Monday, June 25, 2012

A.M. TAMBUNAN


Nama

:

Dr. A.M. Tambunan, S.H.

Gender

:

Laki-Laki

Tempat Lahir

:

[Data tidak dicantumkan]

Tanggal Lahir

:

[Data tidak dicantumkan]

Riwayat Hidup

:

[Data tidak dicantumkan]

Riwayat Karir

:

Menteri Urusan Sosial pada Kabinet Ampera II dengan masa tugas dari

11 Oktober 1967 - 6 Juni 1968

Jabatan Dalam Kabinet

:

  1. Menteri Urusan Sosial dalam kabinet Ampera II masa kerja 17 Oktober 1967 - 6 Juni 1968

  2. Menteri Sosial dalam kabinet Pembangunan I masa kerja 6 Juni 1968 - 9 September 1971

Keterangan Tambahan

:

[Data tidak dicantumkan]

Lampiran Foto :



http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/cabinet_personnel/?box=detail&id=288&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2&presiden=suharto

IWAN SIMATUPANG

IWAN SIMATUPANG



Nama :
Iwan Maratua Dongan Simatupang

Lahir :
Sibolga, Sumatera Utara,
18 Januari 1928

Wafat :
Jakarta, 4 Agustus 1970

Pendidikan :
HBS di Medan,
sekolah kedokteran (NIAS),Surabaya,
Jurusan Antropologi Fakulteitder Letteren, Rijksuniversiteit Leiden (Belanda),
Jurusan Filsafat Barat Universitas Sorbonne (Perancis)

Karya Tulis :
Petang ditaman - dramasebabak (1966),
Merahnja merah - novel (1968),
Kering - novel (1972),
Drought - tejemahanj. HarryAveling (1978),
Kooong: kisah tentang seekorperkutut (1975),
Tegak lurus dengan langit :lima belas cerita pendek(1982),
Ziarah - novel (1983),
The Pilgrim – terjamahan Harry Aveling (1975),
Ziarah - terjemahan bahasaPerancis (1989),
Surat-surat politik IwanSimatupang, 1964-1966 (1986),
Poems - selections (1993)
Square moon, and three other short plays - terjemahan. John H. McGlynn (1997),
Ziarah malam: sajak-sajak 1952-1967 - penyunting: Oyon Sofyan, S. Samsoerizal Dar, catatan penutup, Dami N. Toda (1993),
Kebebasan pengarang dan masalah tanah air: esai-esai Iwan Simatupang, editor, Oyon Sofyan, Frans M.Parera (2004),
RT Nol / RW Nol - drama satubabak,

Penghargaan :
Mendapat beasiswa dariSTICUSA untk belajarantropologi di Fakulteit derLetteren, Rijksuniversiteit,Leiden (Belanda) dan FilsafatBarat Universitas Sorbonne, Paris (Perancis),
Merahnya Merah (1968)mendapat hadiah sastraNasional 1970,
Ziarah (1970) mendapathadiah roman ASEAN terbaik1977.

-----


Bernama lengkap Iwan Maratua Dongan Simatupang, dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, 18 Januari 1928. Masuk Fakultas Kedokteran di Surabaya pada tahun 1953. Kemudian, akhir 1954 dia menuju Amsterdam, Belanda untuk belajaratas beasiswa Sticusa (Stichting voor Culturele Samenwerking), bidang antropologi di Fakulteit der Letteren, Rijksuniversiteit, Leiden, lalu masuk jurusan Filsafat Barat Universitas Sorbonne, Paris, Perancis.

Ketika di Belanda, sejak 1955 sampai 1958, Iwan giat menulis di majalah Gajah Mada, terbitan Yogyakarta. Artikelnya mencakup esai sastra, drama, film, seni rupa, juga ihwal kebudayaan pada umumnya. Selama studi Antropologi danSosiologi di Amsterdam, Iwan pun mengarang drama. Tahun 1957 lahir dramanya berjudul Buah Delima dan Bulan Bujur Sangkar. Tahun berikutnya, dia tulis drama Taman. Saat diterbitkan drama itu diberi judul Petang di Taman.

Iwan pernah menjadi guru, wartawan, pengarang cerpen dan puisi, selain menulis esai, drama dan novel. Puisinyapertamanya dipublikasikan berjudul Ada Dukacarita di Gurun, dimuat majalah Siasat edisi 6 Juli 1952. Sajaknya yang lain adalah Ada Dewa Kematian Tuhan, Apa kata Bintang di Laut, dan Ada Tengkorak Terdampar di PulauKarang. Puisi-puisi itu dimuat di majalah Siasat Baru edisi 30 Desember 1959. Selanjutnya, judul-judul cerpen Iwanadalah Monolog Simpang Jalan, Tanggapan Merah Jambu tentang Revolusi, Kereta Api Lewat di JauhaI, Patates Frites, Tunggu Aku di Pojok Jalan Itu, Tegak Lurus dengan Langit, Tak Semua Tanya Punya Jawabdan lain-lain.

Sebagai wartawan Iwan menulis banyak sketsa tentang orang-orang tersisih terpinggirkan. Misalnya, Iwan menulis dikolomnya itu, Oleh-oleh untuk Pulau Bawean, Prasarana; Apa Itu Anakku?, Aduh… Jangan Terlalu Maju, Atuh!, Husy! Geus! Hoechst!, Di Suatu Pagi, Seorang Pangeran Datang dari Seberang Lautan, dan Dari TepiLangit yang Satu ke Tepi Langit yang Lain.

Kritikus sastra menyebut karyanya sebagai avant garde terhadap buah pena Iwan. Iwan sendiri menyebut dirinya manusia marjinal, manusia perbatasan. Dalam novelnya Ziarah, Merahnya Merah, Kering dan Koong, juga pada drama-dramanya, Petang di Taman, RT 0 RW 0, maupun Kaktus dan Kemerdekaan, begitu pula dalam cerpen-cerpennya, para tokohnya terkesan berkelakuan aneh, tidak rasional.

Iwan mendapat hadiah penghargaan untuk cerita pendeknya dalam Erwin Gastilla di Filipina, dan hadiah untuk karya non fiksi dari Mrs. Judi Lee dari Singapura. Tokoh-tokoh dalam cerita Iwan adalah manusia terpencil, kesepian, terasing, dilanda tragedi, perenung, dan cenderung murung.

Tokoh-tokoh dalam karyanya menurut Iwan sendiri adalah manusia perbatasan, manusia eksistensialisme. Makanya, ada beberapa kalangan penikmat karya-karya Iwan, menilai karangan-karangan Iwan sulit dicerna. Karangan-karangan Iwan bertokoh manusia-manusia yang tidak masuk akal atau manusia aneh. Dalam drama Petang di Taman yang liris puitis,misalnya, tokoh-tokohnya seperti berkata pada dirinya sendiri, berfilsafat, dan putus komunikasi dengan orang lain, atau lingkungannya. Tapi, di sinilah kekhasan karya Iwan, yang membedakannya dengan karya-karya para pendahulunya.

(Dari Berbagai Sumber)


Sumber
http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/iwansimatupang.html

Sunday, June 24, 2012

Abdul Haris Nasution


Biografi Jendral A.H. Nasution




Jendral Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918, Pria Tapanuli ini lebih menjadi seorang jenderal idealis yang taat beribadat. Ia tak pernah tergiur terjun ke bisnis yang bisa memberinya kekayaan materi. Kalau ada jenderal yang mengalami kesulitan air bersih sehari-hari di rumahnya, Pak Nas orangnya. Tangan-tangan terselubung memutus aliran air PAM ke rumahnya, tak lama setelah Pak Nas pensiun dari militer. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, keluarga Pak Nas terpaksa membuat sumur di belakang rumah. Sumur itu masih ada sampai sekarang.


