pakpak, Karo, Simalungun, Toba, Angkola,
dan Mandailing disebut oleh para antropolog sebagai “Batak”, bahkan ada penulis
sejarah “Batak” berusaha menjadikan Nias sebagai bagian dari “Batak”. Akan
tetapi, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, dan Nias tersebut keberatan
disebut “Batak”. Secara khusus, Pakpak sangat keberatan disebut “Batak”
melampaui etnis lainnya, karena arti kata “Batak” itu sendiri dalam bahasa
Pakpak adalah “babi”, sehingga dapat dimengerti kalau mereka sangat keras
menolak disebut “Batak”. Meskipun demikian, para leluhur dari semua etnis
setempat di Sumatera Utara tadi satu-persatu akan ditelusuri asal-usulnya,
sehingga menjadi terang-benderang tentang semua etnis tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Karo <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Arkeolog prasejarah,
Prof. DR. Harry Truman Simanjuntak, yang sudah malang-melintang selama 38 tahun
melakukan pelelitian arkeologi prasejarah di Indonesia ini sudah menulis lebih
dari 150 karya tulis yang telah dipublikasikan. Doktor arkeologi prasejarah
lulusan dari Perancis ini, selain sebagai Professor Riset di Puslit Arkenas
(Pusat Penelitian Arkeologi Nasional), dia juga Peneliti dan Direktur dari
Center for Prehistoric and Austronesian Studies (2006 - sekarang). Harry Truman
Simanjuntak mengatakan, bahwa ras Australomelanesoid telah lebih dulu
datang ke Sumatera dan mereka yang pertama datang setelah Sundaland tenggelam. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian disusul oleh
penutur Austroasiatik pada sekitar 4.300 – 4.100 tahun lalu dari Kamboja dan
Vietnam, sedang penutur Austronesia dari Taiwan menyusul pada sekitar
4.000 tahun lalu. Penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia ini, keduanya berasal
dari Yunan, Cina Selatan. Leluhur prasejarah ini dikemukakan oleh Harry Truman
Simanjuntak. Sedang pada masa sejarah, orang-orang India Selatan datang lagi ke
Sumatera pada sekitar abad ke-3 Masehi, sehingga terjadi juga pengaruh India
Selatan terhadap Karo, Pakpak, Simalungun, dan Mandailing. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Penelitian arkeologi
dengan melakukan ekskavasi telah dilakukan oleh P.V. van Stein Callenfels di
Deli Serdang dekat Medan (1925), H.M.E. Schurman di Langkat dekat Binjai
(1927), Kupper di Langsa (1930), Edward MacKinnon di DAS Wampu (1973, 1976,
1978), Harry Truman Simanjuntak & Budisampurno di Sukajadi, Langkat (1983),
di Lhok Seumawe dan oleh Tim Balai Arkeologi Medan di Aceh Tengah (2011) dan di
Bener Meriah, Aceh (2012). Temuan fosil di Loyang Mandale, Aceh Tengah
diperkirakan berusia 8.430 tahun. Penelitian arkeologi dengan melakukan
ekskavasi ini telah menemukan kapak Sumatera (Sumatralith) yang terkenal itu
dan menemukan bahwa ras australomelanesoid telah datang melalui pesisir Timur
Sumatera bagian Utara ini pada masa Mesolitik sekitar 10.000 – 6.000 tahun
lalu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Berdasarkan fosil yang ditemukan di Loyang Mandale, Aceh
Tengah (Gayo) yang berusia 7.400 tahun pada waktu itu (sedang temuan terbaru
8.430 tahun), maka dilakukan tes DNA terhadap fosil yang ditemukan dan sampel
darah 300 lebih siswa/i Orang Gayo di Takengon. DR. Safarina G. Malik dari
Eijkman Institute menyatakan, bahwa mereka itu adalah keturunan dari fosil tadi
dan kekerabatan genetik antara populasi Gayo dengan Karo sangat dekat. Hal ini
dikarenakan Orang Karo yang berada di dekat penelitian arkeologi tadi merupakan
keturunan dari ras Australomelanesoid, yang penulis sebutkan dalam tulisan ini
sebagai Raja-Raja Karo, yang datang pada masa Mesolitik sekitar 10.000 – 6.000
tahun lalu. Mereka ini juga yang datang ke Humbang menjadi Raja-Raja Toba dan
sampai ke selatan Sumatera. Itu sebabnya hasil tes DNA Orang Minangkabau, Orang
Riau, dan Orang Melayu juga menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan mereka
ini. Semuanya ini cocok dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. DR. Harry Truman
sebelumnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Simalungun <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Arkeolog prasejarah,
Prof. DR. Harry Truman Simanjuntak telah mengemukakan di atas bahwa ras
australomelanesoid telah lebih dulu bermigrasi ke Sumatera. Kemudian disusul
oleh penutur Austroasiatik datang dari Kamboja dan Vietnam pada sekitar 4.300 –
4.100 tahun lalu, sedang penutur Austronesia dari Taiwan menyusul pada
sekitar 4.000 tahun lalu. Keduanya adalah ras Mongoloid yang berasal dari Yunan,
Cina Selatan. Leluhur prasejarah ini dikemukakan oleh Harry Truman
Simanjuntak. Ras Australomelanesoid tadi datang pada masa Mesolitik di sekitar
10.000 – 6.000 tahun lalu melalui pesisir Timur Sumatera bagian Utara dan
menyebar ke daerah-daerah Sumatera hingga ke Sumatera Selatan. Dari mereka
inilah, yang penulis sebutkan di sini sebagai Raja-Raja Simalungun, yang
menurunkan Orang Simalungun. Disusul penutur Austroasiatik dan penutur
Austronesia pada masa Neolitik di sekitar tahun 6.000 – 2.000 tahun lalu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian orang-orang
India Selatan datang lagi pada millenium pertama Masehi pada sekitar abad ke-3
dan mereka mendirikan Kerajaan Nagur di tanah Simalungun. Kerajaan Nagur
bangkit dan berdiri sejak abad ke-6 dan mengalami kemunduran pada abad ke-15
serta tercatat di Cina pada zaman Disnasti Sui abad ke-6 (Agustono & Tim,
2012:24, 31). Buku “SEJARAH ETNIS SIMALUNGUN” melaporkan bahwa “… di daerah
Tigadolok masih terdapat nama kampung bernama Nagur yang letaknya jauh di
pedalaman dan sulit ditempuh. Berdekatan dengan kampung Nagur ini terdapat
tempat keramat bernama Batu Gajah sisa candi peninggalan agama Hindu yang sudah
pernah diteliti tim arkeologi dari Medan yang menurut perkiraan didirikan sejak
abad ke-5 Masehi.” (Agustono & Tim, 2012:38). Kerajaan Nagur ini
didirikan oleh Datu Parmanik-manik, yang selanjutnya berubah menjadi
Damanik. Raja Nagur, Datu Parmanik-manik itu, berasal dari Nagpur atau Nagore,
India. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian berdasarkan nama panglima Kerajaan Nagur, maka
terbentuklah 4 (empat) kelompok marga di Simalungun, yaitu: Sinaga,
Saragih, Damanik, dan Purba, yang disingkat SiSaDaPur. Marga yang empat inilah
marga Simalungun asli yang menjadi marga pemilik tanah di Simalungun sejak
zaman dulu. Pada dasarnya Kerajaan Nagur ini tetap berkelanjutan hingga masa
Raja Maropat (1400-1907) dengan Raja bermarga Damanik di Kerajaan Siantar terus
berlanjut lagi pada masa Raja Marpitu (1907-1946). Demikianlah selintas kilas
tentang etnis Simalungun hingga masa kerajaan-kerajaan di tanah Simalungun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Mandailing<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Arkeolog prasejarah, Prof. DR. Harry Truman
Simanjuntak telah mengemukakan di atas bahwa ras australomelanesoid telah lebih
dulu bermigrasi ke Sumatera. Kemudian disusul oleh penutur Austroasiatik pada
sekitar 4.300 – 4.100 tahun lalu dan penutur Austronesia menyusul pada sekitar
4.000 tahun lalu. Penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia ini, keduanya
adalah ras Mongoloid yang berasal dari Yunan, Cina Selatan. Leluhur prasejarah
ini dikemukakan oleh Harry Truman Simanjuntak. Ras australomelanesoid
tadi datang pada masa Mesolitik di sekitar 10.000 – 6.000 tahun lalu melalui
pesisir Timur Sumatera bagian Utara dan menyebar ke daerah-daerah Sumatera
hingga ke Sumatera Selatan. Dari mereka inilah, penulis sebutkan di sini
sebagai Raja-Raja Mandailing, yang menurunkan Orang Mandailing. Disusul penutur
Austroasiatik dan penutur Austronesia pada masa Neolitik di sekitar tahun 6.000
– 2.000 tahun lalu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">“Situs purba berupa
menhir ditemukan di Runding, Mandailing Natal merupakan peninggalan dari zaman batu
sebelum manusia mengenal peralatan dari perunggu. Di lokasi ini masih ditemukan
“kursi batu” dengan pahatan amat sederhana, dangkal estetika, hanya
berorientasi kepada fungsi, bukan keindahan” (www.mandailingonline.com,
16/05-2014). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian orang-orang
India Selatan datang lagi pada millenium pertama Masehi abad ke-2 atau ke-3.
Mandailing sudah disebutkan Gajah Mada dalam Sumpah Palapanya dalam Kitab
Negarakertagama sekitar tahun 1365. Candi Simangambat merupakan temuan
arkeologis di Simangambat yang berasal dari abad ke-9 Masehi. Situs-situs
lain terdapat di Desa Pidoli Lombang (Saba Biaro), Desa Huta Siantar (Padang
Mardia), Desa Sibanggor Julu, Huta Godang (Bagas Godang) dan
lain-lain. Baru-baru ini ditemukan juga situs candi di hutan Simaninggir,
Siabu, Madina yang berasal dari kebudayaan Hindu - Budha pada sekitar abad 9-10
Masehi (www.mandina,go.id). Keberadaan candi-candi ini membuktikan sudah ada
masyarakat dengan populasi besar dan teratur di sana pada masa lalu. Sedang
Candi Portibi di Padang Lawas berasal dari abad ke-11. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Pada tahun 1025, Rajendra Chola dari India Selatan
memindahkan pusat pemerintahannya di Mandailing ke daerah Hang Chola (Angkola).
Kerajaan India tersebut diperkirakan telah membentuk koloni mereka, yang
terbentang dari Portibi hingga Pidoli. Di lokasi Padang Mardia, Huta Siantar,
Panyabungan ditemukan juga situs batu bertulisan Arab bertarikh tahun 264 H
(www.mandailingonline.com, 16/05-2014) atau abad ke-9 Masehi. Peristiwa yang
dikenal sebagai Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Soengai Mati,
Medan pada tahun 1925 berlanjut ke pengadilan. Akhirnya, berdasarkan hasil
keputusan Pengadilan Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, Mandahiling diakui
sebagai etnis terpisah dari Batak (wikipedia). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Pakpak <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Arkeolog prasejarah,
Prof. DR. Harry Truman Simanjuntak telah mengemukakan di atas bahwa ras
australomelanesoid telah lebih dulu bermigrasi ke Sumatera. Kemudian disusul
oleh penutur Austroasiatik pada sekitar 4.300 – 4.100 tahun lalu dan penutur
Austronesia menyusul pada sekitar 4.000 tahun lalu. Penutur Austroasiatik dan
penutur Austronesia ini, keduanya adalah ras Mongoloid yang berasal dari Yunan,
Cina Selatan. Leluhur prasejarah ini dikemukakan oleh Harry Truman
Simanjuntak. Ras australomelanesoid tadi datang pada masa Mesolitik di sekitar
10.000 – 6.000 tahun lalu melalui pesisir Timur Sumatera bagian Utara dan
menyebar ke daerah-daerah Sumatera hingga ke Sumatera Selatan. Dari mereka
inilah, penulis sebutkan di sini sebagai Raja-Raja Pakpak, yang menurunkan
Orang Pakpak. Disusul penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia pada masa
Neolitik di sekitar tahun 6.000 – 2.000 tahun lalu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .25in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> Orang Pakpak mempunyai versi sendiri tentang asal-usul
jatidirinya berdasarkan sumber-sumber tutur menyebutkan antara lain (Sinuhaji
dan Hasanuddin, 1999/2000:16): <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -.25in; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<ol>
<li><span style="background: white; color: #151b28; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: xx-small;"> </span></span><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; text-indent: -0.25in;">Keberadaan orang-orang Simbelo, Simbacang,
Siratak, dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah Pakpak sebelum
kedatangan orang-orang Pakpak.</span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; text-indent: -0.25in;">Penduduk awal daerah Pakpak adalah orang-orang
yang bernama Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-ilang,
dan Purbaji.</span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; text-indent: -0.25in;">Dalam lapiken/laklak (buku berbahan
kulit kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah pendatang dari
India yang memakai rakit kayu besar yang terdampar di Barus.</span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; text-indent: -0.25in;">Persebaran orang-orang Pakpak Boang dari daerah
Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan Pegagan.</span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; text-indent: -0.25in;">Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir
barat Sumatera, tepatnya di Barus, yang kemudian berasimilasi dengan penduduk
setempat.</span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Selain itu, ada juga jejak Tamil dari India
Selatan di dalam masyarakat Pakpak, karena orang-orang dari India Selatan
banyak datang ke Sumatera Utara sejak millennium pertama Masehi di sekitar abad
ke-3. Kemiripan hasil-hasil budaya Pakpak (dengan India) merupakan buah dari
kontak dagang Pakpak dengan India (Tamil). Khususnya Barus merupakan bandar
internasional, menjadi gerbang bagi transfer budaya dari India terhadap budaya
Pakpak yang terjadi setidaknya sejak akhir abad ke-10 M atau awal abad ke-11 M.
Sejumlah unsur budaya India itu telah memperkaya kebudayaan Pakpak sebagaimana
dapat dilihat jejak-jejaknya hingga kini (Soedewo, 2008, dalam
https://balarmedan.wordpress.com). Parultop Padang Batanghari memiliki putri
Pinggan Matio, yang dikawini Raja Silahisabungan. Pdt. Abednego Padang
Batanghari menyebutkan bahwa Parultop merupakan generasi kesembilan dari marga
Padang Batanghari (Tabloid TANO BATAK, Edisi Oktober 2010). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Nias <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Penelitian Arkeologi
telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 yang menemukan bahwa sudah ada
manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam. Mereka ini
bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada
indikasi sejak 30.000 tahun lampau, kata Prof. DR. Harry Truman
Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu
hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias,
sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah
daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam (Wikipedia). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Penelitian genetika
terbaru menemukan, bahwa masyarakat Nias berasal dari rumpun bangsa
Austronesia. Nenek moyang orang Nias diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur
Filipina 4.000-5.000 tahun lalu. Mannis van Oven, mahasiswa doktoral dari
Department of Forensic Molecular Biology, Erasmus MC-University Medical Center
Rotterdam, memaparkan hasil temuannya di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman,
Jakarta, Senin (15/4/2013). Dalam penelitian yang telah berlangsung sekitar 10
tahun ini, Oven dan anggota timnya meneliti 440 contoh darah warga di 11
desa di Pulau Nias (Wikipedia). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Dalam genetika orang Nias tidak ditemukan dari masyarakat
Nias kuno yang hidup 12.000 tahun lalu (Kompas, 16/04-2013). DNA Nias ini sudah
diperbandingkan dengan DNA Karo dan “Batak” (baca: Toba). ”Untuk
membandingkannya, Van Oven mengintip darah Karo dan Batak serta
menemukan marka DNA yang lebih variatif. Anehnya lagi, kedua etnis yang
bertetangga wilayahnya dengan Pulau Nias ini tak memiliki dua marka genetik
Nias.” (Tempo, 17/04-2013). Jelas, bahwa DNA Nias berbeda dengan DNA Toba
maupun Karo.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Aceh <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Temuan fosil manusia di Loyang Mandale, Aceh Tengah yang
berusia 7.400 tahun (temuan terbaru 8.430 tahun), maka telah dilakukan tes DNA
terhadap fosil yang ditemukan tersebut dan sampel darah 300 lebih siswa/i di
Takengon. Dr. Safarina G. Malik dari Eijkman Institute menyampaikan bahwa orang
Aceh Gayo adalah keturunan fosil tersebut yang merupakan ras Australomelanesoid
atau Orang Negrito, pendukung budaya Hoabinh. Secara genetik, Gayo ini
berkerabat sangat dekat dengan Karo (Kaber Gayo, 10/12-2011; Lintas Gayo,
08/03-2012). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Melayu <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sebagaimana telah dikemukakan Prof. DR. Harry Truman bahwa
Ras Australomelanesoid yang seperti Papua (Negrito) datang ke Sumatera diikuti
penutur Austroasiatik sekitar 4.300 tahun lalu dan penutur Austronesia sekitar
4.000 tahun lalu. Mereka datang pada masa prasejarah yang diikuti kemudian
orang-orang India Selatan pada millenium pertama sekitar abad ke-3 Masehi.
Orang Melayu berada di sekitar dilakukannya ekskavasi arkeologi di daerah Deli
Serdang dan Langkat yang membuktikan kedatangan orang-orang Negrito, pendukung
budaya Hoabinh pada masa Mesolitik sekitar 10.000-6.000 tahun lalu. Hasil tes
DNA Melayu ini terdapat unsur Negrito, Austroasiatik, Austronesia, dan India
ditambah lain-lainnya, sehingga mereka sudah berada di Sumatera Utara pada masa
prasejarah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja
Toba <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Di Humbang, mulai dari
Silaban Rura hingga Siborong-borong, yang sekarang berada di Kabupaten Tapanuli
Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, telah ditemukan adanya aktivitas banyak
manusia sekitar 6.500 tahun lalu. Dalam bukunya “Prasejarah Kepulauan Indo-Malaysia”,
Peter Bellwood (2000:339) menulis: “Sebagai contoh, sebuah inti polen dari rawa
Pea Simsim dekat Danau Toba di Sumatera bagian Utara (1.450 m dpl) menunjukkan
bahwa pembukaan hutan kecil-kecilan mungkin sudah dimulai pada 4.500 Sebelum
Masehi.”. Bellwood merujuk kepada hasil penelitian paleontologi oleh Bernard
Kevin Maloney (1979) dari Universitas Hull, Inggris, di daerah Humbang, sebelah
barat Danau Toba dan Bernard K. Maloney sendiri sudah menulis beberapa buku
tentang hal ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Penelitian paleontologi atas pembukaan hutan ini dilakukan
pada 4 (empat) tempat, yaitu: di Pea Simsim, sebelah barat Nagasaribu, di Pea
Bullock, dekat Silangit – Siborongborong, di Pea Sijajap, daerah Simamora
Nabolak, dan di Tao Sipinggan, Silaban. Penelitian ini membuktikan bahwa telah
ada aktivitas manusia sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang (www.anu.edu.au;
www.manoa.hawaii.edu; www.lib.washington.edu). Mereka itu datang dari
pesisir timur Sumatera bagian Utara yang telah dilakukan beberapa kali penelitian
arkeologi prasejarah di beberapa tempat mulai dari Serdang dekat Medan sampai
Lhok Seumawe (ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula,
2015:21-24). Mereka ini banyak dan penulis namakan mereka dengan nama
Raja-Raja Toba, karena hanya menurunkan Orang Toba. Jadi, Raja-Raja Toba
bukan satu orang figur, tetapi lebih dari satu orang atau banyak orang dan
mereka itu yang menurunkan Orang Toba terbukti dari DNA-nya (2015:31-35). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Si
Raja Batak <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Selama ini Si Raja Batak
disebut-sebut adalah nenek-moyang Bangso Batak atau Suku Batak. Si Raja Batak
disebutkan nama kampungnya Sianjur Mulamula di kaki Pusuk Buhit, yang sekarang
berada di daerah Kabupaten Samosir. Berdasarkan mitologi seperti yang ditulis
oleh W.M. Hutagalung, dalam bukunya: “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot
Turiturian ni Bangso Batak” (1926), bahwa Si Raja Batak merupakan keturunan
dari Raja Ihatmanisia yang merupakan anak dari Si Borudeak Parujar dalam
perkawinannya dengan Raja Odapodap dari Langit Ketujuh. Berbagai tulisan maupun
buku-buku sejarah “Batak” lainnya menyebutkan bahwa Si Raja Batak berasal dari
Hindia Belakang dan membuka kampung di Sianjur Mulamula. Walaupun ada
versi-versi asal-usul lain, tetapi pada dasarnya Si Raja Batak sampai di
Sianjur Mulamula yang disebut merupakan kampung awal Bangso Batak
(2015:1-11). <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Para penulis “Sejarah
Batak” tadi menyebutkan bahwa keturunan Si Raja Batak pergi menyebar dan
membentuk Bangso Batak, yaitu: Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Secara khusus, W.M. Hutagalung
(1926) menulis tarombo di mana marga-marga Pakpak, Karo, Simalungun, dan
Mandailing merupakan keturunan Si Raja Batak dari marga-marga Toba. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Dengan demikian, selain
keturunan Si Raja Batak, maka seluruh marga-marga Pakpak, Karo, Simalungun, dan
Mandailing itu adalah keturunan Batak Toba juga yang kesemuanya disebut Bangso
Batak atau Suku Batak, sehingga Batak Toba merupakan induk dari marga-marga
Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing. Memang masih ada buku-buku yang menguraikan
tentang marga-marga bahkan ada yang memasukkan Nias sebagai sub-etnik Batak
yang merupakan keturunan Raja Asi-asi, sedang sebagian lagi menyebut keturunan
Raja Jau. Kemudian disebutkan juga tentang Raja Aceh yang pergi ke Gayo.