Memang tragis. Pak Nas pernah bertahun-tahun dikucilkan dan dianggap sebagai musuh politik pemerintah Orba. Padahal Pak Nas sendiri menjadi tonggak lahirnya Orba. Ia sendiri hampir jadi korban pasukan pemberontak yang dipimpin Kolonel Latief. Pak Nas-lah yang memimpin sidang istimewa MPRS yang memberhentikan Bung Karno dari jabatan presiden, tahun 1967.

Pak Nas, di usia tuanya, dua kali meneteskan air mata. Pertama, ketika melepas jenazah tujuh Pahlawan Revolusi awal Oktober 1965. Kedua, ketika menerima pengurus pimpinan KNPI yang datang ke rumahnya berkenaan dengan penulisan buku, Bunga Rampai TNI, Antara Hujatan dan Harapan.

Apakah yang membuatnya meneteskan air mata? Sebagai penggagas Dwi Fungsi ABRI, Pak Nas ikut merasa bersalah, konsepnya dihujat karena peran ganda militer selama Orba yang sangat represif dan eksesif. Peran tentara menyimpang dari konsep dasar, lebih menjadi pembela penguasa ketimbang rakyat.

Pak Nas memang salah seorang penandatangan Petisi 50, musuh nomor wahid penguasa Orba. Namun sebagai penebus dosa, Presiden Soeharto, selain untuk dirinya sendiri, memberi gelar Jenderal Besar kepada Pak Nas menjelang akhir hayatnya. Meski pernah “dimusuhi” penguasa Orba, Pak Nas tidak menyangkal peran Pak Harto memimpin pasukan Wehrkreise melancarkan Serangan Umum ke Yogyakarta, 1 Maret 1949.

Pak Nas dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya
melawan kolonialisme Belanda. Tentang berbagai gagasan dan konsep perang gerilyanya, Pak Nas menulis sebuah buku fenomenal, Strategy of Guerrilla Warfare.

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing, jadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite bagi militer dunia, West Point Amerika Serikat (AS). Dan, Pak Nas tak pernah mengelak sebagai konseptor Dwi Fungsi ABRI yang dikutuk di era reformasi. Soalnya, praktik Dwi Fungsi ABRI menyimpang jauh dari konsep dasar.

Jenderal Besar Nasution menghembuskan nafas terakhir di RS Gatot Subroto, pukul 07.30 WIB (9/9-2000), pada bulan yang sama ia masuk daftar PKI untuk dibunuh. Ia nyaris tewas bersama mendiang putrinya, Ade Irma, ketika pemberontakan PKI (G-30-S) meletus kembali tahun 1965. Tahun 1948, Pak Nas memimpin pasukan Siliwangi yang menumpas pemberontakan PKI di Madiun.

Usai tugas memimpin MPRS tahun 1972, jenderal besar yang pernah 13 tahun duduk di posisi kunci TNI ini, tersisih dari panggung kekuasaan. Ia lalu menyibukkan diri menulis memoar. Sampai pertengahan 1986, lima dari tujuh jilid memoar perjuangan Pak Nas telah beredar. Kelima memoarnya, Kenangan Masa Muda, Kenangan Masa Gerilya, Memenuhi Panggilan Tugas, Masa Pancaroba, dan Masa Orla. Dua lagi memoarya, Masa Kebangkitan Orba dan Masa Purnawirawan, sedang dalam persiapan. Masih ada beberapa bukunya yang terbit sebelumnya, seperti Pokok-Pokok Gerilya, TNI (dua jilid), dan Sekitar Perang Kemerdekaan (11 jilid).

Ia dibesarkan dalam keluarga tani yang taat beribadat. Ayahnya anggota pergerakan Sarekat Islam di kampung halaman mereka di Kotanopan, Tapanuli Selatan. Pak Nas senang membaca cerita sejarah. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini melahap buku-buku sejarah, dari Nabi Muhammad SAW sampai perang kemerdekaan Belanda dan Prancis.

Selepas 
AMS-B (SMA Paspal) 1938, Pak Nas sempat menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tetapi kemudian ia tertarik masuk Akademi Militer, terhenti karena invasi Jepang, 1942. Sebagai taruna, ia menarik pelajaran berharga dari kekalahan Tentara Kerajaan Belanda yang cukup memalukan. Di situlah muncul keyakinannya bahwa tentara yang tidak mendapat dukungan rakyat pasti kalah.


Dalam Revolusi Kemerdekaan I (1946-1948), ketika memimpin Divisi Siliwangi, Pak Nas menarik pelajaran kedua. Rakyat mendukung TNI. Dari sini lahir gagasannya tentang perang gerilya sebagai bentuk perang rakyat. Mtode perang ini dengan leluasa dikembangkannya setelah Pak Nas menjadi Panglima Komando Jawa dalam masa Revolusi Kemerdekaan II (948-1949).

Pak Nas muda jatuh cinta pada Johana Sunarti, putri kedua R.P. Gondokusumo, aktivis Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak muda, Pak Nas gemar bermain tenis. Pasangan itu berkenalan dan jatuh cinta di lapangan tenis (Bandung) sebelum menjalin ikatan pernikahan. Pasangan ini dikaruniai dua putri (seorang terbunuh).

Pengagum Bung Karno di masa muda, setelah masuk di jajaran TNI, Pak Nas acapkali akur dan tidak akur dengan presiden pertama itu. Pak Nas menganggap Bung Karno campur tangan dan memihak ketika terjadi pergolakan di internal Angkatan Darat tahun 1952. Ia berada di balik ”Peristiwa 17 Oktober”, yang menuntut pembubaran DPRS dan pembentukan DPR baru. Bung Karno memberhentikannya sebagai KSAD.

Bung Karno akur lagi dengan Pak Nas, lantas mengangkatnya kembali sebagai KSAD tahun 1955. Ia diangkat setelah meletusnya pemberontakan PRRI/Permesta. Pak Nas dipercaya Bung Karno sebagai co-formatur pembentukan Kabinet Karya dan Kabinet Kerja. Keduanya tidak akur lagi usai pembebasan Irian Barat lantaran sikap politik Bung Karno yang memberi angin kepada PKI.

Namun, dalam situasi seperti itu Pak Nas tetap berusaha jujur kepada sejarah dan hati nuraninya. Bung Karno tetap diakuinya sebagai pemimpin besar. Suatu hari tahun 1960, Pak Nas menjawab pertanyaan seorang wartawan Amerika, ”Bung Karno sudah dalam penjara untuk kemerdekaan Indonesia, sebelum saya faham perjuangan kemerdekaan”?

Gaya hidup bersahaja dibawa Jenderal Besar A.H. Nasution sampai akhir hayatnya, 6 September 2000. Ia tak mewariskan kekayaan materi pada keluarganya, kecuali kekayaan pengalaman perjuangan dan idealisme. Rumahnya di Jalan Teuku Umar, Jakarta, tetap tampak kusam, tak pernah direnovasi. Namun Tuhan memberkatinya umur panjang, 82 tahun.