Akan tetapi, buku W.M. Hutagalung (1926) yang paling menarik, karena paling
laris manis, sehingga paling banyak dibaca oleh masyarakat dan
tentulah dapat diperkirakan pengaruhnya demikian luas. Setelah
Bibel, Buku Ende, dan Almanak Gereja, sepertinya buku inilah yang paling banyak
dibeli masyarakat terutama masyarakat Toba. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Pada tebing bukit di
Sianjur Mulamula, Samosir ada dibuat tulisan: “PUSUK BUHIT – SIANJUR MULAMULA –
MULA NI HALAK BATAK – 5 SUKU: BATAK TOBA, BATAK MANDAILING, BATAK KARO, BATAK
PAPPAK, BATAK SIMALUNGUN”. Selanjutnya, Monumen Pintu Gerbang Tomok memuat tulisan:
BATAK TOBA, BATAK SIMALUNGUN, BATAK MANDAILING, BATAK ANGKOLA, BATAK
PAKPAK, BATAK KARO. Sementara dalam website Pemkab Samosir, tentang Si
Raja Batak ini ditulis sebagai berikut: “Si Raja Batak, yang tinggal di Kaki
Gunung Pusuk Buhit mempunyai dua putra, yaitu Guru Tateabulan dan Raja
Isumbaon. Kemudian nama dua putra ini menjadi nama dari dua kelompok besar
marga Bangso Batak, yaitu Lontung dan Sumba. Dari kedua kelompok marga ini
lahirlah marga-marga orang Batak, yang saat ini sudah hampir 500 marga. Sampai
saat ini orang Batak mempercayai bahwa asal mula Bangso Batak ada di Pusuk
Buhit Sianjur Mulamula.” (</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://www.samosirkab.go.id/"><span style="background: white;">www.samosirkab.go.id</span></a><span style="background: white; color: #151b28;">). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kemudian mengenai masa hidup Si Raja Batak ini, maka
dikemukakan beberapa pihak sebagai berikut: <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Richard
Sinaga</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">, dalam bukunya "LELUHUR MARGA MARGA BATAK, DALAM
SEJARAH SILSILAH DAN LEGENDA" (1997) mengemukakan bahwa masa hidup Si Raja
Batak kira-kira pada tahun 1200 Masehi atau awal abad ke-13 Masehi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Batara
Sangti Simanjuntak</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">, dalam bukunya berjudul “Sejarah Batak”,
mengatakan bahwa Si Raja Batak di Tanah Batak baru ada pada tahun 1305 Masehi
atau awal abad ke-14 Masehi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Kondar
Situmorang</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">, dalam Harian Sinar Indonesia Baru terbitan tanggal 26
September 1987 dan tanggal 03 Oktober 1987 serta tanggal 24 Oktober 1987,
dengan judul “Menapak Sejarah Batak”, mengatakan bahwa Si Raja Batak baru ada
pada tahun 1475 Masehi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sarman
P. Sagala</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">, dalam website Pemkab Samosir mengatakan, bahwa Si Raja
Batak hidup pada tahun 1200 atau awal abad ke-13 (</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://dishubkominfo.samosirkab.go.id/"><span style="background: white;">http://dishubkominfo.samosirkab.go.id/</span></a><span style="background: white; color: #151b28;">). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Ketut
Wiradnyana</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">, arkeolog Balai Arkeologi Medan yang telah melakukan
penelitian arkeologi di Samosir, dalam seminar “Telaah Mitos dan Sejarah dalam Asal
Usul Orang Batak” di Unimed (Jumat, 09/01-2015), mengatakan bahwa orang
Batak pertama di Sianjurmulamula dan mereka telah bermukim di sana sejak
600-1000 tahun yang lalu (</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://humas.unimed.ac.id/"><span style="background: white;">http://humas.unimed.ac.id</span></a><span style="background: white; color: #151b28;">). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Prof. Dr. Uli Kozok</span></b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">,
dalam seminar “Telaah Mitos dan Sejarah dalam Asal Usul Orang Batak” di Unimed
(Jumat, 09/01-2015), mengemukakan bahwa Si Raja Batak lahir sekitar
600-800 tahun yang lalu (</span><span style="font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><a href="http://humas.unimed.ac.id/"><span style="background: white;">http://humas.unimed.ac.id</span></a><span style="background: white; color: #151b28;">). <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Demikianlah telah diuraikan di atas tentang masa hidup Si
Raja Batak sebagaimana dikemukakan tadi keseluruhannya berkisar antara 500-1000
tahun lalu atau tidak lebih dari 1000 tahun. Tebing di Sianjur Mulamula.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sejarah
Harus Ditulis Ulang <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahwa Si Raja Batak itu disebutkan menurunkan Bangso Batak,
yaitu: Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Karo, Batak Simalungun, dan Batak
Mandailing. Oleh karena namanya Si Raja Batak, makanya keturunannya menyandang
kata “Batak” juga seperti halnya marga. Seperti itulah pemahaman di Toba, yang
diyakini bahwa semua yang disebutkan tadi menyebar dari Sianjur Mulamula,
sehingga bila ada pihak yang mengatakan bahwa mereka bukan Batak, maka itu
dipahami sebagai durhaka, karena menyangkal leluhurnya. Demikianlah pemahaman
di Toba, sehingga membuat mereka sulit menerima pernyataan pihak-pihak tadi
yang mengatakan “bukan Batak”, karena menganggap Si Raja Batak mempunyai
hubungan genealogis dengan Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Karo, Batak
Simalungun, dan Batak Mandailing. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Telah dikemukakan di atas
bahwa jumlah marga-marga dari Bangso Batak atau Suku Batak yang merupakan
keturunan Si Raja Batak sekitar hampir 500 marga dari Toba, Pakpak, Karo,
Simalungun, dan Mandailing (termasuk Angkola). Jadi, berdasarkan uraian tadi,
maka Tanah Toba, Tanah Pakpak, Tanah Karo, Tanah Simalungun, dan Tanah
Mandailing sebelumnya kosong. Baru setelah Si Raja Batak datang ke Sianjur
Mulamula dan keturunannya mulai berkembang barulahlah mereka menyebar ke
daerah-daerah tersebut, maka terbentuklah Bangso Batak seperti yang disebutkan
tadi. Pertanyaannya, benarkah masing-masing daerah ini adalah tanah kosong yang
belum didiami oleh manusia sebelum keturunan Si Raja Batak datang mendiami
tanah kosong tersebut? Tentu tidak demikian, karena sudah banyak manusia datang
ke seluruh daerah di Sumatera Utara sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur
Mulamula, kaki Pusuk Buhit, Samosir. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Raja-Raja Karo, Raja-Raja
Simalungun, Raja-Raja Mandailing, Raja-Raja Pakpak, dan Raja-Raja Toba telah
lebih dulu berdiam di Sumatera Utara yang datang pada masa Mesolitik di sekitar
10.000 – 6.000 tahun lalu (2015:41-42), sedang masa hidup Si Raja Batak dari
Sianjur Mulamula itu sekitar 500 – 1.000 tahun lalu atau paling lama 1.000 tahun
lalu. Ditambah lagi penutur Austroasiatik dan penutur Austronesia datang
bermigrasi ke Tanah Karo, Tanah Simalungun, Tanah Mandailing, dan Tanah Pakpak
yang datang pada masa Neolitik di sekitar 6.000 – 2.000 tahun lalu, yang
dimenangkan penutur Austronesia, sehingga menjadikan bahasa Karo, bahasa
Simalungun, bahasa Mandailing, dan bahasa Pakpak termasuk ke dalam rumpun
bahasa Austronesia. Kemudian orang-orang India Selatan datang lagi bermigrasi
ke Tanah Karo, Tanah Simalungun, Tanah Mandailing, dan Tanah Pakpak pada
millenium pertama di sekitar abad ke-3 Masehi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Dengan demikian, Si Raja
Batak adalah pendatang baru di Sianjur Mulamula yang kedatangannya memiliki
selisih waktu setidaknya 5.000 tahun lebih dulu Raja-Raja Karo, Raja-Raja
Simalungun, Raja-Raja Mandailing, Raja-Raja Pakpak, dan Raja-Raja Toba. Itu sebabnya
dapat dipastikan bahwa Orang Karo, Orang Simalungun, Orang Mandailing, dan
Orang Pakpak bukan berasal dari Sianjur Mulamula, sehingga sama sekali bukanlah
keturunan Si Raja Batak. Kalaupun terjadi migrasi marga-marga tertentu dari
Toba ke daerah Karo, Simalungun, Mandailing, dan Pakpak, maka hal itu bukan
berarti menjadikan etnis Karo, etnis Simalungun, etnis Mandailing, dan etnis
Pakpak berasal dari Toba. Kalaupun W.M. Hutagalung dan penulis-penulis Sejarah
“Batak” lain menyebutkan dan mengklaim bahwa semua marga Karo, marga
Simalungun, marga Mandailing, dan marga Pakpak berasal dari Toba sebagai
keturunan Si Raja Batak, maka hal itu jelas tidak sesuai dengan fakta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Etnis Karo, etnis
Simalungun, etnis Mandailing, dan etnis Pakpak sudah berdiam di tanahnya
masing-masing sebelum Si Raja Batak datang. Mereka masing-masing menggunakan
bahasa Karo, Simalungun, Mandailing, dan Pakpak yang termasuk rumpun bahasa
Austronesia. Kemudian masing-masing etnis ini terjadi migrasi ke luar dan ke
dalam termasuk dari Toba, sehingga terjadi percampuran dan mereka mengalami
perkembangan budaya. Kalaupun ada migrasi dari Toba, maka bukan berarti Toba
menjadi induk dari masing-masing etnis ini. Setiap etnis memiliki tanah ulayat,
masyarakat, bahasa, budaya, kepercayaan tradisional (agama suku), dan mitologi
sendiri. Dengan demikian, masing-masing etnis pada dasarnya terbentuk sendiri,
sehingga bukan diturunkan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula seperti
dikemukakan oleh W.M. Hutagalung yang secara prinsip diikuti oleh penulis-penulis
sejarah “Batak” lainnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Etnis Nias sudah berdiam
di pulau Nias sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur Mulamula. Mereka berbahasa
Nias yang termasuk rumpun bahasa Austronesia. Mereka nyaris tidak mengalami
percampuran di masa lalu, karena jauh dari daratan Sumatera dan setelah terjadi
migrasi baru terjadi percampuran sedikit sehubungan dengan transportasi yang
semakin baik setelah Indonesia merdeka. Sebagai sebuah etnis, Etnis Nias
memiliki tanah ulayat, masyarakat, bahasa, budaya, kepercayaan tradisional
(agama suku), dan mitologi sendiri. Inilah etnis Nias yang sekarang dan pada
dasarnya etnis Nias terbentuk sendiri, sehingga bukan keturunan Si Raja Batak