Biodata Jendral Abdul Haris Nasution

Nama: Abdul Haris Nasution
Pangkat: Jenderal Bintang Lima
Lahir : Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918
Meninggal: Jakarta, 6 September 2000
Agama : Islam
Istri: Ny Johanna Sunarti

Pendidikan :
= HIS, Yogyakarta (1932)
= HIK, Yogyakarta (1935)
= AMS Bagian B, Jakarta (1938)
= Akademi Militer, Bandung (1942)
= Doktor HC dari Universitas Islam Sumatera Utara, Medan (Ilmu Ketatanegaraan, 1962)
= Universitas Padjadjaran, Bandung (Ilmu Politik, 1962)
= Universitas Andalas, Padang (Ilmu Negara 1962)
= Universitas Mindanao, Filipina (1971)

Karir :
= Guru di Bengkulu (1938)
= Guru di Palembang (1939-1940)
= Pegawai Kotapraja Bandung (1943)
= Dan Divisi III TKR/TRI, Bandung (1945-1946)
= Dan Divisi I Siliwangi, Bandung (1946-1948)
= Wakil Panglima Besar/Kepala Staf Operasi MBAP, Yogyakarta (1948)
= Panglima Komando Jawa (1948-1949)
= KSAD (1949-1952)
= KSAD (1955-1962)
= Ketua Gabungan Kepala Staf (1955-1959)
= Menteri Keamanan Nasional/Menko Polkam (1959-1966)
= Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi (1962-1963)
= Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi (1965)
= Ketua MPRS (1966-1972)

Alamat Rumah :
Jalan Teuku Umar 40, Jakarta Pusat Telp: 349080

Referensi :

- http://saktinasution.wordpress.com/2010/01/05/biografi-jenderal-besar-abdul-haris-nasution/

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kumpulan Biografi Tokoh Terkenal dan Tokoh Indonesia Lengkap www.kolom-biografi.blogspot.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Friday, June 22, 2012

Ruma dan Gorga Batak


Ruma dan Gorga Batak


Salah satu jenis ruma gorga di Samosir
Gorga Batak adalah ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding Ruma bagian luar. Gorga adalah dekorasi atau hiasan berupa ukiran yang terbuat dari kayu. Ukiran ini kemudian dicat dengan tiga warna; Merah, Putih, dan hitam.
Bahan untuk gorga ini biasanya adalah kayu lunak yang mudah dikorek atau dipahat. Biasanya nenek moyang orang batak memilik kayu ungil atau ada juga orang yang menyebutnya kayu ingul. Kayu ini dipilih karena tahan terhadap sinar matahari langsung. Dan tak mudah lapuk oleh air hujan. Kayu ini juga biasa dipakai sebagai bahan membuat kapal atau perahu.
CAT GORGA
Cat gorga terdapat tiga warna. Warna – warna cat ini dahulu dibuat secara alamiah.
Cat Merah diambil dari batu hula, sejenis batu alam berwarna merah yang sangat sulit untuk didapatkan saat ini. Batu ini kemudian ditumbuk sampai halus seperti tepung lalu dicampur air.
Cat Putih diambil dari tanah berwarna putih. Tanah halus dan lunak yang bagi orang batak sering disebut Tano Buro. Tano Buro ini digiling sampai halus serta dicampur dengan sedikit air.
Cat Hitam dibuat dari sejenis tumbuh – tumbuhan yang ditumbuk sampai halus serta dicampur dengan abu periuk dan kuali. Kemudian digongseng sampai menghasilkan warna seperti cat tembok hitam saat ini.
JENIS DAN MACAM GORGA
Dilihat dari cara pengerjaannya, Gorga dapat dibagi dua yaitu ;
  • Gorga Uhir yaitu gorga yang diukir lalu dicat. Biasanya terletak di dinding luar bagian depan ruma.
  • Gorga Dais yaitu gorga yang dicat tanpa diukir. Biasanya terletak di bagian samping dinding luar ruma dan dibagian dalam ruma.
Dilihat dari bentuknya, Gorga memiliki nama yang berbeda – beda pula.
  • Gorga ipon-ipon, Terdapat di bagian tepi gorga. Ipon – ipon dalam bahasa Indonesia artinya gigi-gigi. Manusia tanpa gigi sangatlah tidak menarik. Begitu pula gorga. Bentuk dari ipon-ipon ini beragam tergantung dari kemampuan pemahat atau pelukisnya. Biasanya memiliiki lebar antara 2 sampai 3 sentimeter di pinggir papan.
  • Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas petani yang disangkutkan di leher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga sitompi adalah salasatu ukiran yang indah diantara bagian lain pada gorga batak. Ukiran ini adalah symbol dari mata pencaharian utama orang batak yaitu bertani.
  • Gorga Simataniari, gorga ini mengambil bentuk matahari. Terdapat di sudut kiri dan kanan ruma. Dibuat sebagai symbol betapa pentingnya fungsi matahari dalam kehidupan sehari-hari.
  • Gorga Desa Naualu, gorga ini mengambil bentuk delapan penjuru mata angin. Orang batak jaman dulu sudah mengenal mata angin. Mata angin sangat penting kaitannya dengan aktivitas – aktivitas ritual atau upacara – upacara. Gorga ini memberikan arti bahwa mata angin sangat penting bagi orang batak.
  • Gorga simarogung – ogung. Bagi orang Batak, ogung (gong) adalah benda yang sangat berharga. Konon benda ini tidak dapat dibuat di tanah batak. Ogung didatangkan langsung dari India. Sedangkan fungsinya sangat penting dalam berbagai upacara atau pesta. Apabila seorang keluarga memiliki seperangkat ogung, hal ini menandakan mereka adalah keluarga yang sangat berkecukupan. Demikian pula dengan Gorga. Gorga ogung memiliki makna bahwa penghuni ruma tersebut adalah keluarga terpandang.
  • Gorga Singa-singa. Ukiran gorga ini terdapat di setiap gorga. Tidak semua orang batak bisa membangun ruma yang memiliki gorga disebabkan factor – factor ekonomi dan social. Orang yang mampu mendirikan ruma dengan gorga adalah orang yang berwibawa. Itulah sebabnya gorga singa-singa selalu disertakan dalam setiap ukiran gorga.
  • Gorga Jorgom atau Gorga Ulu Singa biasanya ditempatkan di atas pintu masuk. Bentuknya menyerupai binatang atau manusia.
  • Gorga Boraspati dan Adop Adop. Boraspati adalah binatang sejenis cicak atau kadal. Binatang ini sangat jarang terlihat. Orang batak mengartikan Boraspati sebagai symbol kedamaian dan ketentraman. Gorga ini sering juga dikombinasikan dengan ukiran tarus (payudara). Payudara bagi orang batak adalah symbol kesuburan dan juga pertanda bahwa penghuni ruma memiliki banyak keturunan. Bagi orang batak, banyaknya keturunan adalah pertanda bahwa pemilik ruma memiliki wibawa.
  • Gorga Ulupaung terdapat di bagian puncak rumah Gorga Batak. Gorga ini berbentuk kepala yang menyerupai wajah manusia. Tanpa Ulupaung, ruma batak terasa kurang megah. Disamping itu Ulupaung biasanya dibekali dengan kekuatan magis yang dipercaya dapat melawan begu ladang(setan) yang datang dari luar kampung.