dari Sianjur Mulamula seperti yang dikemukakan oleh penulis-penulis sejarah
Batak. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Etnis Aceh (Gayo) dapat
dipastikan bukan berasal dari Sianjur Mulamula, sehingga bukan keturunan Si
Raja Batak sama sekali. Etnis ini sudah terlalu tua jika hendak dibandingkan
dengan Si Raja Batak dari Sianjur Mulamula, karena etnis ini sudah ada pada
masa prasejarah sementara Si Raja Batak datang pada millenium kedua di Sianjur
Mulamula. Dengan demikian, etnis Aceh (Gayo) bukanlah berasal dari Sianjur
Mulamula dan bukan keturunan Si Raja Batak sama sekali seperti yang dikemukakan
oleh W.M. Hutagalung. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Etnis Melayu sudah
berdiam di Sumatera Utara sebelum Si Raja Batak tiba di Sianjur Mulamula.
Mereka telah mulai terbentuk sejak masa prasejarah oleh orang Negrito, penutur
Austroasiatik, penutur Austronesia dan masih terus bercampur pada masa sejarah
seiring dengan datangnya para migran dari Asia Daratan. Dengan demikian,
jelaslah gambaran masyarakat di Sumatera Utara di masa lalu yang membentuk
berbagai etnis secara sendiri-sendiri. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Akhirnya, turiturian (folklore) dan tarombo yang ditulis oleh
W.M. Hutagalung di dalam bukunya “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni
Bangso Batak” (1926) yang berpangkal kepada figur Si Raja Batak dari Sianjur
Mulamula di kaki Pusuk Buhit, Samosir terbukti secara prinsip tidak
sesuai dengan fakta. Oleh karena itu, sejarah harus ditulis ulang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<b><span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Penutup
<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif";">Setelah terang-benderang
mengenai leluhur berbagai etnis di Sumatera Utara, maka jelas bahwa Si Raja
Batak adalah pendatang baru, karena leluhur seluruh etnis di Sumatera
Utara telah lebih dulu berdiam di Sumatera Utara dan memiliki keturunan. Pakpak,
Karo, Simalungun, Mandailing, dan Nias lebih tua dari Si Raja Batak, sehingga
Si Raja Batak bukanlah nenek-moyang Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, dan
Nias. Jadi, Si Raja Batak bukanlah nenek-moyang Bangso Batak. Dengan demikian,
Toba juga bukan induk dari etnis Pakpak, Karo, Simalungun, dan Mandailing,
karena masing-masing etnis ini sudah ada sebelum Si Raja Batak datang ke
Sumatera Utara, sehingga Toba bukanlah induk Bangso Batak. Konsekwensi
logisnya, maka Bangso Batak pun tidak ada. *** <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: left;">
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><b>(*) Penulis adalah pemerhati sejarah peradaban alternatif</b></span><br />
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><b><br /></b></span>
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"><b><br /></b></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 16.8667px;"><span style="font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Tulisan ini terkait dengan tulisan-tulisan sebelumnya: </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<br />
<ol style="text-align: left;">
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG TOBA: Asal-usul, Budaya, Negeri, dan DNA-nya </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG TOBA: Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG TOBA: Bukan Keturunan Si Borudeak Parujar </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">PUSUK BUHIT BUKAN GUNUNG LELUHUR ORANG TOBA </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG TOBA DAN SIANJURMULAMULA </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG TOBA DENGAN TAROMBO SIANJUR MULA-MULA </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">SI RAJA BATAK ATAU SI RAJA TOBA? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG SIMALUNGUN KETURUNAN SI RAJA BATAK DARI SIANJUR MULAMULA – PUSUK BUHIT; FAKTA ATAU MITOS? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG PAKPAK: Hubungannya dengan Si Raja Batak; Fakta atau Mitos? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG KARO: Hubungannya dengan Si Raja Batak; Fakta atau Mitos? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG SIMALUNGUN: Hubungannya dengan Si Raja Batak; Fakta atau Mitos? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">ORANG MANDAILING: Hubungannya dengan Si Raja Batak; Fakta atau Mitos? </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">MEMBAYANGKAN PAKPAK SEBAGAI ETNIS TERSENDIRI: Sebuah Renungan </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">HALAK TOBA – ORANG TOBA </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (1) </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (2) </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (3) </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (4) </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (5) </span></li>
<li><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">BENARKAH SI RAJA BATAK NENEK-MOYANG BANGSO BATAK DAN TOBA INDUK BANGSO BATAK? (6 - Habis)</span></li>
</ol>
</div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 16.8667px;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="color: #444444; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.2px; margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 16.8667px;"><br style="box-sizing: border-box; font-family: 'open sans', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" /></span><span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 11pt; line-height: 16.8667px;">Sumber:</span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "tahoma" , sans-serif; font-size: 14.6667px; line-height: 16.8667px;"><a href="http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit" style="color: #4d469c; outline: none; text-decoration: none;">http://www.kompasiana.com/edwardsimanungkalit</a></span></div>
<span style="background: white; color: #151b28; font-family: "tahoma" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;"></span><br />
<br /></div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-78817421417883160132016-01-31T19:26:00.002+07:002016-01-31T19:26:17.470+07:00Jejak Sejarah Orang Batak Toba Sampai ke Lembah Alas<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="post-title entry-title" style="background-color: white; border: 0px; color: #272727; float: left; font-stretch: inherit; line-height: 48px; margin: 10px 0px; padding: 0px 0px 5px; position: relative; text-align: center; vertical-align: baseline; width: 700px;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: large;">Jejak Sejarah Orang Batak Toba Sampai ke Lembah Alas</span></h1>
<div class="share-it" style="background-color: white; border-bottom-color: rgb(188, 188, 188); border-bottom-style: solid; border-top-color: rgb(188, 188, 188); border-top-style: solid; border-width: 1px 0px; color: #444444; font-family: Lato, Arial, Verdana, 'Helvetica Neue', Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; height: 33px; line-height: 24px; margin: 0px 0px 20px; padding: 5px 0px; vertical-align: baseline; width: 700px;">
<div class="addthis_toolbox addthis_default_style " style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: 0px; display: inline; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: 700px;">
<a class="addthis_button_facebook_like at300b" fb:like:layout="button_count" href="https://www.blogger.com/null" style="border: 0px; color: black; cursor: pointer; display: inline; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 20px; line-height: initial; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px 2px; vertical-align: baseline; width: auto;"><div class="fb-like fb_iframe_widget" data-action="like" data-font="arial" data-href="http://kaisosogarcia.blogspot.com/2015/09/jejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html" data-layout="button_count" data-ref=".Vq38ZIMCYcI.like" data-send="false" data-share="false" data-show_faces="false" data-width="90" fb-iframe-plugin-query="action=like&app_id=&container_width=78&font=arial&href=http%3A%2F%2Fkaisosogarcia.blogspot.com%2F2015%2F09%2Fjejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html&layout=button_count&locale=en_US&ref=.Vq38ZIMCYcI.like&sdk=joey&send=false&share=false&show_faces=false&width=90" fb-xfbml-state="rendered" style="border: 0px; display: inline-block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: 16px; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; display: inline-block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 20px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; text-align: justify; vertical-align: bottom; width: 78px;"><br /><iframe allowfullscreen="true" allowtransparency="true" class="" frameborder="0" height="1000px" name="f2bd74208c" scrolling="no" src="http://www.facebook.com/plugins/like.php?action=like&app_id=&channel=http%3A%2F%2Fstaticxx.facebook.com%2Fconnect%2Fxd_arbiter.php%3Fversion%3D42%23cb%3Df2bca35bc8%26domain%3Dkaisosogarcia.blogspot.co.id%26origin%3Dhttp%253A%252F%252Fkaisosogarcia.blogspot.co.id%252Ff17ecba23c%26relation%3Dparent.parent&container_width=78&font=arial&href=http%3A%2F%2Fkaisosogarcia.blogspot.com%2F2015%2F09%2Fjejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html&layout=button_count&locale=en_US&ref=.Vq38ZIMCYcI.like&sdk=joey&send=false&share=false&show_faces=false&width=90" style="border-style: none; border-width: initial; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 20px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: absolute; vertical-align: baseline; visibility: visible; width: 78px;" title="fb:like Facebook Social Plugin" width="90px"></iframe></span></div>