Sumber:

Hutan Sumut Kritis, Beralihfungsi Jadi Perkebunan dan Pertambangan


Kamis, 26 Apr 2012 02:03 WIB

(Analisa/sutanta aditya) Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara yang berubah pungsi jadi lahan perkebunan. Pemerintah berupaya menyelamatkan hutan TNGL yang mengalami kerusakan mencapai 22.100 hektar lebih.
Medan, (Analisa). Komunitas Peduli Hutan Sumatera Utara (KPHSU) yang diwakili oleh Sekretaris Jendral, Jimmy Panjaitan mengatakan bahwa keberadaan hutan di Sumatera Utara (Sumut) baik hutan produksi maupun hutan lindung saat ini dalam keadaan kritis. Kritisnya hutan di Sumut disebabkan pengalihfungsian hutan yang setiap tahunnya terus terjadi.
"Kalau saya lihat hutan di Sumut saat ini memang dalam keadan kritis. Bahkan sudah kritis total," ujarnya kepada Analisa, Rabu (25/4). Disebutkannya berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumut bahwa luas lahan hutan di Sumut mencapai 3.742.120 Hektar, namun hingga saat ini data yang di dapatnya bahwa luas hutan di Sumut hanya mencapai satu jutaan hektar.

"Sebenarnya luas hutannya itu masih tetap. Masih sesuai dengan SK Menteri. Hanya saja masalahnnya dari 3,7 hektar luas hutan tersebut sudah beralihfungsi bukan menjadi hutan lagi," ujar Jimmy.

Dikatakan Jimmy dari 3,7 hektar luas hutan yang ada di Sumut, sebagian di antarannya beralihfungsi menjadi lahan perkebunan, pertambangan hingga pada pemekaran daerah. Pengalifungsian lahan hutan yang banyak terjadi di Sumut disebutkannya terjadi di daerah Humbang Hasundutan, Mandailing Natal (Madina) dan daerah padang lawas.

"Di Humbang Hasundutan itu banyak pengalihan lahan hutan yang menjadi perkebunan sawit, kemudian di Madina banyak lahan hutan yang dikuasai oleh perusahaan tambang. Begitu juga pada daerah Padang Lawas," ucapnya lagi.

Alifungsi lahan

Pihaknya memberikan contoh pada daerah Madina, disebutkannya perusahaan tambang milik PT. Sorik Mas Maining telah mengalifungsikan lahan yang dahulunya merupakan kawasan Taman Nasional Batang Gadis. Pengalihfungsian tersebut benar-benar terjadi ketika Menhut beberapa waktu lalu telah pasrah dengan putusan peninjauan kembali yang dikeluarkan MA.

"Salah satu contohnya adalah Taman Nasional yang berada di Madina. Sebenarnya untuk membuktikan itu masuk kawasan perusahaan tersebut bisa langsung di ukur Amdalnya. Hanya saja untuk melakukan itu, pemerintah terkesan cuek," ujar Pakar Kehutanan dan Lingkungan, Jaya Arjuna.

Pemerintah Cuek

Menanggapi mengenai kebijakan pemerintah mengenai pengalihfungsian lahan yang terjadi di Sumut, menurut Arjuna selaku ahli kehutanan bahwa peranan pemerintah sangat kurang dalam mengatasi masalah tersebut. Dinilainnya pemerintah memang terkesan cuek dengan pemasalahan yang terjadi.

"Seharusnnya pemerintah cepat mengambil tindakan atas kejadian ini. JIka pemerintah terus membiarkan keadaan hutan di Sumut terus beralih fungsi, maka berakibat Sumut akan menjadi retan bencana,"ucapnya.

Menurutnya ketegasan dari pemerintah terutama dari Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan juga sangat diperlukan. "Saya harap pemerintah harus bisa mengembalikan lahan yang sudah beralihfungsi tadi dengan ketegasannya. Jangan hanya sibuk mengurusi menanam program-program yang tidak memberikan kejelasan," harapnya.

Sementara itu menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kehutanan Sumut, J.B Siringo-ringo membenarkan pengalifungsian hutan tersebut. Pihaknya menyebutkan bahwa pengalihfungsian hutan menjadi lahan perkebunan sebanyak 47.000 Hektar.

"Memang benar telah beralihfungsi. Begitu juga dengan pengahlifungsian hutan yang terjadi akibat pemekaran seperti di wilayah Pak-pak Barat. Sekitar puluhan ribu hektar hutan juga yang beralihfungsi," ucapnya. (ns)

Sumber:

BUMI Operasikan Tambang Emas Butuh USD100 Jt


BUMI Operasikan Tambang Emas Butuh USD100 Jt

Widi Agustian - Okezone
Senin, 23 November 2009 15:59 wib
Foto: okezone.com
Foto: okezone.com
JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah mencari dana sebesar USD100 juta untuk dapat mengoperasikan tambang emas, PT Dairi Prima Mineral (DPM) di Sumatera pada 2011. Untuk itu, perseroan tengah mengkaji adanya strategic partner. Sebelumnya DPM dikuasai Resources Pty Ltd.

"Eksternal fund bisa USD100 juta. Dicari lewat partner," kata Direktur Utama BUMI Ari S Hudaya, saat ditemui wartawan di Universitas Bakrie, Pasar Festival, Kuningan, Jakarta, Senin (23/11/2009).

Dijelaskannya, pengoperasian tambang tersebut diharapkan agar bisa dilakukan pada 2011. Dan pada 2010, perseroan baru akan melakukan perencanaan atas pertambangan tersebut. "Produksinya belum tau, kan tergantung partner," jelasnya.

Kendati mancari strategic partner, dia menjelaskan, pihaknya mengharapkan tidak akan melepas sahamnya. Kerja sama tersebut nantinya akan dilakukan dengan kombinasi kerja sama, misalnya strategic partner tersebut memiliki kemampuan teknologi, akan dikombinasikan dengan kemampuan perseroan dalam mengoperasikan pertambangan. "Tapi opsinya nanti diskusi. Bisa lepas saham, berapa persennya belum tau," ucapnya. (rhs)


Sumber:

Musim Mas dan Perusahaan Tambang Punya Helikopter Pribadi


 Kamis, 19 Apr 2012 10:13 WIB
Dishub Sumut: Sering Kita Pinjam
MedanBisnis – Medan. Perusahaan minyak Musim Mas dan dua perusahaan tambang di Sumut ternyata memiliki helikopter pribadi untuk digunakan dalam berbagai kepentingan roda bisnis perusahaannya. Efisiensi waktu mengingat jalan Kota Medan yang luas untuk menempuh jarak ke inti kota menjadi alasannya. Selain itu, Dinas Perhubungan (Dishub) Sumut juga mengingatkan pada perusahaan tersebut secara rutin melaporkan lisensi helikopternya.
"Saya sedang di luar, datanya di kantor. Tapi seingat saya, untuk di Sumut tidak ada pengusaha atau perusahaan yang memiliki pesawat jet pribadi. Namun hanya helikopter. Itu pun tidak banyak perusahaan yang memilikinya. Ingatan saya, perusahaan minyak PT Musim Mas di Medan punya helikopter. Selain itu, dua perusahaan tambang dan eksplorasi emas di Dairi dan Batang Toru juga punya helikopter sendiri," kata Kabid Perhubungan Udara Dishub Medan Ali Turki kepada MedanBisnis, Rabu (18/4).

Ali Turki mengatakan secara pasti dua nama perusahaan di Dairi dan Batangtoru, Sumut itu tidak diketahuinya karena datanya ada di kantor. Namun, dia memastikan dua perusahaan tambang dan eksplorasi emas di Sumut ini merupakan perusahaan swasta dan berskala nasional. Selain itu, PTPN juga pernah memiliki helikopter, namun hingga saat ini sudah tidak lagi beroperasi.