</a><a class="addthis_button_tweet at300b" href="https://www.blogger.com/null" style="border: 0px; color: black; cursor: pointer; display: inline; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 20px; line-height: initial; margin: 0px 0px 5px; padding: 0px 2px; vertical-align: baseline; width: auto;"><iframe allowtransparency="true" class="twitter-share-button twitter-share-button-rendered twitter-tweet-button" data-url="http://kaisosogarcia.blogspot.com/2015/09/jejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html#.Vq38ZBCFVAo.twitter" frameborder="0" id="twitter-widget-0" scrolling="no" src="http://platform.twitter.com/widgets/tweet_button.baa54ded21a982344c4ced326592f3de.en.html#dnt=false&id=twitter-widget-0&lang=en&original_referer=http%3A%2F%2Fkaisosogarcia.blogspot.co.id%2F2015%2F09%2Fjejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html&size=m&text=Aefarlava%3A%20Jejak%20Sejarah%20Orang%20Batak%20Toba%20Sampai%20ke%20Lembah%20Alas.%3A&time=1454242920119&type=share&url=http%3A%2F%2Fkaisosogarcia.blogspot.com%2F2015%2F09%2Fjejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html%23.Vq38ZBCFVAo.twitter" style="border-style: initial; border-width: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: 20px; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: static; vertical-align: baseline; visibility: visible; width: 61px;" title="Twitter Tweet Button"></iframe></a><br /><div class="atclear" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1159078629147381559" style="background: white; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline; word-wrap: break-word;">
<div dir="ltr" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" trbidi="on">
<br /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><div dir="ltr" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" trbidi="on">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="border-collapse: collapse; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border-spacing: 0px; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding: 4px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><tbody style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<tr style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbi_B-Z0P7baw50yQMVY_xcN8gdHKRohqL_ZG_ka8qlSyQxMoZS8pBZ-Xo1VNnWotMKrfGIuX3s-JmvMXSi43gtSAtsuPNNmpNEPzxMY83DLXd_x7yP2TaAvBqszE5amQnPXW3jFzVRa0Y/s1600/tari-tor-tor_tobamuslimtour.jpg" imageanchor="1" style="border: 0px; color: black; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><img alt="" border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbi_B-Z0P7baw50yQMVY_xcN8gdHKRohqL_ZG_ka8qlSyQxMoZS8pBZ-Xo1VNnWotMKrfGIuX3s-JmvMXSi43gtSAtsuPNNmpNEPzxMY83DLXd_x7yP2TaAvBqszE5amQnPXW3jFzVRa0Y/s320/tari-tor-tor_tobamuslimtour.jpg" style="border: none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: bottom;" title="Suku Batak menarikan tarian Tor-tor by Toba muslim tour" width="320" /></a></td></tr>
<tr style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td class="tr-caption" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 12.8px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Suku Batak menarikan tarian Tor-tor by Toba muslim tour</td></tr>
</tbody></table>
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><b style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">KUTACANE</b><span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">-(Diposkan oleh</span><span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"> </span><a href="http://agaranews.com/index.php/2015/09/18/sejarah-kedatangan-suku-batak-toba-ke-aceh-tenggara/" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: black; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;" target="_blank">Agaranews</a><span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">)Sejarah kedatangan suku bangsa Batak Toba ke Tanah Alas ini dikutip dari buku “Migran Batak Toba di Luar Tapanuli Utara: Sebuah Deskripsi” (OHS. Purba dan Elvis F. Purba: 1998, 141-162).</span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pembukaan jalan dari Sidikalang ke Tanah Alas (1909-1914) menjadi sumber informasi bagi orang Batak Toba yang datang di kemudian hari. Informasi itu berasal dari para pekerja yang dibawa oleh Kolonial Belanda dari Samosir.</span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Frederich Sibarani dari Laguboti dan kawan-kawannya bekerja dalam bidang pembangunan jembatan di dalam wilayah Keujeuruen/Kerajaan Bambel. Tahun 1918 F. Sibarani dan keluarganya akhirnya menetap di Titi Panjang, Kute Prapat Hilir, Keujeuruen Batumbulan, di sana ia membuka usaha pertukangan. Kemudian hari, keluarga ini menjadi tempat penampungan sementara bagi pendatang baru dari Tapanuli.</span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pionir Batak Toba tinggal di Keujeuruen Batumbulan. Raja Batumbulan saat itu, Teuku Sidun, merasa senang terhadap pendatang Batak Toba karena berhasil membuka persawahan. Berita tentang Tanah Alas semakin tersebar di kalangan petani Batak Toba dan mereka ingin memasuki Tanah Alas yang subur. Tahun 1919 David Sitohang memohon sepucuk surat dari Brinkschmidt, pendeta Jerman di Sidikalang, untuk Civiel Gezaghhebber di Kutacane agar mereka dapat membuka perkampungan di sana.</span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tahun-tahun pertama dasawarsa 1920-an para petani Batak Toba semakin ramai berdatangan. Untuk mendapatkan tanah mereka terlebih dahulu membayar uang adat dan mendapatkan surat izin dari Keujeuruen. Tahun 1922 diperkirakan sudah ada 150 KK yang menetap di Tanah Alas. Mereka membuka hutan menjadi tempat tinggal dan lahan pertanian. Pihak Kolonial Belanda merasa senang dan memberi dukungan dan kemudahan bagi mereka untuk membuka perkampungan. Kampung pertama Batak Toba di Tanah Alas antara lain Bunga Melur, Mbacang Racun dan Lawe Kulok.</span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tahun 1926 ada 8 kampung orang Batak Toba dan enam di antaranya sudah memiliki geuchik/penghulu dari suku sendiri. Saat itu diperkirakan ada 200 KK orang Batak Toba di Tanah Alas. Menurut sensus tahun 1930 terdapat 1.789 orang Batak Toba di Tanah Alas.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #444444; line-height: 25.6px;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="border-collapse: collapse; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border-spacing: 0px; border: 0px; color: #444444; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin-left: auto; margin-right: auto; margin-top: 0px; padding: 4px; text-align: center; vertical-align: baseline;"><tbody style="border: 0px; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<tr style="border: 0px; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td style="border: 0px; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAw0cQn1turkO_Dz-ZjwfRK9-TRS6xe646otW8_wOeG_DJqMb5oE7Vux_uwMYkWD_Frq1cCYQQKsrViITbQ3ikFDp7tkNt5ZaQsGSyJxsYSVF85eW4VVDSq9V6GFywXyHMKEQNxFxnhH1c/s1600/20120331_080545_tarian-adat-kutacane.jpg" imageanchor="1" style="border: 0px; color: black; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px auto; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img alt="" border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAw0cQn1turkO_Dz-ZjwfRK9-TRS6xe646otW8_wOeG_DJqMb5oE7Vux_uwMYkWD_Frq1cCYQQKsrViITbQ3ikFDp7tkNt5ZaQsGSyJxsYSVF85eW4VVDSq9V6GFywXyHMKEQNxFxnhH1c/s400/20120331_080545_tarian-adat-kutacane.jpg" style="border: none; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: bottom;" title="Tarian dari seluruh kesenian yang berkembang di Aceh Tenggara" width="400" /></span></a></td></tr>
<tr style="border: 0px; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><td class="tr-caption" style="border: 0px; font-size: 12.8px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tarian dari seluruh kesenian yang berkembang di Aceh Tenggara</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">Keagresifan mereka membuat status sosial ekonominya lebih baik dibandingkan penduduk setempat. Raja Bambel, Teuku Durasa (Wan Ampuk) merasa khawatir dan merubah jalan pikirannya. Raja ini merasa kurang senang terhadap orang Batak Toba. Perubahan sikap raja ini menyebabkan para petani Batak Toba bersedia memulangkan tanah yang telah digarap dengan ganti rugi. Akhirnya, pada tahun 1936, Teuku Durasa ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Alor Setar, Kedah (Malaya).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">Tahun 1934 jumlah orang Batak Toba di Tanah Alas mencapai 3.500 jiwa (2.730 orang Kristen dan 770 orang Islam). Orang Batak Toba yang beragama Islam tinggal di Lawe Petanduk dan Muara Keminjin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">Tahun-tahun selanjutnya arus perpindahan mayoritas ke selatan Lawe Alas. Jemaat Kristen Batak pun berkembang mulai dari Pulonas, Pulo Biang, Lawe Petanduk, Lawe Ponggas, Lawe Sigalagala, Kuta Tengah, dan lain-lain. Tanggal 24 Januari 1934 Pendeta Boas Simatupang ditempatkan untuk Tanah Alas dan bertempat tinggal di Pulonas. Guru-guru tamatan Sekolah Tinggi Sipoholon dikirim ke Rukahan, Salang Baru, Lawe Ponggas dan Lawe Sigalagala.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">David Sitohang menjadi geuchik/penghulu di Lawe Sigalagala pada tahun 1934. Pada tanggal 1 April 1934 didirikan gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Lawe Sigalagala dengan areal seluas 1,5 Ha.Di Utara dan Selatan Tanah Alas kampung orang Batak Toba terus bertambah. Tak jarang sedikit demi sedikit tanah orang Alas beralih tangan ke orang Batak Toba.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">Kurun waktu 1942-1945 petani-petani Batak Toba mulai memasuki seberang Lawe Alas. Akibat kekejaman Jepang yang memberlakukan romusha (kerja paksa), banyak orang Batak Toba melarikan diri ke Sidikalang dan Medan, walaupun anak dan isteri mereka masih tinggal di Tanah Alas. Tahun 1954 orang Batak Toba di Tanah Alas mencapai 14.790 jiwa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">Tahun 1974 jumlah penduduk Tanah Alas sebanyak 91.303 jiwa terdiri dari orang Alas (45%), Batak Toba (35%), Suku lain: Gayo, Batak Karo, Batak Mandailing, Singkil, Aceh, Minangkabau dan Jawa (20%).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><br /></span></div>