"Saya lupa dua perusahaan swasta ini, takutnya nanti saya salah sebut. Yang jelas, kalau di Kota Medan, ada perusahaan minyak PT Musim Mas yang memiliki helikopter sebanyak dua unit. Satu unit digunakan untuk kepentingan perusahaan dan satu unit lagi untuk kepentingan perorangan atau pribadi dengan kapasitas penumpang lebih banyak. PT Musim Mas punya dua unit, satu hanya berkapasitas dua sampai tiga orang penumpang saja berukuran kecil dan satu unit lagi berkapasitas empat sampai lima orang penumpang (relatif besar)," ujarnya.

Helikopter PT Musim Mas, lanjutnya, yang berukuran relatif besar ini sering digunakan perorangan atau pribadi untuk kepentingan pimpinan perusahaan. Menurutnya, mungkin helikopter pribadi ini sering digunakan untuk bepergian bos perusahaan ke wilayah lain di Sumut maupun Kota Medan.

"Satu unit yang ukuran agak besar itu, saya rasa sering digunakan untuk bos perusahaan. Untuk perusahaan tambang dan eksplorasi emas di Dairi dan Batang Toru itu, saya ingat masing-masing memiliki 1 unit helikopter saja. Kapasitasnya juga cukup besar dengan jumlah penumpang 4-5 orang. Kalau untuk jenisnya, saya lupa tapi umumnya bukan jenis Super Puma dan hanya berjenis Twin Otter. Tapi sering juga digunakan untuk kegiatan pertambangan selain kepentingan pribadi bos perusahaan. Ketiganya merupakan perusahaan swasta, kalau untuk BUMN di Sumut tidak ada yang memiliki helikopter termasuk PT Bank Sumut," jelasnya.

Untuk perawatan, jelas Ali, helikopter dirawat sendiri oleh perusahaan yang memiliki helikopter tersebut termasuk teknisi, mekanik dan pilotnya. Untuk kepemilikan sebuah pesawat atau helikopter juga, harus melalui sebuah badan hukum baik atasnama perusahaan atau lembaga dan tidak bisa atas nama pribadi. Semua persyaratan dan perizinan juga langsung bersentuhan ke Kementrian Perhubungan Pusat dan Dishub Sumut hanya menerima salinan data pesawat atau helikopter itu milik siapa.

"Kalau kita hanya diberikan salinan data saja soal keberadaan pesawat jet pribadi atau helikopter di Sumut. Kita harap juga pada pemilik helikopter untuk intens melaporkan lisensi setiap 3 bulan dan uji kelayakan setiap enam bulan sekali dalam setahun langsung melaporkannya ke Kementerian Perhubungan Pusat. Helikopter ini juga sering kita minta bantuannya pada perusahaan tersebut untuk membantu atasi bencana seperti pesawat jatuh atau bencana alam seperti di Bahorok beberapa waktu lalu," tegasnya. (sulaiman achmad)

Sumber:

POTENSI GEOTHERMAL


potensi geothermal

Geothermal Sumut Berpotensi Sumbangkan 200 MW
Indonesia berpotensi menjadi negara super power penggunaan energi panas bumi (geothermal) sebagai sumber tenaga listrik.
Hal ini di ungkapkan oleh Al Gore mantan wakil Presiden Amerika Serikat dalam pidato pembukaan “The Climate Project Asia Pacific Summit” di Balai Sidang Senayan Jakarta, Minggu lalu.
Sementara Filipina sebagai negara terbesar kedua di dunia produsen listrik panas bumi.
Al Gore mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan profil emisi karbon yang unik karena sebagian besar berasal dari sektor kehutanan dan hutan gambut.
Sementara itu pemerintah telah menargetkan peningkatan pengembangan energi baru dari 4,07% menjadi 25% pada tahun 2025.
Menurut Henry Hutapea, Kepala Bidang Energy Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi Sumatera Utara di Sumut potensi sumber energi geothermal di atas 100 MW. Menurutnya, jika masyarakat ingin membuat pembangkit listrik dapat menggunakan dua alat alternatif yakni picohydro dan microhydro. Dengan skala picohydro mampu menghasilkan listrik hingga 200 watt sedangkan microhydro hingga 10.000 watt.
Menurut Henry investor dari Filipina Dr Guillermo R Balce, yang juga mantan menteri energi di Filipina, sudah menytakan akan berkunjung ke Sumatera Utara untuk melakukan tinjauan lapangan sekaligus bertemu dengan Gubernur Sumatera Utara, H Syamsul Arifin SE terkait investasi ekploitasi geothermal di Sumut.
“Beberapa lokasi telah dikunjungi , seperti Pusuk Buhit Samosir, Sorik Marapi Mandailing Natal, dan Sipoholon Tapanuli Utara, potensi semua lokasi tersebut cukup bagus. Guillermo juga meyakinkan bahwa mereka juga berpengalaman dalam menangani proyek-poryek besar minimal 100MW,” ucapnya.
Saat ini kata Henry potensi energi  geothermal di Sumut tersebar di berbagai wilayah, antara lain Karo, Langkat, Samosir, Taput, Madina, Tapsel dan Simalungun, dua diantanya yakni di kawasan Sipaholon Taput dan Sorik Merapi Madina sudah dilakukan survey pendahuluan.
“Madina akan Dapat Royalti 2,5% dari Pendapatan Hasil Panas Bumi mereka di tahun 2015 nanti,” ungkapnya.
Pendapatan itu dari eksploitasi yang akan di lakukan oleh PT Sorik Merapi Geotermal Power (PT SMGP) yang bergerak  di proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi dari kaki gunung sorik merapi, Mandailing Natal.
“Jika perusahaan yang bergerak dibidang tenaga listrik dari panas bumi di daerah kita ini berproduksi sesuai dengan kesepakatan yang telah terjadi antara pihak investor dengan pemerintah daerah, maka kita akan menerima  kompensasi (royalti) sebagai pendapatan asli daerah (PAD)  sebesar 2,5%,” sebut nya.
Izin areal seluas 62.000 Hektar (ha) menurut hendry sudah di berikan oleh bupati Madina.
Sebab PT SMGP adalah investor yang tergabung dalam  tiga negara yakni Australia, India dan Indonesia tersebut.
Adapun kelebihan energi geotermal dibandingkan dengan sumber energi lainnya kata dia, dapat memberikan keuntungan ekonomi secara local. Selain itu dapat dikontrol secara jarak jauh, dan mengurangi polusi dari penggunaan bahan bakar fosil. Energi geotermal terbersih jika dibandingkan minyak bumi, batubara, dan nuklir. Hal ini dikarenakan emisi pembangkit geotermal sangatlah rendah, dan bahkan secara teoritis emisinya sama dengan nol.
Walaupun begitu, menurutnya energi geotermal tetap mempunyai kekurangan yaitu biaya instalasi awalnya yang sangat mahal.selain itu Kerugian juga mengancam dengan energi geotermal ini. Pembangunan pembangkit tenaga geothermal mempengaruhi kestabilan tanah di beberapa daerah.Hal ini terjadi ketika air diinjeksikan ke lapisan batuan kering ketika di sana tidak ada air sebelumnya. Uap kering dan uap dalam skala kecil juga membebaskan dalam level rendah gas karbon dioksida,nitrit oksida, sulfur meskipun hanya sekitae 5% dari level jika menggunakan bahan bakar fosil.
Meskipun demikian, pemanfaatan energi panas bumi secara berlebihan tetap berdampak kurang menyenangkan. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah ancaman terhadap keberadaan hutan lindung, amblesan tanah (subsidence), pengurangan air tanah ataupun mata air, penggundulan hutan, dan erosi. Masalah tersebut bukanlah masalah yang sepele. Jika kita tidak memperhatikan masalah tersebut, boleh jadi tak akan jadi masalah pada kehidupan kita sekarang.
Meskipun lapisan geothermal dapat menghasilkan panas dalam beberapa decade akan tetapi secara spesifik beberapa lokasi akan mengalami pendinginan karena pembangunan sumber yang terlalu luas sementara hanya sedikit energi yang tersedia.
Akan tetapi melihat peranan tenaga panas bumi yang dapat menyediakan 100% kebutuhan listrik dari 39 negara (lebih dari 620 juta jiwa) di Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dan di negara-negara Pasifik. Penemuan reservoir panas bumi diyakini akan bertambah dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi.
Henry mengungkapkan, Potensi sumber energi panas bumi terhitung lebih besar dibandingkan dengan jumlah gabungan sumber energi dari batubara, minyak dan gasbumi, serta uranium yang sekarang ada. Perkembangan panas bumi di dunia pada dekade terakhir ini menunjukkan kemajuan yang pesat. Kapasitas terpasang total pada tahun 2000 sebesar 8661 MW, diperkirkan dapat naik 55% menjadi 13500 MW atau lebih pada tahun 2010. Pada tahun 2000, hanya 21 negara yang memproduksi tenaga panas bumi. Sampai tahun 2005, sedikit naik menjadi 24 negara. Tetapi, jika 22 negara yang sekarang sedang melakukan eksplorasi dapat berhasil pada tahun 2010, maka jumlahnya akan menjadi 46 negara yang memproduksi tenaga dari panas bumi.
Sistem hidrotermal sangat erat kaitannya dengan sistem vulkanisme dan pembentukan gunung api pada zona batas lempeng yang aktif di mana terdapat aliran panas (heat flow) yang tinggi. Menurutnya Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang memungkinkan panas bumi dari kedalaman bumi ditransfer ke permukaan melalui sistem rekahan. Posisi strategis ini menempatkankan Indonesia sebagai negara paling kaya dengan energi panas bumi sistem hidrotermal yang tersebar di sepanjang busur vulkanik sehingga sebagian besar sumber panas bumi di Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi. “Tetapi pada kenyataannya, energi geotermal belum dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar sumber energi geotermal hanya dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, itu juga karena dana kita tidak ada untuk membanmgunnya,” ucapnya.