</span></span><span style="color: #444444; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat ini penduduk Aceh Tenggara berjumlah sekitar 184.000 jiwa, di mana suku bangsa Batak Toba termasuk dalam 3 suku utama yaitu Alas (55%), Batak Toba(17%) dan Gayo(14%). Sisanya terdiri dari suku bangsa Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, Minangkabau, Aceh, Singkil, Jawa dan Nias</span></span><span style="font-family: inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit;">.</span></div>
</span></div>
</div>
<div dir="ltr" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" trbidi="on">
<iframe frameborder="0" height="60" id="bdvifrmloc1596732" marginheight="0" marginwidth="0" name="BidVertiser_Frame1596732" scrolling="no" src="http://bdfrm.bidvertiser.com/BidVertiser.dbm?pid=640137&bid=1596732&RD=4173772986978&DIF=1&bd_ref_v=-&tref=1&win_name=null&docref=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F&jsrand=4173772986978&js1loc=-&loctitle=Aefarlava%3A%20Jejak%20Sejarah%20Orang%20Batak%20Toba%20Sampai%20ke%20Lembah%20Alas." style="border-style: initial; border-width: 0px; display: block; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; opacity: 1; padding: 0px; vertical-align: baseline;" width="468"></iframe></div>
</div>
</div>
<div class="post-footer" style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="color: #444444; font-family: Lato, Arial, Verdana, 'Helvetica Neue', Helvetica, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 24px;">
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-1" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-2" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 14px 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="author-profile" itemprop="author" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/Person" style="border-bottom-color: rgb(188, 188, 188); border-bottom-style: solid; border-top-color: rgb(188, 188, 188); border-top-style: solid; border-width: 1px 0px; font-stretch: inherit; margin: 10px 0px 0px; overflow: hidden; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="inner-content" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 10px 0px; padding: 5px; vertical-align: baseline;">
<a href="https://plus.google.com/112177036052615677667" style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; vertical-align: baseline;"><div class="auhtor-image" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<img itemprop="image" src="http://lh4.googleusercontent.com/-lC-jzs_ptNc/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAABik/HDHYzj0wU4I/s512-c/photo.jpg" style="border-radius: 50%; border: 1px solid rgb(239, 239, 239); color: white; float: left; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: inherit; line-height: inherit; margin: 5px 13.7969px 0px 0px; max-width: 100%; padding: 0px; vertical-align: bottom;" width="100px" /></div>
</a><div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span itemprop="name" style="border: 0px; color: black; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: none; text-transform: uppercase; vertical-align: baseline;"><a class="g-profile" data-gapiattached="true" data-gapiscan="true" data-onload="true" href="https://plus.google.com/112177036052615677667" itemprop="url" rel="author" style="border: 0px; color: black; font-family: raleway; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 15px 0px 5px; padding: 0px; text-decoration: none; text-transform: uppercase; vertical-align: baseline;" title="author profile">RIDUWAN PHILLY</a></span></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sumber:</div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; font-stretch: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="color: #444444; font-family: helvetica;"><span style="font-size: 14px; line-height: 24px;">http://kaisosogarcia.blogspot.co.id/2015/09/jejak-sejarah-orang-batak-toba-sampai.html</span></span></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="border-image-outset: initial; border-image-repeat: initial; border-image-slice: initial; border-image-source: initial; border-image-width: initial; border: 0px; color: #444444; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-22491471681575713652016-01-31T19:18:00.000+07:002016-01-31T19:21:02.787+07:00Sejarah Kedatangan suku Batak Toba ke Aceh Tenggara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="article-header" style="background-color: white; display: table; font-family: 'Helvetica Neue Light', HelveticaNeue-Light, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-align: center; width: 750px;">
<div class="top ribbon-piece" style="background-color: #666666; border-bottom-color: rgba(255, 255, 255, 0.6); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; border-radius: 1px 1px 0px 0px; box-shadow: rgba(0, 0, 0, 0.2) 0px 0px 5px; font-size: 11px; margin: 0px; outline: none; padding: 4px 0px; position: relative; text-transform: uppercase; transition: background-color 0.5s ease-in;">
</div>
<h1 class="title entry-title" itemprop="name" style="display: table-cell; font-size: 20px; margin: 0px; padding: 0px 40px 0px 0px; position: relative; vertical-align: middle; width: 710px;">
<span style="background-color: white; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sejarah Kedatangan suku Batak Toba ke Aceh Tenggara<br /></span></h1>
</div>
<div class="article-content entry-content" itemprop="articleBody" style="clear: both; margin: 10px auto 5px; outline: none; padding: 0px; text-align: justify;">
<div class="mbl notesBlogText clearfix" style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">
<span style="background-color: white; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sejarah kedatangan suku bangsa Batak Toba ke Tanah Alas ini dikutip dari buku “Migran Batak Toba di Luar Tapanuli Utara: Sebuah Deskripsi” (OHS. Purba dan Elvis F. Purba: 1998, 141-162).<br /><br />Pembukaan jalan dari Sidikalang ke Tanah Alas (1909-1914) menjadi sumber informasi bagi orang Batak Toba yang datang di kemudian hari. Informasi itu berasal dari para pekerja yang dibawa oleh Kolonial Belanda dari Samosir.<br /><br />Frederich Sibarani dari Laguboti dan kawan-kawannya bekerja dalam bidang pembangunan jembatan di dalam wilayah Keujeuruen/Kerajaan Bambel. Tahun 1918 F. Sibarani dan keluarganya akhirnya menetap di Titi Panjang, Kute Prapat Hilir, Keujeuruen Batumbulan, di sana ia membuka usaha pertukangan. Kemudian hari, keluarga ini menjadi tempat penampungan sementara bagi pendatang baru dari Tapanuli.<br /><br />Pionir Batak Toba tinggal di Keujeuruen Batumbulan. Raja Batumbulan saat itu, Teuku Sidun, merasa senang terhadap pendatang Batak Toba karena berhasil membuka persawahan. Berita tentang Tanah Alas semakin tersebar di kalangan petani Batak Toba dan mereka ingin memasuki Tanah Alas yang subur. Tahun 1919 David Sitohang memohon sepucuk surat dari Brinkschmidt, pendeta Jerman di Sidikalang, untuk Civiel Gezaghhebber di Kutacane agar mereka dapat membuka perkampungan di sana.<br /><br /><br />Tahun-tahun pertama dasawarsa 1920-an para petani Batak Toba semakin ramai berdatangan. Untuk mendapatkan tanah mereka terlebih dahulu membayar uang adat dan mendapatkan surat izin dari Keujeuruen. Tahun 1922 diperkirakan sudah ada 150 KK yang menetap di Tanah Alas. Mereka membuka hutan menjadi tempat tinggal dan lahan pertanian. Pihak Kolonial Belanda merasa senang dan memberi dukungan dan kemudahan bagi mereka untuk membuka perkampungan. Kampung pertama Batak Toba di Tanah Alas antara lain Bunga Melur, Mbacang Racun dan Lawe Kulok.<br /><br />Tahun 1926 ada 8 kampung orang Batak Toba dan enam di antaranya sudah memiliki geuchik/penghulu dari suku sendiri. Saat itu diperkirakan ada 200 KK orang Batak Toba di Tanah Alas. Menurut sensus tahun 1930 terdapat 1.789 orang Batak Toba di Tanah Alas.<br /><br />Keagresifan mereka membuat status sosial ekonominya lebih baik dibandingkan penduduk setempat. Raja Bambel, Teuku Durasa (Wan Ampuk) merasa khawatir dan merubah jalan pikirannya. Raja ini merasa kurang senang terhadap orang Batak Toba. Perubahan sikap raja ini menyebabkan para petani Batak Toba bersedia memulangkan tanah yang telah digarap dengan ganti rugi. Akhirnya, pada tahun 1936, Teuku Durasa ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Alor Setar, Kedah (Malaya).<br /><br />Tahun 1934 jumlah orang Batak Toba di Tanah Alas mencapai 3.500 jiwa (2.730 orang Kristen dan 770 orang Islam). Orang Batak Toba yang beragama Islam tinggal di Lawe Petanduk dan Muara Keminjin.<br /><br />Tahun-tahun selanjutnya arus perpindahan mayoritas ke selatan Lawe Alas. Jemaat Kristen Batak pun berkembang mulai dari Pulonas, Pulo Biang, Lawe Petanduk, Lawe Ponggas, Lawe Sigalagala, Kuta Tengah, dan lain-lain. Tanggal 24 Januari 1934 Pendeta Boas Simatupang ditempatkan untuk Tanah Alas dan bertempat tinggal di Pulonas. Guru-guru tamatan Sekolah Tinggi Sipoholon dikirim ke Rukahan, Salang Baru, Lawe Ponggas dan Lawe Sigalagala.<br /><br />David Sitohang menjadi geuchik/penghulu di Lawe Sigalagala pada tahun 1934. Pada tanggal 1 April 1934 didirikan gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Lawe Sigalagala dengan areal seluas 1,5 Ha.Di Utara dan Selatan Tanah Alas kampung orang Batak Toba terus bertambah. Tak jarang sedikit demi sedikit tanah orang Alas beralih tangan ke orang Batak Toba.<br /><br />Kurun waktu 1942-1945 petani-petani Batak Toba mulai memasuki seberang Lawe Alas. Akibat kekejaman Jepang yang memberlakukan romusha (kerja paksa), banyak orang Batak Toba melarikan diri ke Sidikalang dan Medan, walaupun anak dan isteri mereka masih tinggal di Tanah Alas. Tahun 1954 orang Batak Toba di Tanah Alas mencapai 14.790 jiwa.<br /><br />Tahun 1974 jumlah penduduk Tanah Alas sebanyak 91.303 jiwa terdiri dari orang Alas (45%), Batak Toba (35%), Suku lain: Gayo, Batak Karo, Batak Mandailing, Singkil, Aceh, Minangkabau dan Jawa (20%).<br /><br />Saat ini penduduk Aceh Tenggara berjumlah sekitar 184.000 jiwa, di mana suku bangsa Batak Toba termasuk dalam 3 suku utama yaitu Alas (55%), Batak Toba(17%) dan Gayo(14%). Sisanya terdiri dari suku bangsa Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Pakpak, Minangkabau, Aceh, Singkil, Jawa dan Nias.<br /><br /><span class="photo "><img alt="" class="photo_img img deferred" data-src="http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/73386_200638666728163_873918834_n.jpg" src="data:image/gif;base64,R0lGODlhAQABAPAAAP///wAAACH5BAEAAAAALAAAAAABAAEAAAICRAEAOw==" style="background-image: url("data:image/gif; background-position: 50% 50%; background-repeat: no-repeat; border: 1px solid rgb(204, 204, 204); box-sizing: border-box; display: inline-block; height: auto; margin: 10px auto; max-width: 100%;" />Kuta Cane 23 April 2013</span></span></div>