Warga di sumatera utara berharap proyek pembangkit listrik tenaga geothermal di Sumut yang sedang di kerjakan di tapanuli utara dan madina cepat selesai, Untuk peningkatan kapasitas listrik di sumut yang sedang mengalami defisit saat ini.
Iskandar sembiring, aktivis forum corporate social responsibility melalui facebooknya mengatakan, pemerintah dan pihak terkiat seperti PLN harus memperjuangkan proyek Geothermal Sarulla di Pahae Tapanuli Utara agar cepat menjadi pembangkit listrik.
Menurutnya PLN dengan peralatan kunonya sudah tak mampu memasok Listrik  yang cukup kepada masyarakat di sumatera utara, padahal mkata dia listrik adalah simbol kemajuan.
Ia mengatakan, Sarulla Geothermal akan dpt menyediakan energi yg ckp utk seluruh Sumut.
“Tapi tanpa perjuangan keras utk mengangkat Sarulla Geothermal menjadi isu nasional, Sumut akan terus kekurangan listrik,” paparnya.
Tulisan ke dua :
Indonesia Masih Jauh Ketinggalan
Untuk kesekian kalinya, Indonesia kembali dipercayakan menjadi tempat penyelenggaraan konferensi penting tingkat internasional yaitu World Geothermal Congress (WGC 2010). Dengan tema Geothermal “The Energy to Change the World” menjadi sebuah mimpi untuk mengubah dunia melalui penerapan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Menurut henry kongres panas bumi dunia yang dihadiri lebih dari 2500 partisipan dari 85 negara itu merupakan forum untuk sharing tentang keberhasilan dalam pengelolaan sumber energi panas bumi, geothermal, mulai dari hulu ke hilir.
Mulai dari eksplorasi, drilling, eksploitasi, sampai bisnis penjualannya. Dalam forum ini telah menghasikan Deklarasi Bali yang menjadi momentum pernyataan tekad, sekaligus sarana promosi dan investasi pengembangan panas bumi di Indonesia, sejalan dengan program kelistrikan 10.000 Megawat (MW).
“Energi yang ramah lingkungan dari sumber energi terbarukan kini tidak sekadar kebutuhan manusia. Lebih dari itu, telah menjadi trend global sekaligus simbol kemajuan teknologi. Uni Eropa, misalnya menargetkan sekitar 20 persen pasokan energinya berasal dari sumber energi terbarukan pada satu dasawarsa mendatang,” ungkapnya.
Ia juga menyebut China setelah membukukan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan dan menjadi salah satu negara berkembang pesat yang “ditakuti” negara maju, kini mengembangkan energi listrik ramah lingkungan yaitu listrik tenaga angin dan menuju negara ketiga terbesar listrik tenaga angin menggeser Spanyol setelah Amerika Serikat dan Jerman pada tahun 2010.
Niat China mengubah sebagian energi mereka yang sebelumnya merupakan negara berkembang pesat dengan ketergantungan pada batubara, saat ini masih diperkirakan 70 persen menjadi energi ramah lingkungan didukung keputusan pemerintahnya mengadopsi ketentuan hukum baru yang mewajibkan kebutuhan industri-industri diperoleh dari sumber energi terbarukan.
Sedangkan Indonesia negara yang kaya akan sumber daya alam, masih sedikit memanfaatkan enenergy terbarukan ini. “Peluang pengembangan energi alternatif di negara kjita cukup besar, karena banyak potensi alam atau hayati yang bisa dimanfaatkan. Kekayaan gas alam dan batu bara melimpah, sinar matahari memancar sepanjang tahun, serta kekayaan sumber daya alam terbarukan yang tersedia dalam jumlah yang tak terhingga, masalahnya kita tak memiliki teknologi apapun terkait operasional pemanfaatannya,” bebernya.
Ia menceritakan pemberdayaan energi panas bumi (geothermal) sebenarnya telah dilakukan sejak zaman Paleolitikum. Pada zaman tersebut, panas bumi digunakan untuk memanaskan ruangan ketika musim dingin atau memanaskan air untuk mandi. Penggunaan energi ekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi yang berasal dari aktivitas tektonik sejak planet ini terus meluas di berbagai belahan dunia.
“Menurut peneliti Geo-Heat Center Oregon Institute of Technology, Amerika Serikat bahwa energI panas bumi telah menghasilkan listrik 3.000 MW selama satu dasawarsa terakhir dan telah digunakan di sedikitnya 27 negara di Dunia. Energy Geothermal ini diyakini sebagai energi yang sangat terjangkau, bisa diandalkan dan sangat ramah lingkungan, seiring semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil dunia,” ucapnya.
Sekarang ini kata dia, Indonesia merupakan negara ketiga terbesar yang memanfaatkan energi geothermal sebagai sumber listrik. Amerika Serikat dan Filipina merupakan dua negara yang berada di peringkat pertama dan kedua dunia dalam pemanfaatan energi geothermal.
“Saat ini Eslandia adalah negara percontohan di dunia dalam pengembangan energi panas bumi yang ramah lingkungan dan aman sekaligus memberdayakan negara dan masyarakat,” paparnya.
Beberapa laporan penelitian kata dia menyebutkan bahwa energi panas bumi adalah salah satu dari beberapa sumber energi terbarukan yang bisa menyediakan listrik untuk beban dasar yang terus-menerus dengan dampak negatif yang kecil terhadap lingkungan dan tanpa emisi gas sehingga pemanfaatannya pun mengurangi keberlanjutan global warming.
Pembangkit energi geothermal tidak membutuhkan bahan bakar untuk menghasilkan listrik sehingga level emisinya sangat rendah. Energi geothermal mempunyai potensi beban dasar yang signifikan, serta tidak membutuhkan media penyimpanan, sehingga bisa digunakan untuk melengkapi energi terbarukan lainnya, seperti panas surya, energi angin dan air.
Di Indonesia, pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi terbarukan yang bisa menghasilkan listrik saat ini masih sangat minim dan belum termanfaatkan dengan baik. Sebagian besar sumber energi geothermal hanya dimanfaatkan sebagai objekt wisata.
Padahal, dengan meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakin tingginya kesadaran akan kebersihan dan keselamatan lingkungan, maka energi geothermal akan mempunyai masa depan yang cerah.
Indonesia mempunyai potensi sumber daya panas bumi lebih dari 28.100 MW atau 40 persen potensi dunia, namun baru 4,3 persennya saja yang dimanfaatkan. Energi panas bumi yang dimanfaatkan Indonesia baru sekitar 1.100 MW, di bawah Filipina (2000 MW) dan Amerika Serikat (4000 MW).
Pemerintah kata henry menargetkan pengembangan energi geothermal mencapai 9.500 MW pada tahun 2025 mendatang atau sekitar 5 persen dari total kebutuhan energi nasional akan dipenuhi melalui pemanfaatan energi panas bumi yang dieksplorasi secara ramah lingkungan.
Guna mencapai target tersebut, pemerintah melalui program percepatan energi 10.000 MW menargetkan tambahan 4.000 MW dari energi geothermal hingga akhir 2015.


Sumber:

GLOBALISASI DAN KECEMASAN GANDA


GLOBALISASI DAN KECEMASAN GANDA

April 5, 2011
TUBUH seringkih ini disuruh bertarung melawan Mike Tyson. Berapa detikkah hitungannya sebelum terjerembab di kanvas? Ring itulah yang dibuka oleh negara-negara maju untuk kita semua. Mereka pagari kepentingan mereka dengan berbagai instrumen. Isyu globalisasi. Langkah perdagangan bebas. Isyuwar on terrorism. Juga mungkin multiculturalism project. Apa yang dikandung olehWahsington Consensus? Sejuta pertanyaan mesti muncul dari dunia ketiga.
Jika cermat menelusuri itu semua, akan tiba pada sebuah penjelasan peta lengkap mengapa Amerika harus terus-menerus memerangi Timur Tengah. Mengapa Israel harus selalu dimenangkan. Mengapa PBB dan badan-badan internasionalnya kita  harus menjadi Boneka. Mengapa kita harus menggunduli hutan kita sendiri. Mengapa kita harus korupsi sebesar-besarnya. Mengapa kita harus menelantarkan pertanian kita. Mengapa kita. Mengapa kita. Mengapa kita.
Pemikiran itu mewarnai sebuah diskusi informal pada suatu ketika. Nun jauh di pelosok, yang orang kebanyakan tidak tahu. Ternukillah sebuah cerita tentang sebuah kawasan kecil. Luat Pahae namanya. Seseorang yang pernah menjadi teman baik Bung Karno, ada di sini dan berkubur di sini dengan tenang. Dialah Menteri PU pertama, Ir.Mananti Sitompul. Dia ikut protes atas  ketidak-adilan dunia dan juga ketidak-adilan Bung Karno. Bersama Soemitro Djojohadikoesomo dan lain-lain ia menyatakan penentangan kepada pemerintah pusat. Dia pulang kampung, dan tak seorang pun mengerti bahasanya di sini, hingga ia menghadap al-khaliq.
Di wilayah Luat Pahae inilah sebuah projek raksasa geothermal dibangun. Empat belas tahun usianya kini belum ada kejelasan. Meski begitu, masyarakat belum dososialisasikan tentang dampak lingkungan yang mungkin terjadi karena proyek. Lahan yang mestinya digantirugi pun oleh perusahaan masih belum tuntas. Empat belas tahun. Bayangkan.
Pemikiran-pemikiran semacam itulah yang muncul dalam setiap pertemuan di antara sejumlah perantau asal Luat Pahae di Medan. Mereka sepakat mendirikan sebuah wadah yang diberinama Persatuan Luat Pahae Indonesia (PLPI).
Setiap orang menaruh harapan yang kuat agar kampung halamannya tidak sekedar sebuah tempat yang indah untuk kembali mengenang masa lalu. Lebih dari itu adalah amat wajar jika setiap orang ingin tidak sekadar sukses di perantauan, tetapi juga berkeinginan menjalin solidaritas sesama perantau dari kampung atau kawasan yang sama. Meski terdapat keberanekaan status sosial, pekerjaan dan kondisi sosial ekonomi di antara mereka, tetapi semuanya ingin berbicara dalam pikiran dan bahasa yang sama untuk memberi sesuatu yang terbaik bagi kemajuan kampung halaman mereka, tanpa ingin pujian dan penghargaan dari siapapun. Kampung halaman adalah sebuah tempat yang sakral, sarat nilai dan mitis bagi setiap orang.
Mereka juga mungkin tidaklah selalu satu dalam iman, juga dalam idiologi dan aliran politik, pekerjaan, keahlian, dan lain-lain. Mereka juga mungkin memiliki masalah dan kesulitan sendiri-sendiri yang belum tentu dapat difahami oleh bekas tetangga mereka sendiri di kampung halaman. Mereka amat mungkin tiba pada suatu kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik di antara kesulitan yang nyata ketika anak-anak mereka beranjak tumbuh dewasa tanpa penghayatan atas nilai dan adat-istiadat yang mereka pegang teguh. Mereka mungkin mulai menyadari sebuah kegagalan dalam proses sosialisasi dalam estafet antar generasi.
Sebagai suku-bangsa yang tercatat termasuk paling tinggi mobilitasnya (horizontal maupun vertikal) di antara suku-bangsa di Indonesia, orang Batak banyak mengisi peran penting dalam berbagai proses perubahan dan institusi lokal maupun nasional dan bahkan internasional. Tetapi tidak seperti tetangga di Sumatera Barat, mobilitas orang Batak dikenal memiliki sifat yang kurang terbuka untuk membicarakan apa yang ditinggalkan di belakang, dalam arti boleh disebut masih minim pengabdian yang dapat diberikan ke kampung halaman. Kosmologi orang Sumatera Barat menempatkan secara berimbang antara alam rantau dan alam kampung halaman yang karena itu migrasinya pun bersifat non-permanent. Berbeda dengan orang Batak pada umumnya, kampung halaman adalah tempat peristirahatan terakhir, apalagi bagi yang amat berhasil di perantauan. Permanent migration bagi orang Batak ini antara lain melahirkan prilaku investasi kurang produktif dalam bentuk pembangunan tambak (kuburan) dibonapasogit (kampung halaman). Tentu dalam hitungan jari akan ditemukan pengecualian bagi orang Batak yang menerapkan gagasan yang mirip dengan gerakan sosial ekonomi perantau Sumatera Barat yang berusaha membangun kampung halaman.
Era globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang di dalamnya secara bersamaan muncul sinergi dua arah, yakni gerakan ke arah penyesuaian-penyesuaian nilai dan pola menurut standar universal (sentrifugal) dan gerakan ke arah perkuatan nilai-nilai ad hock yang dapat dan lazim muncul sebagi reaksi atas tantangan-tantangan yang ditemukan saat adaptasi diri ke nilai dan pola universal (sentripetal). Tingginya ancaman globalisasi muncul karena masyarakat di benua mana saja telah tiba dalam satu dunia yang tak berbatas (borderless), dengan lalu lintas barang, jasa dan manusia dan terlebih komoditi informasi yang  seolah tak terkendalikan. Oleh karena itu bentuk-bentuk persekutuan ekonomi, politik dan sosial budaya lokal menjadi sebuah keniscayaan. Dalam hal inilah semua pihak memandang amat wajar munculnya gerakan dan konsolidasi perkuatan lokal dalam rangka kesiapan  berkompetisi di dunia global.
Bertolak dari keinginan luhur untuk memajukan kampung halaman dan taraf kesejahteraan para perantau, kami, para perantau asal Luat Pahae, Tapanuli Utara, memandang perlu membentuk sebuah organisasi yang kelak dapat diandalkan tidak saja menjadi wadah pemersatu, tetapi juga menjadi wadah konsolidasi dan perumusan gagasan dan tindakan-tindakan nyata untuk memajukan Luat Pahae dan para perantaunya. Wadah ini juga diharapkan memegang peran penting dalam proses sosialisasi nilai kepada generasi muda, sambil memupuk solidaritas di antara sesama generasi penerus itu. Dalam diri para penggagas perkumpulan ini ada tekad dan kesadaran sebagai warga asal Luat Pahae yang dianggap penting untuk ditumbuh-suburkan, bersamaan dengan solidaritas sebagai warga Negara, bangsa dan dunia yang menuntut tidak saja kepekaan, tetapi juga kemampuan dalam hidup bersama dan bersaing sehat di antara sesama generasi penerus itu.
Setelah melalui serangkaian pembicaraan yang melibatkan para pinisepuh, kalangan pemerintahan, tokoh agamawan, baik yang ada di perantauan maupun yang berdomisili di kampung halaman, dan tanpa mengabaikan jasa dan sumbangsih moral dan material dari banyak orang yang secara tulus telah ikut-serta mendorong berdirinya organisasi ini, maka disepakatilah pembentukan organisasi perantau asal Luat Pahae dengan nama PERSATUAN LUAT PAHAE INDONESIA dengan PLATFORM sebagai berikut.
  1. Organisasi ini kami beri nama PERSATUAN LUAT PAHAE INDONESIA disingkat PLPI dengan  keberadaan di seluruh Indonesia, serta berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Medan. Jatidiri PLPI adalah bersatu berdasarkan kasih sayang dan hubungan silaturrahim dengan menjunjung tinggi adab dan adat serta budaya Batak dengan semboyan bersatu membangun Luat Pahae.
  2. PLPI berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  3. PLPI didirikan untuk mempersatukan seluruh warga perantau Luat Pahae dalam sebuah pengorganisasian yang efektif guna memudahkan pengembangan potensi dan sumberdayanya agar dengan demikian selalu semakin mudah jalan untuk usaha dan ikhtiar dalam memajukan Luat Pahae dan warganya, baik di kampung halaman maupun di perantauan. Dengan pendirian organisasi ini juga dikandung maksud untuk meningkatkan keberadaan, peran serta dan sumbangsih warga luat Pahae dalam berbagai lapangan kehidupan sebagai bentuk keikut-sertaan membangun harkat dan martabat negara dan bangsa Indonesia sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Kebutuhan advokasi dan atau prakarsa utnuk kontak-kontak dan koordinasi antar berbagai pihak yang terkait untuk membangun persamaan persepsi, dan gerak bersama dalam pelaksanaan pembangunan, termasuk dalam menanggulangi berbagai masalah sosial, ekonomi dan budaya,  baik yang diakibatkan oleh perubahan sosial maupun kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam dan lain-lain, juga dinilai penting sebagai alasan berdirinya organisasi ini. Dengan organisasi ini akan digiatkan usaha-usaha dan motivasi masyarakat untuk pembangunan khususnya di Luat Pahae, Tapanuli Utara, Sumatera Utara dan Indonesia.
  4. Setiap warga negara yang berasal dari, dan atau berdomisili di Luat Pahae atau setiap warga negara yang secara garis keturunan dapat ditemukan runtut hubungan kekerabatannya (tarombo) dengan warga yang berasal dari Luat Pahae secara sukarela menjadi anggota wadah ini. Warga negara yang oleh karena jasanya yang dianggap luar biasa terhadap Luat Pahae dapat dikukuhkan sebagai anggota kehormatan.
  5. Untuk mengemban tugas-tugas organisasional dan tanggungjawab ke dalam dan keluar, maka Kepengurusan PLPI dibentuk dengan ciri dan karakter kolektif dan kolegial serta disusun berdasarkan prinsip Adat Dalihan Na Tolu.
Sejumlah orang akan membubuhkan tandatangannya pertanda pengakuan dan dukungan. Meski begitu, secara efektif orang-orang ini sudah cukup lama saling memberi dan menerima informasi tentang kampung halaman mereka. Kepedulian mereka juga terkadang ditunjukkan dengan berbagai advokasi kepada masyarakat. Kelak akan tercatat sebagai pendiri organisasi Persatuan Luat Pahae Indonesia di antaranya dr. Hulman Sitompul, Sp.OG, Shohibul Anshor Siregar, Manahara Sitompul, Huminsa Sitompul, Prof.Dr.Harun Sitompul, Nelson Parapat, SH, dr Panangian Siregar, Lamsiang Sitompul, SH, Suhut Mangatur Tarihoran, S.Pd, Drs.Mayjen Simanungkalit, Jujur Simatupang, Drs.Parenta Ritonga, M.Si, Ir Remon Simatupang, MSc, Huntal Togatorop, Herman Tampubolon, dan lain-lain.
Jika berjalan dengan sukses, kerja pertama mereka pada babak baru ini akan banyak terfokus pada upaya pemberian pengertian untuk menumbuhkan kemampuan adaptasi masyarakat Luat Pahae terhadap proyek geothermal. Proyek ini mendatangkan keuntungan untuk pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat. Tentu juga menjadi hak normatif bagi masyarakat Luat Pahae untuk ikut serta mendapat sokongan kesejahteraan.
Hal-hal yang kelak menjadi penelaahan rinci dan pemrograman yang serius tentulah soal kelembagaan ekonomi, infrastruktur, revitaluisasi pertanian dan akses pasar. Besar sekali pekerjaan yang harus dihadapi bersama seluruh masyarakat, pengelola proyek dan pemerintah daerah.
Dari berbagai wilayah tertentu yang memiliki pengalaman dengan kehadiran proyek-proyek besar seperti ini selalu ada catatan keluhan. Semoga itu tidak terjadi di Luat Pahae.
PLPI didirikan untuk tujuan yang murni dan itu amat luas. Selamat berkiprah.