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">
<span class="photo " style="background-color: white; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4;">
<span class="photo " style="background-color: white; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sumber:</span></div>
<span class="photo " style="background-color: white; font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 19.6px;">http://wazhadupi.blogspot.co.id/2013_04_01_archive.html</span><br />
<span class="photo " style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 19.6px;"><br /></span>
<span class="photo " style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 19.6px;"><br /></span>
<span class="photo " style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 19.6px;"><br /></span>
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4;">
<span class="photo " style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4;">
<span class="photo " style="background-color: white;"><br /></span></div>
</div>
<div style="font-size: 14px; line-height: 1.4; margin: 0px; outline: none; padding: 0px;">
<span class="photo "><br /></span></div>
</div>
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7543889113556316002.post-58847721379159233762016-01-31T19:15:00.003+07:002016-01-31T19:15:52.270+07:00Penentangan Puak Non Toba terhadap Sejarah Batak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="post-meta" style="font-family: Verdana, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12.16px; line-height: 14.592px; margin: 0px 0px 1em;">
<h1 class="post-title" id="post-391" style="border-bottom-color: rgb(204, 204, 204); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: 'Times New Roman', Times, serif; font-weight: normal; line-height: 29.184px; margin: 0px; padding: 0px 0px 0.1em; text-align: center;">
<span style="background-color: white;">Penentangan Puak Non Toba terhadap Sejarah Batak</span></h1>
<div class="post-metadata" style="font-size: 0.8em; padding: 0.3em 0px 0px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">October 16, 2009 in <a href="https://mozaikminang.wordpress.com/category/literatur/" rel="category tag" style="text-decoration: none;">Literatur</a></span></div>
</div>
<div class="post-content" style="font-family: Verdana, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12.16px; line-height: 14.592px;">
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Untuk diketahui mulai dari dulu hingga kini hanya Puak Toba dan 1 Puak Non Toba yang dengan sukarela menyatakan sebagai bagian dari Orang Batak. Mereka mengakui dasar kesamaan sejarah sub etnis mereka dengan Batak Toba terlepas dari perbedaan agama dan perbedaan dialek bahasa, yaitu Puak Angkola. Selain Batak Angkola ini hampir tidak ada satupun Puak Batak Non Toba lain yang dengan sukarela menyatakan diri sebagai bagian dari Suku Batak. Itu sudah menjadi rahasia umum dan sering dipublikasikan oleh mereka dalam berbagai media.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pandangan mereka semua seolah sepakat bahwa pengklasifikasian mereka sebagai Orang Batak adalah Pernyataan Sepihak dari Batak Toba yang sudah terlebih dahulu dipopulerkan oleh para Missionaris Jerman dan sebelumnya juga oleh Penjajah Belanda, sehingga sukar untuk diubah dan diluruskan kembali oleh mereka.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">1. Mandailing</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Mandailing tidak pernah menerima pendapat dan pengklasifikasian mereka sebagai orang Batak. Pendapat mereka perlu dipertimbangkan secara arif. Bukankah sekarang jaman modern dan ilmiah jadi boleh-boleh saja orang berbeda pendapat asal di dukung fakta. Kalau kita mau agak sedikit kritis, sebenarnya juga ada bangsa lain di sekitar nenek moyang kita sejak dahulu kala. Misalnya bangsa yang beragama Budha / Hindu yg meninggalkan bekas peradabannya berupa candi-candi di sekitar wilayah Padang Lawas dan juga beberapa di wilayah Madina. Sampai saat ini masih tidak jelas siapa mereka. Belum ada penelitian khusus yang menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak adalah penganut Budha atau Hindu. Yang jelas saat ini penduduk daerah tersebut sudah menjadi pengusung Budaya Batak sepenuhnya dari Puak Mandailing di Madina, di Padang Lawas, & enclave Batak Rao di Prov. Sumatera Barat. Mungkin mereka sudah terabsorbsi sepenuhnya menjadi orang Batak dalam masa panjang kemudian. Faktanya sekarang di daerah itu umumnya menggunakan bahasa Batak dialek Mandailing-Natal-Padang Lawas. Berlatar sejarah yang tak terungkap itulah makanya saudara kita Orang Mandailing selalu menolak dikategorikan sebagai orang Batak.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">(Berbeda dengan Puak Angkola yg tetap menyatakan diri sebagai orang Batak.) Puak Mandailing dari dahulu sepertinya anti dgn kata Batak dan menolak pendapat kesatuan asal usul dari Si Raja Batak. Kesamaan beberapa marga dan kemiripan bahasa tidak mengubah pandangan mereka akan pendapat kesatuan asal sebagai sesama orang Batak. Pendapat mereka harus kita hargai.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">2. Karo</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Penentangan terhadap pengklasifikasian sebagai Suku Batak juga dilakukan secara gigih oleh orang Karo sejak dahulu kala. Dalam sejarahnya orang Karo juga tidak pernah sudi dikategorikan sebagai Puak Batak. Bahkan para tokoh dan pakar asal Karo mengatakan bahwa kata Batak tidak ada dalam kamus mereka. Itu adalah sebuah nama khusus untuk orang dari Toba (& juga Angkola). Mereka dengan penuh percaya diri didukung data historis yang juga sebetulnya minim keakuratannya, mengatakan tidak pernah bersatu dalam sejarah dengan Toba. Menurut mereka sejarah Kerajaan dan penyebaran penduduk Karo juga hampir tidak menemukan pertautan dengan Sejarah Batak Mereka mengatakan bahwa marga, bahasa, budaya, dan sejarah masa lalu Karo sangat jauh berbeda dengan orang Batak (Toba dan Angkola). Memang diakui Marga, Bahasa dan Adat Karo hampir tidak ada kemiripan sama sekali dengan Toba-Angkola.<span id="more-391"></span></span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Ahli Anthroplogy Belanda yg pernah meneliti berbagai suku bangsa di Indonesia pun mengakui dan meyatakan bahwa kekerabatan Karo lebih dekat dengan tetangga mereka di sebelah Utara yaitu Suku Gayo, Suku Kluet, dan Suku Alas. Hubungan itu ditinjau dari segi bahasa, budaya, & adat istiadat asli (di luar agama yg dianut kemudian) ketiga suku ini. Juga mereka lebih dekat dengan orang Melayu di pesisir Timur Sumatera di sekitar Medan, Langkat, Deli Serdang dan Bedagai atas dasar sejarah perantauan warga Karo jahe yang masih bisa ditelusuri catatan sejarahnya. Perbedaan dalam bentuk Marga juga terlihat banyak nama merga (marga) Karo yang mencirikan sansakerta atau Hindu kuno seperti Brahmana, Cholia, Suka, dsb. Diperkirakan mereka mungkin berasal dari orang2 Hindu asal Jawa Majapahit atau mungkin imigran dari tanah Hindustan yang banyak bermukim di sana berabad yang lalu. Sejarah Kerajaan mereka yang banyak bercampur pendudukan dari Majapahit, Gayo, Alas, dan Melayu menjadikan banyak kisah sejarah yang bisa dijadikan acuan resmi.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perlu pula kearifan untuk menerima pendapat mereka karena memang sangat sedikit bukti sejarah tertulis yang bisa dijadikan alasan untuk pembenaran cerita kita dibanding data sejarah panjang mereka.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">3. Simalungun</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Orang Simalungun juga umumnya sangat tidak menerima cerita Si Raja Batak dan kesatuan asal dengan masyarakat Toba. Yang lebih mengagetkan adalah pernyataan mereka bahwa kesamaan marga tidaklah menjadi dasar cerita mereka berasal dari Toba. Bahkan mereka mengatakan bahwa mereka berasal dari Pesisir Timur Sumatera tempat nenek moyang mereka pertama mendarat dari negeri seberang. Justru mereka mengatakan bahwa mungkin saja beberapa marga Toba yang sama, adalah berasal dari Simalungun yang merantau ke Pedalaman. Walaupun bahasa mereka agak berbeda dalam hal dialek dan kosa kata, tapi masih bisa dimengerti oleh orang Toba.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sukar untuk meyakinkan mereka akan cerita Si Raja Batak, karena mereka punya cerita sendiri tentang Sejarah Kerajaan-kerajaan Simalungun yg waktunya lebih tua dari sekedar tahun 1200 M. Banyak ditemukan fakta sejarah kerajaan2 Hindu kuno di daerah Simalungun yang didirikan oleh penguasa dari Sriwijaya, dari Jawa, dan juga asing lainnya. Disamping itu factor sejarah migrasi orang Toba yang banyak memasuki dan menguasai tanah ulayat Simalungun pada masa Penjajahan Belanda di akhir abad 19-awal abad 20 menjadikan sentiment sejarah Orang Simalungun kepada Batak Toba. Perasaan Anti Batak ini terus terbawa secara turun temurun.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perlu kearifan kita untuk menerima pendapat mereka karena mereka memiliki data sejarah tertulis kerajaan yang jauh lebih akurat dari sekedar cerita kita.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">4. Pakpak</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sebagian besar orang Pakpak saat ini juga mulai ‘melek’ dengan ikut-ikutan menentang cerita tersebut. Mereka juga menolak dikatakan bersuku Batak. Kosa kata Bahasa Pakpak agak mirip dengan Karo dan cukup banyak kata yang bisa saling dimengerti oleh mereka. Sangat berbeda jauh dengan Toba-Angkola-Mandailing. Secara general, budaya dan kosa kata Pakpak justru lebih lebih banyak persamaannya dengan Singkil, karena mereka memang dahulunya satu bagian sebelum dipisahkan oleh Belanda. Mereka menyatakan bahwa kebersatuan mereka dalam perjuangan Sisingamangaraja dulu karena mereka mendukung perjuangannya, jauh melebihi kesetiaan orang Batak Toba yang mayoritas mengkhianatinya.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Lebih dari itu mereka mengatakan bahwa wilayah mereka sebetulnya hanyalah wilayah jajahan orang Batak Toba di bawah kekuasaan dari Dinasti Sisingamangaraja. Itu dikatakan mereka karena secara etnis, marga, kultur dan adat mereka sangat jauh berbeda dari Orang Batak. Para tokoh Pakpak menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan darah dan sejarah dengan orang Batak selain penjajahan dan migrasi orang Toba yang dominant atas tanah ulayat mereka sehingga semakin menghancurkan budaya asli Pakpak.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pendapat mereka tentu saja kita hormati sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">5. Karo Melayu Pesisir Timur</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Yang lebih ekstrim adalah pendapat orang-orang Melayu Pesisir Timur di daerah Medan, Deli, Serdang, Bedagai, dan Langkat. Sejarah keturunan mereka banyak menyatakan bahwa mayoritas mereka adalah dari keturunan Karo jahe (Karo bawah) yang merantau ke pantai Timur Sumatera Utara dan membuang marganya. Dengan antengnya mereka mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Melayu. Sungguh sesuatu yang tanpa dasar sama sekali. Mereka bukan orang Melayu seperti di Pantai Timur Riau yang jelas memiliki kekerabatan darah dengan orang Semenanjung Malaya. Wilayah Langkat, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai ini pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Siak di Riau yang berbudaya Melayu, Kerajaan dari Tanah Semenanjung, dan juga oleh Kerajaan2 dari Aceh.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">6. Singkil</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pendapat senada juga dikatakan oleh orang Singkil (wilayah mereka dimasukkan Belanda ke Aceh). Mereka memiliki bahasa dan budaya relative mirip dengan dgn Puak Pakpak. Mereka umumnya menolak dikatakan sebagai Orang Batak, walaupun banyak yang masih bermarga dan menggunakan bahasa yang relative mirip dengan Pakpak. Kendati begitu mereka lebih tidak sudi dikatakan sebagai orang Aceh karena tidak ada sama sekali persamaan secara mendasar dengan mereka, kecuali sama-sama beragama Islam. Tapi akhir-akhir ini mereka sudah mulai banyak yang mengakui sebagai orang Batak atas dasar kepemilikan marga walaupun tidak ditunjang data tarombo. Ini cukup menggembirakan, walaupun mungkin orang Batak banyak yang belum tahu bahwa sebetulnya orang Singkil termasuk kategori Batak. Sebagai catatan orang Singkil dan Pakpak banyak membantu Sisingamangaraja XII dalam pertempuran dengan Belanda hingga di penghujung akhir perjuangan beliau.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">7. Gayo, Kluet, dan Alas</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Wilayah Gayo dan Alas serta Kluet sejak awal telah dimasukkan Belanda ke dalam wilayah Aceh. Secara budaya dan bahasa sebetulnya malah lebih banyak berdekatan dengan Puak Karo. Sebagian masih menggunakan marga yang berbentuk mirip atau varian bunyi dan bentuk dari marga Karo dan Pakpak. Akan tetapi tidak begitu lazim lagi saat ini digunakan di belakang namanya. Oleh Prof. Van Vollenhoven mereka diklasifikasikan sebagai Rumpun Budaya Nasional tersendiri yang sejajar dengan Budaya Batak, Minang, Nias, Melayu, Jawa, Sunda, Bali, dll. Rumpun ini dikenal dengan nama Bangsa Gayo Alas Karo. Sama seperti serumpun mereka Karo yang kerap tidak sudi dikatakan sebagai orang Batak, mereka juga tidak sepaham benar dengan konsep Suku Batak. Akan tetapi anehnya tidak pula berkenan dianggap sebagai orang Aceh yang sangat jauh perbedaan adapt, bahasa daerah, dan budaya mereka. Bahkan mereka sekarang tengah berjuang secara konstitusional mendirikan 2 buah Provinsi tersendiri sendiri untuk masing-masing suku Gayo dan Suku Alas ini lepas dari Prov. Nanggroe Aceh.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">8. Rao</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Yang agak aneh adalah orang Batak Rao (wilayah mereka sejak awal telah dimasukkan Belanda ke dalam Keresidenan Sumatera Barat), saat ini umumnya mereka tidak merasa sebagai orang Batak, melainkan orang Minangkabau. Kendati demikian banyak dari mereka yang masih menggunakan marga-marga yang umum di daerah Mandailing. Uniknya ada yang mengaku bersuku asli Minang dengan nama suku (marga) : Mandailiang (aksen Minang untuk pengucapan kata Mandailing) yang sejajar dengan marga (suku) asli Minang seperti Sikumbang, Chaniago, Koto, Piliang, Jambak, Bodi, Pitopang, dsb. Tentu saja kita boleh menduga bahwa asal kata Mandailiang itu berakar sama dengan kata Mandailing yang berada di daerah Madina. Akan tetapi telah berubah menjadi aksen Minangkabau dalam perjalanan panjang sejarah daerah ini.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">9. Pasir Rokan</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Hal senada juga terjadi pada orang Batak Pasir Rokan (wilayah mereka dulu dimasukkan Belanda ke dalam Keresidenan Riau dan terus berlangsung hingga saat ini). Saat ini mereka merasa 100% sebagai orang Melayu dan hampir tidak ada lagi menggunakan marga Batak melainkan marga lokal turunan setempat yang sebetulnya masih bisa dicari pertaliannya dengan di Tanah Batak. Salah satu tokoh mereka yang terkenal dahulu adalah Tuanku Tambusei (Harahap) dari daerah Pangarayan.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">10. Dalé</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Dibalik penolakan beberapa puak Batak di atas, ada perkembangan yang spektakuler berupa dukungan bagi sejarah Batak ini. Dukungan justru banyak ditemui oleh orang Melayu Labuhan Batu, Kisaran, Tanjung Balai, Asahan, dan Batubara. Sekarang mereka sudah mulai menemukan kebanggaan identitas sebagai Keturunan Batak (umumnya berasal moyang dari Toba, dan sebagian Simalungun). Nenek moyang mereka dulu merantau ke wilayah Pesisir Timur Sumatera Utara bagian Selatan dan membuang marganya agar dapat diterima sebagai warga di sana. Seluruh raja-raja mereka adalah murni berasal dari orang Batak Toba dan mereka mengakuinya. Sejarah Belanda pun mencatat dengan akurat.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sekarang mereka umumnya sudah banyak kembali menggunakan marga (umumnya marga Toba) dengan penuh kebanggaan kendati tidak lagi memiliki tarombo dan tidak mengetahui alur pasti sejarah keluarganya di masa lalu. Kepada mereka inilah seharusnya diberikan pengetahuan akan Tarombo untuk dapat menyambung kembali persaudaraan yang sempat terputus selama beberapa generasi dari kerabat lama mereka di Tanah Batak Toba.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">11. Nias</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sejak awal Belanda dan ahli anthropologi telah mengesampingkan Suku Nias sebagai bagian dari Suku Batak. Pendapat ini sangat rasional dan didukung fakta yang tak terbantahkan. Hampir tidak ditemukan sama sekali persamaan etnis, budaya, bahasa daerah, adat istiadat. Juga tidak ditemukannya bukti catatan sejarah antara Suku-suku Batak dengan Suku Nias. Suku Nias kekerabatannya sesungguhnya lebih dekat dengan Suku Mentawai (masuk Prov. Sumatera Barat) dan Suku Enggano (masuk. Prov. Bengkulu) yang keseluruhannya tersebar di Kepulauan yang tersebar di sepanjang Pesisir Barat Pulau Sumatera di Samudera Hindia.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<strong style="background-color: white;">Konklusi</strong></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Kita hanya memberikan pendapat kepada mereka tentang adanya kisah Si Raja Batak sebagai asal muasal orang Batak. Bilamana mereka tidak meyakini dan tidak bersedia menerimanya itu semua adalah hak mereka. Kita pun sukar untuk membuktikan kepada mereka karena cerita itu juga banyak berbau mitos dan tidak didukung data sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Bukti adanya kesamaan marga ternyata juga tidak bisa membuat mereka yakin dengan cerita tersebut. Seharusnya bisa menjadi pemikiran bersama bagaimana beberapa marga yang sama ditemukan di beberapa daerah tapi menggunakan bahasa dan budaya yang berbeda. Beberapa Marga ambiguous tersebut misalnya Siregar, Lubis, Hasibuan, Panggabean, Hutagalung, Sitorus, Marpaung, Pane, Gurning, Harahap, Purba, Sinaga, Saragi(h), (Da)Manik, Sinambela, Sagala, Sitompul, Pohan, Sinuraya, Tinambunan, dsb. Perlu data sejarah yang lebih banyak, lebih akurat periode waktunya dan lebih otentik lagi sumbernya.</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sumber:</span></div>
<div style="line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<a href="http://www.facebook.com/topic.php?uid=87860003317&topic=9588" style="border-bottom-color: rgb(207, 226, 229); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; text-decoration: none;" target="_blank"><span style="background-color: white; color: black;">http://www.facebook.com/topic.php?uid=87860003317&topic=9588</span></a></div>
<div style="background-color: white; color: #545454; line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #545454; line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #545454; line-height: 1.4; margin-bottom: 1em; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
Sopo Panisioanhttp://www.blogger.com/profile/16342472234337069088noreply@blogger.com1